mama, papa.

warn : abusive parents, toxic parents, abusive act and treatment. harshwords! causing trauma, daddy issues, trust issues.


setelah memberesi barang barangnya lelaki taurus itu lalu menjemput rui di kediaman mereka sekarang dengan  ksatria birunya.

“udah siap?” katanya sembari memakai kan pelindung kepala kepada rui sedangkan sang empunya kepala hanya menggangguk lemas.

rui masih memikirkan perkataan ibunya tadi, apakah ayah nya melakukan hal buruk kepada sang ibu? apakah ibunya mendapat perlakuan tidak pantas dari sang ayah? 

entahlah, rui tidak mau menebak sendiri.

satu jam terlampui tak terasa sekarang kedua sijoli itu sudah berada di depan teras rumah keluarga nara.

sepi, terlihat seperti tidak ada penghuni karena biasanya ibu dan ayah rui akan bekerja pada waktu waktu atau jam seperti ini.

namun tidak, berbeda dari perkiraan mereka, tiba tiba dari arah jam sembilan, tampak seorang perempuan paruh baya dengan dua koper besar di kedua tangan kiri dan kanannya berjalan dengan pongah ke arah mereka,

BRUK!

kedua koper itu di lempar begitu saja di hadapan sang empunya, rui. si manis yang melihat kedua koper kesayangannya dibanting begitu saja oleh sang ibu hanya bisa memejamkan matanya erat.

“ini pria yang sudah menghamili kamu?” katanya sinis. langkah nya ia bawa maju hingga berhadapan dengan isaiah, “tolong bawa anak ini sejauh mungkin. saya tidak ingin melihat kehadirannya dimana pun”

“ma..” rui berbisik lirih saat mendapati ibunya berkata demikian kepada isaiah. demi tuhan rui sangat menyayangi ibunya dan rui harap ibunya tidak berubah namun tidak bisa.

semua orang baik berubah karena dikecewakan lebih dulu dan itu terjadi kepada ibunya, permata hatinya.

rui merasa bersalah, ia memang tak menyukai ayahnya tapi bukan berarti lelaki mungil itu membenci keluarganya. ia mencintai keduanya, mama dan papa.

tapi semua tiada berarti sekarang saat ia pulang membawa berita bahwa ia tengah berbadan dua dengan ditemani sang calon suami. 

isaiah yang merasakan genggaman tangan mereka mengendur, hanya bisa memeluk pundak sempit rui yang bergerak turun naik karena menangis, “sayang...”

rui menggeleng, menghapus pelan air matanya. lelaki manis itu sudah akan menyambangi sang ayah namun, sepertinya yang ingin disambangi sudah datang terlebih dahulu dengan raut kemarahannya yang sangat kentara.

BUGH!

tanpa kiasan kata atau apa, pria di pertengahan usia 40 itu maju dan melayangkan pukulannya kepada sang anak yang membuat isaiah terkejut bukan main.

“pa, sakit! hiks! hiks!

“ANAK BODOH! BISANYA CUMA MEMBUAT MALU ORANG TUA!”

BUGH! 

satu pukulan kembali dilayangkan kepada rui nara, tinju sang ayah mendarat tepat sasaran pada tubuhnya yang sudah ditarik paksa menjauh dari isaiah beberapa menit sebelum.

“ANAK TOLOL! TAU KAMU KALAU PERBUATANMU ITU KEJI! BODOH!

papah sakit! hiks! rui mohon ampun pah, hiks!“ 

jeritan kesakitan yang tadinya hanya terlihat samar bagi isaiah kini terdengar semakin jelas, lelaki tinggi itu dengan sigap berlari menuju arah erangan kesakitan sang kekasih sebelum gema bunyi itu membawanya pada dapur, tempat dimana ia menyaksikan kekasihnya sendiri disiksa oleh ayah kandungnya.

“PEMBAWA SIAL!”

BUGH-

sebelum tendangan itu kembali melayang pada kekasih mungilnya, isaiah dengan cekatan memeluk tubuh ringkih itu, mengandalkan pundak kokohnya untuk melindungi rui.

“bangun kamu! jangan sok jagoan! dasar brengsek!”

BUGH!

BUGH!

BUGH!

tendangan itu kembali melayang pada seluruh sisi tubuh isaiah yang ia gunakan untuk melindungi rui juga buah hati mereka.

tanpa perlawanan sedikit pun, lelaki taurus itu memeluk rui dengan hangat walaupun tubuhnya beberapa kali terhentak karena tendangan kuat dari sosok ayah bagi rui tersebut.

“isaiah your back, don't get hurt isaiah...” kata rui dengan nada pelan, karena sungguh ia ketakukan setengah mati melihat ayahnya kehilangan kontrol seperti sekarang.

ibunya? jangan ditanya. bahkan ketika ia mulai ditarik ke dapur, wanita cantik itu sama sekali tidak terlihat.

dani, ayah rui masih terus melayangkan tendangan tidak manusiawinya saat melihat tidak ada perlawanan dari kedua orang yang sudah berpelukan dengan tidak beraturan di dasar tanah sebelum sesudahnya berhenti karena mendengar sirine polisi dari luar.

ya, isaiah meminta pertolongan kepada ayah juga bundanya terlebih dahulu. karena ia tahu ia tak mungkin bisa melewati semua ini sendiri.

“ikut kami, anda kami tangkap atas laporan kekerasan terhadap anak!”

“ANAK SIALAN, LIHAT SAJA NANTI!” teriaknya sebelum segerombolan polisi berhasil memborogol kedua pergelangan tangannya.


usai bercokol dengan polisi yang menangani penangkapan calon mertuanya, isaiah berbincang sebentar dengan ayah dan bunda.

“terimakasih ndaa, yah

“sama sama son” kata mereka berdua. 

“tenangin rui dulu, ayah dan bunda nunggu aja diluar, abang lagi ambil mobil soalnya”

isaiah hanya menggangguk sebelum berlalu keluar dari area dapur menuju ruang tengah tempat dimana ia meninggalkan kekasihnya tadi.

“take a deep breath bae, I’m here, I’m here...” kata isaiah menenangkan. pundaknya sakit, tapi ia tahu pikiran dan mental rui jauh lebih sakit.

pria tampan itu duduk dihadapan rui, menempatkan dirinya diatas ubi lalu menjadikan kedua paha rui sebagai tumpuan.

bibir tipisnya dengan gencar mengecup kedua tangan rui bergantian, tangannya ikut mengelus perut rata rui yang mulai terasa keras jika disentuh, “I'm here baby, bunda's here too, abang, ayah, semua ada untuk kamu” katanya sebagai penyemangat untuk rui yang hanya dibalas oleh tatapan kosong oleh lelaki manis itu.

takut...aku takut sama ayah.“