the man of his words, ii.

warn : mpreg!

selesai bertukar kunci kendaraan dengan sang kakak, isaiah melangkahkan kakinya menuju koridor depan setelan sebelumnya menitipkan kunci motor kesayangannya pada malcolm.

sepuluh menit berlalu isaiah berdiri tegap sembari memainkan ponsel gaming nya, sosok yang lebih kecil datang menepuk bahu sang empunya dengan sengaja.

membuat isaiah mau tak mau harus mengalihkan pandangannya kepada si pelaku yang datang dengan tampilan mata bengkaknya juga dengan raut wajah yang layu

menghembuskan nafas pelan, si dominan tersenyum singkat sebelum mengaitkan tangan keduanya menuju area parkir dimana malcolm meletakan motor nya tanpa berbicara sepatah kata pun.

karena isaiah tau, mau sebanyak apapun kata kata penenang yang ia berikan, semuanya akan sia sia dikala rui saja belum mau untuk berdamai dengan keadaan.

isaiah membiarkannya, membiarkan rui mengekspresikan segala macam emosi yang semakin menggebu dalam jalan mereka menuju studio tempat dimana isaiah kan berlatih.

lelaki taurus itu membiarkan rui memeluk pinggang rampingnya lalu menyembunyikan kepala pada bahu lebar tersebut. jarak mereka yang terlampau rapat membuat sosok yang  lebih muda dapat mendengar tangisan rui dengan jelas.

tak ada cara lain, isaiah juga tengah mengendarai kendaraannya sekarang. maka yang dapat dilakukan lelaki itu hanyalah mengusap perlahan permukaan lutut rui yang tersampir pada samping tubuhnya guna menenangkan lelaki mungil tersebut.


usai menempuh perjalanan selama kurang lebih lima belas menit. kini keduanya telah tiba di tempat dimana isaiah akan melakukan rutinitasnya sebagai seorang basist.

namun, sebelum mereka meraih langkah untuk masuk kedalam studio, tangan isaiah tergerak melepas helm rui, menguncinya pada bagian depan motor, lalu melepaskan hoodienya untuk dikenakan oleh si manis.

“di dalam ac-nya kenceng. pakai ini, biar kamu sama baby nggak kediginginan” katanya sembari memaikan hoodienya kepada rui yang disambut dengan senang hati. 

isaiah bahkan menyempatkan diri untuk menunduk lalu mengecup perut datar rui sebentar sebelum mareka bergandengan tangan bersama menuju ruangan inti studio.


cklek!

pintu studio terbuka menampilkan yehoshua, lewi, asher dan jacob yang sedang sibuk dengan alat musik mereka masing masing.

sebelum seseorang yang sebenarnya, sudah tidak asing lagi tiba bersama basist kebanggaan mereka.

oalah, pantes lama. nungguin doi dulu toh” kata yehoshua main main.

sorry, gue telat” hanya itu yang dikatakan isaiah bersama dengan tangannya yang masih menggengam jemari rui erat, “duduk dulu ya? aku mau latihan sebentar. kalau bosen bilang, biar aku izin pulang duluan.” ujar isa sembari mendudukan rui pada salah satu sofa kuning di dalam studio, tak lupa mengecup dahi lelaki mungil itu sebentar yang menimbulkan banyak sahutan heboh oleh para sahabat karibnya.

“ANJAAAAYYYY, the real bucin is back”

“bos, kalau mau mesra mesraan nanti aja napa sih? nih kita semua miris liatnya”

—membuat yang di sahuti beramai ramai tersipu malu, rui menyembunyikan wajah merahnya dari balik tudung hoodie isaiah yang terbilang cukup besar untuk ukuran tubuhnya.

berbeda dengan rui yang sedang tersipu malu. isaiah justru tidak mau tau, lelaki itu bahkan tidak melepaskan genggaman tangan mereka se-detik pun sebelum rui menggoyangkan tautan jari itu perlahan hingga membuat isaiah menoleh ke arahnya dengan sungguh, “nunduk dikit, aku mau ngomong”

isaiah hanya patuh, pria kelahiran 23 april itu menundukkan dirinya dengan senang hati, menempatkan dirinya diantara paha rui dengan posisi sang submissive yang hendak membisikkan sesuatu kepadanya, “semangat latihannya, papa.“ 

yang disemangati begitu tersenyum lebar hingga matanya membentuk kilauan sabit yang indah, tanpa kata ataupun kalimat, isaiah membalas untaian semangat itu dengan mengusak surai rui gemas, “makasih, cantik.” lalu menyelipkan satu kecupan manis pada hidung macung yang lebih tua.