reef.

warn : traumatize, mpreg.


ketika sampai pada lantai yang dituju isaiah langsung disambut dengan desas desus heboh dari para mahasiswa yang disinyalir merupakan kakak tingkatnya yang menyatakan bahwa ia adalah calon ayah dari bayi yang dikandung oleh rui.

kata kata seperti,

'gilee cakep bener pacar si rui'

'lah? si kecil hamil sama ini?'

'oh, ini toh calon papahnya si baby'

menggema dalam telinganya tiada henti seperti kaset rusak yang walaupun sudah dihentikan namun tetap mengeluarkan riuh suara dan isaiah tidak peduli. tujuannya adalah untuk menemui rui yang membawanya pulang.

maka dari itu, lelaki taurus tersebut mengesampingkan rasa malu hatinya lalu mulai memberanikan diri untuk bertanya,

“permisi kak —”

“cari rui pasti. anaknya di toilet, daritadi belum balik, gih lo cek sendiri.” — belum sempat melayangkan pertanyaan, semuanya telah terjawab dalam satu tarikan napas.

isaiah mengangguk ramah, “iya kak, terimakasih banyak, saya izin nyari rui kak” lalu setelahnya melangkahkan kakinya menuju bilik kamar mandi yang dimaksud.


tok! tok! tok!

“na? kamu di dalam?“ 

bunyi gedoran pintu diselingi pertanyaan retoris melayang dari belah bibir isaiah kala ia tidak menemukan dimana pujaan hatinya berada.

namun, ketika ia berjalan semakin dekat dengan bilik ketiga dari pintu masuk, rungunya semakin tajam mendengar suara tangisan tipis diiringi dengan flush toilet yang mampu menutupi suara tangis tersebut.

“na? kamu kah yang di dalam? ini aku, isaiah, ayo pulang”

hening, tidak ada jawaban.

“na?”

hiks! benci benci benci!!! benci!!!”

kalimat itu terus saja berulang saat isaiah mencoba memanggil nama rui, maka dengan perasaan khawatir yang memuncak pria kelahiran 23 april tersebut dengan serentak—

BRAK!!!

mendobrak pintu kamar mandi yang sedari tadi membuatnya mati penasaran sedang apa kekasihnya di dalam sana.

dan benar saja, saat pintu kamar mandi tersebut terbuka, rui nara dengan mata bengkaknya sedang menangis tersedu sedu dengan telepon genggamnya yang sedang menampilkan salah satu cuitan mengenai dirinya juga sang calon suami.

melihat hal tersebut, isaiah dengan cekatan membawa rui dalam pelukannya, membiarkan lelaki itu bersandar pada dadanya lalu mulai mengelus pundak sempit itu perlahan.

tak lupa salah satu tangannya menahan berat badan rui agar tidak terjembab karena kehamilannya yang semakin membesar, 

“sayang...” panggil isaiah lirih saat melihat apa yang menjadi penyebab rui menangis seperti sekarang. “liat aku coba” pintanya kepada rui yang hanya dibalas dengan gelengan singkat.

“hei, lihat aku dulu, sini” bujuknya senantiasa dengan kedua telapak tangan yang menangkup pipi gempal sang kekasih,

“jangan buka sosmed dulu, ok? ada aku disini, aku akan selalu jagain kamu. nggak peduli orang mau bilang apa, aku nggak akan pernah  ninggalin kamu. aku akan bertanggungjawab penuh na, janji.” ujar si dominan sungguh sungguh sambil mengecup sisi kepala yang lebih tua.

rui belum bisa mengatakan apapun, bahkan untuk sekedar berdiri saja rasanya ia tak mampu namun kedua tangan cantiknya masih sanggup mengusap wajah tampan sang kekasih yang membuat pandangan mereka bertemu, “j-jangan tinggalin aku, takut...” katanya sebelum jatuh pingsan dalam pelukan isaiah.