fall? fallen? falling.

melempar telepon genggamnya ke segala arah, mood rui yang baru saja membaik beberapa menit lalu kini mulai memburuk akibat keterlambatan isaiah dalam menepati janjinya.

lelaki taurus itu berkata hanya keluar sebentar namun nyatanya sudah 30 menit dan pria tampan itu tidak kunjung kemb—

“na?”

—li, jika saja tidak ada kepala yang menyembul dari balik pintu kamar mereka berdua. proporsi tegap nan gagah itu beralih menuju sang pujaan hati yang sedang menghadapkan tubuhnya kearah jendela sebagai pertanda bahwa ia sedang marah.

isaiah mengembang senyum tulus tanpa resah, langkah jenjangnya ia bawa guna memeluk lelaki manis yang sedang hamil,

hai? aku lama ya? maaf bikin kamu khawatir dan marah. nggak bakal aku ulang, janji.” katanya sungguh sungguh sembari memeluk tubuh yang lebih kecil dari belakang.

rui masih mempertahankan raut datarnya, ia hendak menyingkirkan tangan isaiah yang sedang mengusap perut buncit empat bulannya namun jelas dihadang oleh sang dominan, “abuy marah nih sama daddy?”

“bujuk coba greig abuy nya, bilang ke abuy kalau marah marah nanti gemesnya hilang~” kelakarnya kepada yang lebih tua hingga mampu membuat rui tersenyum tipis dari balik ekspresi datarnya.

tuh tuh, liat tuh sekarang siapa yang senyum malu malu?”

BUGH!

rui meninju pelan lengan isaiah, “nakallll, awas diulangin lagiii, aku jewer kamu!!!”

isaiah tertawa lebar, membalikkan tubuh langsing prianya sebelum mereka berdua bertemu dalam satu peluk hangat yang sudah jelas diinisiasi oleh isaiah terlebih dahulu,

“janjiii abuy, maaf ya daddy nakal” ujarnya sambil mengelus perut buncit si mungil tak lupa mensejajarkan wajahnya dengan calon bayi mereka lalu sesudahnya melayangkan kecupan singkat disana, “I love you two.”