canteen.

mentioning leg injured

rui berjalan pelan sembari menopang satu kakinya menggunakan tongkat yang baru saja dibeli kemarin oleh sang ayah.

setelah insiden satu minggu lalu, rui harus melewati serangkaian proses pemeriksaan hingga tahap x-ray untuk melihat apakah ada tulang lain yang retak selain tulang kering.

langkahnya yang pelan namun pasti tak lepas dari seseorang yang kini sudah berdiri tepat disampingnya, merengkuh pinggangnya perlahan tanpa berujar sepatah kata pun,

“kalau nggak bisa banyak gerak, bilang.” 

suara ini, rui kenal suara ini. suara yang sangat ia rindukan, kontras dengan wangi familiar yang menyeruak masuk kedalam indera penciumannya.

itu isaiah. sosok yang sedang ia rindukan kini berdiri gagah disampingnya, merengkuh pinggang rampingnya lembut sembari menuntun langkah mereka berdua menuju salah satu kedai dengan tempat duduk di kantin milik fakultas mereka sendiri.

sampai pada kedai yang dituju, isaiah dengan cepat membantu rui mendudukan dirinya perlahan, membantu melepaskan ransel milik lelaki yang lebih mungil serta memegang tongkat berjalan rui agar tidak terjatuh saat di letakan dengan posisi berdiri.

melihat itu, rui rasanya ingin menangis saat ini juga. ia sungguh merindukan isaiah, rasanya ia ingin berteriak di depan lelaki itu sekarang bahwa ia merindukannya, sangat merindukannya.

pelukan nya, ciuman nya, sentuhan nya, perhatian nya, semuanya. rui rindu semuanya yang pernah diberikan isaiah kepadanya.

“makasih” ucap nya malu malu saat mendapati isaiah kini duduk tepat disampingnya sambil memegang tongkat jalan tadi, “sama sama. izin pinjam kuncinya kak”

kata isaiah tanpa basa basi. ia ingin semua ini cepat berakhir, tidak ingin ber-urusan dengan pria yang masih ia yakini sebagai pasangan orang lain menurutnya.

rui mengangguk, ia juga tahu bahwa isaiah mungkin masih belum bisa berada satu ruangan dengannya dalam jangka waktu yang lama.  tangannya lalu tergerak membuka ransel bawaan sendiri kemudian mengambil kunci dengan post it angka sembilan di depannya.

“ini, nanti kalau udah selesai balikin aja ke aku. kalau kamu nggak mau nanti—”

“ok” 

sebelum rui mampu menyelesaikan kata katanya, isaiah sudah lebih dulu menyahut dengan satu kata yang lantas membuat rui terdiam, miris.

acara serah terima kunci berakhir, kini saatnya mereka berpisah. rui akan segera pulang karena sudah di jemput, sedangkan isaiah masih harus melakukam sesi pemanasan bersama teman teman satu band nya.

arah tujuan mereka berbeda, isaiah yang sudah berjalan terlebih dahulu tiba tiba memutar balik langkahnya saat melihat rui kesusahan dengan barang bawaan beserta tongkat berjalannya tadi.

sebagai manusia dengan tingkat hati nurani yang seakan tidak berujung, isaiah membantu rui membereskan barang barangnya, meletakkan ransel lelaki manis tersebut pada sisi pundak kirinya serta memberikan arms crutches rui kepada sang empunya untuk digunakan, “aku bantu jalan sampai depan kak, maaf kalau lancang pegang pegang” katanya sembari mengalungkan lengan pada pinggang ramping rui.

sang lawan bicara tersenyum malu malu, walaupun dirinya dan isaiah pernah bersentuhan lebih jauh dari ini tapi rui berani bersumpah sekecil apapun sentuhan isaiah terhadap dirinya selalu berhasil membuat dirinya salah tingkah sendiri, “iya isa, terimakasih” jawabnya malu malu.

setelah itu, hening

isaiah benar benar membantu rui dengan arm crutchesnya hingga mereka tiba di parkiran dengan pak galuh yang sudah berjaga di depan mobil, “tuan muda”

rui tersenyum, “hai pak galuh~” sapanya ramah.

melihat rui yang sudah bertemu dengan supir keluarganya membuat isaiah merasa lega. kenapa juga ia lega? ntahlah, sulit dijelaskan.

“wah, pacar barunya tuan? ganteng pool, kayak bule hehe” canda pak galuh yang membuat dua makhluk adam tersebut tersenyum kikuk.

“saya bukan pacarnya pak, cuma adik tingkat se-fakultas.” kata isa memangkas rata prasangka pak galuh.

“oalah begitu, kalau begitu silahkan den, barangnya tuan muda di taruh saja di bangku belakang”

isa mengangguk, sebelum ia meletakkan keperluan rui di bangku penumpang bagian belakang, lelaki itu sudah lebih dulu menyingkirikan arm crutches milik rui, “pegangan sebentar kak, nunduk sebentar juga, aku bantu masuk mobil” lalu setelahnya menggendong rui ala bridal style untuk ia dudukan di kursi penumpang bagian depan.

sedangkan rui yang sedang berada dalam gendongan isaiah hanya mampu termenung, benarkah kejadian yang sedang dihadapi nya ini? benarkah bahwa isaiah mengantarkannya bahkan menggendongnya sampai ke mobil? benarkah? rasanya rui tidak ingin terbangun jika semua adegan ini hanya bunga dalam tidurnya.

TUK!

pintu mobil tertutup dengan rui yang masih memegangi kedua wajahnya seakan ia sedang  menghayal sesuatu yang indah,

TUK!

pintu belakang juga tertutup rapat, mendandakan bahwa isaiah telah selesai dengan urusannya di belakang sana,

“terimakasih den sudah membantu tuan muda, mari~” pamit pak galuh sopan.

yang dibalas tak kalah sopan oleh pihak bersangkutan, “sama sama pak” 

selesai.

bahkan setelah mobilnya menjauh dari lingkungan kampus, otak rui masih memproses sejumlah kejadian yang terjadi diantara nya dan isaiah hari ini.

isaiah, masih menyayangi nya juga bukan?