write.as

๐™–๐™›๐™ฉ๐™š๐™ง ๐™ฅ๐™–๐™ง๐™ฉ๐™ฎ

Jelita membuka pintu mobil Dinar, kepalanya pusing tidak karuan. Berbeda dengan dugaannya, ternyata ia hanya bertahan 1 jam didalam sana. Sedangkan Mina dan yang lainnya masih berjoget ria didalam.

Jelita memasang seatbelt, ia merasa mual hebat, namun dia menahan muntahnya agar tidak keluar didalam mobil Dinar. โ€œCk, nih.โ€ Dinar menyodorkan plastik hitam yang memang dia sediakan di dalam mobilnya. Jelita hanya diam dan mengambilnya.

โ€œMau gue anter kemana?โ€ Dinar menjalankan mobilnya, matanya menangkap Jelita yang sedang melamun menatap kaca mobil.

โ€œGue mau ketemu Hisyam.โ€ jawabnya.

โ€œDengan keadaan lo yang kaya gini?โ€ tanya Dinar memastikan.

โ€œGue kangen Hisyam,โ€ Dinar hanya diam.

โ€œGue sayang banget sama Hisyam, nar.โ€ Hening.

โ€œGaada tujuan lain selain apart Hisyam di otak gue.โ€ Dinar membelokkan mobilnya ke arah Sudirman.

โ€œBawa gue ketemu Hisyam.โ€

โ€ขโ€ขโ€ข

Jelita menekan tombol pin yang sudah dihafalnya diluar kepala. Dinar benar benar mengantarkannya sampai kedepan pintu apartement Hisyam. Setelah berhasil membuka pintu, Jelita masuk dan melepas sepatu serta kaus kakinya.

Apartement Hisyam gelap gulita. Jelita tau Hisyam pasti sudah terlelap. Ia membuka pintu kamar Hisyam pelan, takut membangunkan Hisyam.

Perempuan membuka ujung selimut Hisyam, naik keatas kasurnya dan pelan pelan memeluk Hisyam dari belakang. Kepalanya ia tenggelamkan di punggung besar Hisyam. Menarik nafas panjang hingga harum tubuh Hisyam masuk ke rongga nafasnya. Lama ia mempertahankan posisinya, sampai tangan kekar Hisyam bergerak mengeratkan pelukan Jelita.

Hisyam sudah sadar dari awal Jelita masuk ke dalam apartementnya. Wangi alkohol yang mengelilingi tubuh Jelita membuatnya tau bahwa kekasihnya sedang tidak baik baik saja.

Hisyam berniat membalikkan badannya, namun isakan tangis Jelita menghentikan pergerakannya. Punggungnya terasa basah, Jelita menangis hebat.

โ€œTolong kaya gini aja dulu, sebentar.โ€ pinta Jelita. Hisyam mengelus punggung tangan jelita yang mengelilingi perutnya. Tangannya bermain dengan jari jemari Jelita.

โ€œAku capek, syam.โ€

โ€œAku ada disini.โ€

โ€œAku gapantes buat kamu.โ€

โ€œKalo gitu aku gaakan punya pasangan seumur hidup.โ€

โ€œGaada yang sayang sama aku, syam.โ€

โ€œKamu satu satunya orang yang aku sayang, Jel.โ€

Hisyam membalikkan badannya, dilihatnya Jelita yang masih menangis hingga matanya sembap. Ia menarik Jelita kedalam pelukannya, mengecup puncak kepala Jelita tiada habisnya.

โ€œI love you.โ€ bisik Hisyam ketika tangisan Jelita mulai mereda dan digantikan dengan suara mengoroknya.

โ€ขโ€ขโ€ข

Hisyam bergerak pelan menuruni kasur, enggan membangunkan Jelita yang baru saja terlelap. Ia berjalan kearah tas Jelita yang dilemparnya sembarangan ke lantai. Merogoh sesuatu yang ia yakini tidak akan pernah Jelita tinggalkan.

Facial cleansing wipes.

Hisyam menarik selembar dari plastik tissue tersebut. Ia menyalakan lampu tidur di sebelahnya dan mulai menghapus makeup yang masih menempel di wajah Jelita. Membersihkannya pelan dari alis hingga ke matanya yang masih sembap. Tangan Hisyam bergerak hati hati agar tidak membangunkan Jelita. Mengusap kesana kemari sampai wajah Jelita bersih dari makeup.

Selanjutnya Hisyam mengambil mangkuk berisi air hangat dan handuk kecil, ia membetulkan posisi kepala Jelita agar dapat ia bersihkan dengan handuknya. Hisyam mengelap seluruh wajah Jelita dengan air hangat, membersihkan kembali sisa-sisa makeup di wajah Jelita.

Setelah membereskan semua hal yang dilakukannya tadi, Hisyam kembali berbaring disamping Jelita. Tangannya bertumpu dibawah kepalanya. Tangannya yang satu lagi tergerak membelai rambut Jelita. Hisyam menatap Jelita lama. Pikirannya berkecamuk kesana kemari. Ia mendekatkan wajahnya dengan dahi Jelita, mengecupnya sekali lagi sebelum ia ikut terlelap.