two.

warn : MPREG! written in lowercase.


rui mengedarkan pandangannya pada ruang sempit yang berisikan puluhan manusia. riuh suara terdengar, berbagai jenis wajah dan tone suara namun hanya satu orang yang mampu menyita parhatiannya.

lelaki tampan nan tinggi yang menggunakan hoodie putih yang sedang duduk sembari telepon genggamnya, isaiah.

“hai..” rui menyapa dengan ramah. keadaan nya jauh terlihat lebih baik dibanding dua minggu kemarin saat isaiah membantunya yang sedang dalam kondisi tidak sehat waktu itu.

isa hanya mengangguk, membalas senyum rui tak kalah manis saat melihat lelaki itu mendudukan diri tepat di sampingnya.

hening.

baik isa maupun rui tak ada yang mempunyai inisiatif untuk memulai pembicaraan, isaiah yang sibuk dengan game online pada ponselnya, juga rui yang sibuk memperhatikan isaiah dalam jarak yang dekat.

wangi itu, hidung mancung itu, bahu tegap itu pernah membuatnya tergiila gila hingga akhirnya mereka berbaur menjadi satu, bahkan akan segera ada seorang pengikat diantara mereka jika saja mereka berakhir bersama.

“kata male, hp kamu rusak. bener?” ucap rui basa basi

isa mengangguk tanpa memalingkan pandangannya sama sekali, “iya. ini pakai hp lama, hp gaming sebenarnya.”

mendengar jawaban singkat isa awalnya membuat rui ragu, namun tidak. ia sudah berjanji pada dirinya juga bayi mereka bahwa ia akan memberitahu isaiah apapun caranya.

menarik nafasnya dalam dalam, rui dengan berani menggengam tangan isaiah yang membuat si tampan terkejut hingga nyaris melepaskan tangan mereka berdua sebelum rui berujar, “aku mau jelasin sesuatu, kamu dengerin aku, ya?”

masih dengan pendiriannya yang teguh, isaiah hendak melepaskan tangan mereka berdua karena merasa tidak nyaman, mereka hampir dipergoki oleh senior yang lain yang membuat isaiah kerap merasa di intimidasi, “kak, tangannya.”

rui menggeleng heboh dengan mata berkaca kaca, “jangan dilepasin dulu, please.” karena aku takut, aku takut setelah ini aku nggak akan pernah bisa genggam tangan kamu lagi, lanjutnya dalam hati.

mendengar permohonan yang tak seberapa itu membuat isaiah tak sampai hati untuk mengemukakan egonya, lelaki taurus itu mengalihkan pandangannya ke arah depan — arah para senior sedang berbicara mengenai TUPOKSI dan struktur HIMA kepada kumpulan mahasiswa baru sepertinya.

namun rui tidak peduli, sembari menggengam tangan kekar tersebut, tubuhnya ia miringkan hingga berhadapan penuh dengan isaiah yang tengah berhadapan dengan teman temannya yang lain.

“aku ngerasa aneh beberapa hari ini. beberapa hari ke belakang aku sering banget buang air kecil dengan intensitas yang nggak sedikit. awalnya aku pikir mungkin aku sakit parah, tapi setelah aku memberanikan diri untuk tanya ke bibi aku—”

belum selesai dengan penjelasannya, rui tersentak dengan pergerakan isaiah yang tiba-tiba melepaskan genggaman mereka, menggunakan kembali kedua tangannya untuk bermain game online tanpa peduli dengan perasaan rui yang mulai terluka.

karena isaiah dengan sengaja mengabaikan presensi cantik tersebut, dengan mata berkaca kaca serta lipatan bibir yang mengarah kedalam.

rui dengan penuh puja masih betah memandangi wajah rupawan isaiah tanpa peduli bahwa sang pemilik tubuh mungkin sudah muak mendengar segala perkataannya,

“kak, please. kalau kamu cuma—”

“—aku hamil.” sekarang giliran rui yang memotong pembicaraan isaiah dengan spontan.

jika isaiah tidak ingin bertele-tele maka rui akan langsung saja pada intinya. embunnya berkaca jelas suaranya yang gemetar kian mengecil saat tidak melihat reaksi apapun dari isaiah.

menyikapi hal tersebut, rui membalikkan tubuhnya seperti semula, mengambil masker dari dalam tasnya kemudian mulai menangis dalam diam, tanpa suara.

dari respon isaiah saja harusnya rui sudah mengetahui bahwa selama ini hanya ada dirinya dalam hubungan ini,

ia juga tau diri bahwa isaiah tak mungkin akan mengejarnya kembali melihat dirinya yang pernah membohongi lelaki itu terkait status percintaannya.

tapi, tidak semua yang dipersepsikan oleh manusia itu benar ada nya bukan?

rui berpikir bahwa ia menangis dalam diam namun pria manis itu terlalu gampang menumpahkan kekecewaan juga rasa sedihnya hingga pria disamping mampu mendengar desisan perih setelah ia berhasil mengeluarkan air matanya.

lelaki tinggi itu menghela napas pelan, menghadapkan tubuhnya pada rui, membuka masker putih yang dikenakan sang lawan bicara, lalu mulai menangkup kedua pipi berisinya sembari menghapus jejak air mata yang tercetak jelas dari balik manik indah itu,

“jangan nangis ayo menikah. setelah ini ayo temui orang tua masing masing.” katanya tanpa ragu. tangannya tergerak memeluk rui dari samping sedangkan yang direngkuh tak mampu menahan air matanya lebih lama.

rui hanya mampu menangis sambil menyembunyikan wajahnya dibalik bahu isaiah yang disangka para rekan se-fakultasnya sedang menjalin asmara dengan pria aries tersebut.

isaiah mengusap bahu rui yang turun naik secara konstan karena menangis, menenangkannya dengan lembut sembari membersihkan air mata sang calon suami, “don’t cry, don’t cry. Imma be there for you and the baby” utasnya tulus.

isaiah tidak mampu berbuat apapun selain mengutarakan keinginannya untuk bertanggungjawab, dirinya bukan pecundang dan isaiah berani menjamin itu.

ia tak ragu karena memang kegiatan sex pertama rui adalah bersama dirinya, mereka melakukannya atas persetujuan bersama.

lagipula, segala sesuatu yang sudah terjadi diantara mereka berdua bukan hanya sebatas meraih kepuasan bersama melainkan berusaha untuk mengemban beban yang akan dijalani bersama, saling menopang dan menjadi topangan untuk satu sama lain.

tujuan orang bersetubuh adalah, untuk mendapat keturunan. anak adalah anugerah dan karunia terbesar barangsiapa menyia-nyiakan karunia tersebut maka sungkan lah ia untuk meminta ampun kepada sang priayi yang sudah dikecewakan.