write.as

Bukti Keinginan

Tak lama Tiara berhenti mengirim pesan kepada Tara, terdengar suara klakson mobil Lamborghini Daren yang baru saja sampai dihalaman rumah nya. Gadis itu pun segera keluar dengan pakaian simplenya ditambah jaket varsity milik Tara.

“Kan Lo bisa chat gue, kenapa harus klakson. Berisik tau.” Tiara membuka pintu mobil bagian kiri sambil mengoceh tak karuan.

“Sorry sorry. Abisan kalau gue chat Lo, nanti ganggu lagi. Pasti lagi kasmaran sama Tara kan...” Ucap Daren

“Gue udah badmood, jangan nambah nambahin badmood gue. Ayo jalan.” Tiara memasang seat belt dengan raut wajah yang lumayan tidak bersahabat kali ini.

Sepanjang perjalanan, Tiara hanya terdiam. Walaupun Daren berusaha membuka topik pembicaraan, dia benar benar tidak merespon lelaki itu. Sampai akhirnya Tiara menyadari bahwa, mobil ini tidak mengarah ke Rumah Sakit. Tapi ke suatu tempat.

“Kak, kok belok sini? Rumah sakit kan lurus!?” Tiara menatap Daren dengan tanda tanya di kepalanya

“Udah ikut aja.”

“Kita mau kemana?”

“Ke butik, Lo harus siap siap ke Prom Night.” Ujar Daren yang membawa arah mobilnya ke Butik milik tantenya

“APAAN SIH! STOP GA! GUE GAMAU!” Tiara mencoba menghentikan mobil Lamborghini milik Daren

Daren menghentikan mobilnya. Namun tetap tidak membiarkan Tiara keluar dari mobil miliknya itu. Ia benar benar ingin menjalankan keinginan Sahabatnya.

“Buka ga! Gue mau naik angkutan umum aja ke rumah sakit! Gue gamau ke Prom!”

Daren bergerak, merogoh kantong celananya untuk mengambil handphone miliknya. Membuka galery hp, kemudian menunjukkan satu foto kepada Tiara. Gadis ini hanya menatap jalanan kosong didepannya.

“Lo inget waktu itu kita buat passport, fitting baju bareng Tara?” Daren menarik nafas dalam dalam, kemudian melanjutkan rangkaian cerita miliknya

“Semua itu adalah keinginan Tara. Itu bentuk kasih sayang dia buat Lo Tiara. Dia gamau Lo sedih sedih an terus. Dan salah satu keinginan nya, Lo harus ke Prom Night walaupun gasama dia.”

“Dia selalu naruh Lo di posisi paling utama untuk hal yang membahagiakan. Ulang tahun dia kemarin, dia tetep mikirin nya Lo. Makanya gue sempet kesel juga. Tara, dia memilih Lo diantara banyak manusia yang mengidam-idamkan dia.”

Tangan Tiara bergerak, melihat foto yang terdapat tulisan Keinginan kekasihnya itu. Jari jemari Tiara hanya bergetar, banyak sekali yang Tara ingin lakukan dengan nya.

Kemudian air mata gadis itu luruh dan jatuh satu persatu. Air mata yang menjadi ungkapan bahwa banyak sekali rasa murka pada relung hatinya. Murka sebab ia tidak becus menjadi seorang kekasih, dan murka sebab semesta bertingkah jahat pada pria nya.

“Gue ngasih tau Lo ini, karena gue yakin, ini yang Tara mau. Dia mati mati an demi terjalannya keinginan ini. Gue gapernah ngeliat Tara kaya gini. Tara yang selalu semangat, tiba tiba menjadi manusia paling patah dan sedih.” Nafas Daren tercekat, air mata nya pun ikut mengalir pada netra miliknya.

Pria bernama Meghantara Prakasa ini terlalu apik dalam menciptakan angan angan indah. Namun ada semesta yang juga terlalu apik dalam merusak semua keinginan yang diciptakan oleh Tara.

“Jadi Ra, tolong.... Tolong bantu Tara ya? Ayo kita sama sama bantu Tara. Gue udah ngorbanin semua uang yang gue punya demi dia bertahan hidup. Apapun itu asal sahabat gue bisa bertahan jauh lebih lama.”

Pikiran Tiara sangat terbuka saat itu. Ternyata benar, mungkin ini yang diinginkan Tara. Ini yang menyebabkan Tara berkeras kepala untuk menyuruh dirinya datang ke Prom Night. Tiara menatap Daren dan mengiyakan apa yang seharusnya dijalankan.

“Ka... Kalau ini yang harus gue lakuin, kalau ini yang Ka Tara mau, ayo lakuin.”

“Thanks Ra, Tara pasti seneng denger kabar ini. Kita otw butik dan make up in Lo ya?”

“Iya kak.”