Yet To Come — 14 Juni 2022

Kala itu di tahun 2017, aku masih SMA, masih dengerin lagu lewat aplikasi JOOX itu loh, yang VIP gratisan harus share lagu ke facebook. Mulanya sih iseng aja dengerin lagu Jepang, tapi tiba-tiba ada satu lagu yang sukses narik atensi aku. Waktu diintip kok yang nyanyi boygroup asal Korea, padahal lagunya Bahasa Jepang. Ternyata itu salah satu lagu BTS yang judulnya Blood, Sweat, and Tears versi Jepang. Tentunya aku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama (awikawok). Belum tau rupa masing-masing anggota BTS gimana, tapi telingaku cocok sama lagu mereka. Pelan-pelan aku cari tau tentang BTS, dan lucunya aku malah lebih suka lagu mereka yang ditulis dalam Bahasa Jepang, bukan Korea pada saat itu.

Oh ya, sebelumnya aku memang lagi di dalam fase mencari-cari target boygroup untuk di-idolakan setelah One Direction hiatus, karena beneran kangen banget jadi fangirl. Beberapa hari kemudian aku hampiri teman sekelas yang aku tau dia itu kpopers. Ada 2 orang, sebut aja Cinta dan Kasih. Tadinya di kelas aku beneran gak deket sama mereka, tapi karena ke-kepoan aku akan BTS, jadinya aku mengakrabkan diri ke Cinta dan Kasih untuk gali informasi tentang BTS lebih jauh lagi. Semenjak deket sama mereka berdua, aku sering bawa laptop ke sekolah. Bukan, bukan untuk nugas atau belajar, tapi untuk minta video BTS ke mereka berdua buat aku tonton di rumah nanti.

Yang tadinya aku cuman suka sama lagu-lagu Bahasa Jepang dari BTS, perlahan telingaku mulai terbiasa dengan lagu-lagu berbahasa Korea mereka. Bytheway dulu aku anti Korea banget astaga, tiba-tiba kepincut sama BTS berasa kena karma, tapi karma baik dong jelas! Aku masih inget bias pertamaku di BTS itu Jin, karena dia humoris, dan juga Sagitarius. Beberapa bulan kemudian pindah lagi nih jadi nge-biasin Suga, dan akhirnya berlabuh di Namjoon sampai sekarang. Sebagai baby ARMY di tahun 2017-2018, aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan nontonin video-video mereka, ketimbang aktif di Twitter untuk tau tentang update BTS. Setiap ada jadwal les kelas malem, yang selesainya jam 19:30, aku bisa stay di tempat les sampai jam 22:00 cuman buat numpang wifi download video RUN BTS.

Mulai saat itu aku sadar kalau kebahagiaanku tumbuh kembali. Aku nggak merasa kesepian karena ditinggal One Direction, karena aku sudah sepenuhnya melabelkan diri sebagai ARMY. Dari kecil aku suka banget sama musik, lalu kenal dengan yang namanya “boygroup” membuat aku semakin suka dengan musik dan segala konsep atau genre di setiap kelompok tersebut cipta. Secara deskriptif aku memang gak bisa menjabarkan kenapa aku suka menjadi fangirl, hanya, dengan memiliki role model atau idola itu sangat berpengaruh dalam pertumbuhanku. Boleh ya aku tarik ke belakang sebentar waktu aku masih jadi Directioners?

Jadi begini, saat aku ngefans sama One Direction itu sekitar tahun 2013 s/d 2015 waktu SMP. Karena 1D aku jadi suka banget sama Bahasa Inggris. Aku paling semangat belajar Bahasa Inggris di sekolah maupun lewat One Direction supaya nanti aku bisa kuliah di jurusan Sastra Inggris. Aku sadar kalau impact mereka beneran besar banget akan mimpi-mimpiku, dan aku berhasil meraih itu semua. Aku bisa kuliah di Universitas Negeri, dan ambil jurusan Bahasa Inggris meskipun meleset gak sesuai keterima di jurusan Sastra. Karena hal tersebut aku jadi bisa membuktikan ke keluarga kalau dengan ngefans sama “boygroup” gitu gak sepenuhnya memberi dampak buruk kok, ini buktinya aku bisa coret salah satu wishlist pendidikan karena motivasi ekstrinsik dari dunia musik.

Okay kembali ke BTS! Tadi aku singgung kalau aku mulai jadi fans mereka di tahun 2017, berarti pada saat itu aku baru kelas 2 SMA kayaknya, jujur agak lupa sih, hehehe. Walaupun fokusku ke boygroup Korea, tapi aku gak lupa sama tujuan awal untuk terus belajar Bahasa Inggris. Aku menjadikan BTS sebagai teman belajar. Setiap hari aku gak pernah absen dengerin lagu mereka waktu aku belajar, nugas, ngerjain PR, ataupun waktu santai. Tetapi ketika sudah menginjak bangku kuliah, aku sudah bukan lagi menjadikan BTS sebagai teman belajar, melainkan teman hidup. Di tahun 2018 s/d 2021, aku mulai sadar kalau di situlah kehidupan sesungguhnya dimulai. Aku pergi merantau tanpa keluarga, saudara, maupun teman SMA, bener-bener sendiri gak punya siapa-siapa. Aku mulai paham kalau hidup sendiri itu berat, walaupun ada keuntungannya sedikit. Alhamdulillahnya, aku masih jadi ARMY tuh. Dengan kekuatan BTS aku memberanikan diri cari teman di tempat kuliah pakai embel-embel “Kamu ARMY juga ya?” berhasil? oh tentu iya! Lagi dan lagi sosok idola memberi dampak positif ke hidupku dengan mempertemukan teman yang sefrekuensi supaya aku gak kesepian lagi di Kota rantau.

Perjalanan hidupku gak sepenuhnya mulus. Banyak lika-liku yang bikin aku sering berpikir untuk menyerah dan menyudahi kontrak nyawaku di dunia. Namun aku gak pernah berani untuk ngelakuinnya, aku selalu ingat kalau masih punya keluarga dan sahabat yang harus aku bahagiakan, juga masih ada konser BTS yang harus aku tonton secara langsung. Selain berserah kepada Tuhan akan masalah yang bertubi-tubi menyerang ke hidupku, figur BTS juga menjadi tameng utama tempatku berlindung maupun kabur dari jahatnya realita. Sesedih, dan stressnya aku dulu, tetap masih ada percik gembira yang aku rasakan dari eksistensi BTS. Aku mengira ketika kuliah kayaknya aku bakal renggang nih sama BTS karena sibuk, tapi ternyata salah, aku semakin lengket dan sayang sama mereka. Aku selalu sisihin uang bulanan demi dukung mereka dengan beli merchandise atau nonton dokumenternya di bioskop.

Kalau diceritakan lagi semuanya, aku pikir bakal panjang banget, dan aku gak sanggup buat ngetik. Sudah terlanjur loyo karena statement yang lagi ramai diperbincangkan hari ini. Yap, BTS memutuskan untuk hiatus sebagai grup untuk sementara karena mereka akan fokus dengan impian masing-masing. Aku gak mempermasalahkan itu, justru senang karena tandanya setiap anggota punya kesempatan untuk memperlihatkan warna asli mereka, cuman... Yang bikin aku sedikit kepikiran itu tentang berapa lama mereka akan hiatus. Aku masih ragu untuk taruh kepercayaan ke mereka perihal comeback lagi sebagai grup nanti, tapi aku harap itu bukan janji manis belaka, ya. Rasanya sekarang tuh kosong banget. Iya mereka tetap teman hidup aku, cuman mungkin aku yang belum terbiasa dan belum siap melihat mereka berkembang lagi secara individu setelah 9 tahun bareng-bareng.

Bangtan Sonyeondan, terima kasih sudah menjadi tempat dimana aku merasa nyaman dan aman untuk beristirahat. Terima kasih sudah menciptakan karya luar biasa dan memberi dampak positif bagi aku sebagai manusia. Terima kasih sudah menjadi acuan motivasi untuk aku melanjutkan hidup demi meraih banyaknya mimpi yang belum bisa aku capai saat ini. Terima kasih sudah mempertemukanku dengan orang-orang baik dimanapun itu, terutama melalui internet. Aku minta maaf kalau apa yang kalian tanamkan untuk mencintai diri sendiri belum bisa aku laksanakan. Aku masih berjuang untuk itu, dan aku akan tetap melanjutkan perjuangan tersebut sampai berhasil.

Kalau kata Sal Priadi di lagu Kita Usahakan Rumah Itu; boleh kamu keliling dunia dan temukan banyak tempat-tempat tuk singgah sementara. Kamu boleh namai itu rumah selama ada mereka yang kamu cinta di dalamnya.

Dengan ini, aku senantiasa antusias untuk melepas kalian terbang lebih tinggi lagi dan menemukan tempat singgah yang memang kalian cari-cari selama ini sebagai individu. Hati-hati di jalan, ya? Sampai bertemu lagi di chapter 3.

Salam Sayang, Puan Sjahrir Kencana.