write.as

If This Ain’t Love Part 1 — How It All Started 3rd Naration thejoohyuncom

“Kak, ayo buruan ini mami udah nge-chat terus nih dari tadi!” Suara Rose terdengar menggema di seluruh ruang bawah tanah tempat mereka memarkirkan mobil. Anak bungsu dari keluarga Son itu terlihat kerap kali mendengus sebal melihat tingkah santai kakaknya yang tampak tidak terlalu perduli dengan ocehan sang adik.

Alih-alih mempercepat geraknya, Seungwan malah dengan sengaja menyemprotkan parfum favoritnya ke seluruh badan dengan gerakan yang lambat. Ia nampaknya sangat senang menggoda adik semata wayangnya itu.

“Kak, ini gue udah diteror mami nih!!”

Sambil tertawa, Seungwan menaruh botol kaca itu kembali ke tempat asalnya dan menutup pintu mobil. Ia pun secara seksama memastikan seluruh pintu sudah terkunci sebelum berjalan kea rah sang adik. Diacaknya puncak kepala Rose dengan gemas, “lo tuh marah-marah mulu. Lagian kita juga sebenernya gak telat kok, masih ada sekitar 10 menit lagi sebelum jam 6.”

Rengekan Rose semakin menjadi tatkala sang kakak mengacak puncak kepalanya. “Kak! Ini tuh gue udah susah-susah nata rambut kenapa malah diacak-acak sih? Kan jadi berantakan!!”

“Gak berantakan, sayang. Orang gue ngacaknya juga pelan.” Sembari tertawa, jari-jari Seungwan bergerak mengelus rambut Rose, membantu adiknya itu untuk merapikan rambut panjang berwarna blonde.

Kedua kakak-adik itu kemudian berjalan memasuki lift untuk menuju lantai tempat dimana mereka akan makan malam bersama kedua orang tua serta teman dari orang tua mereka. Tak ada banyak percakapan yang terjadi di antara mereka. Hanya saja, sesaat pintu lift terbuka, Rose tanpa banyak bicara langsung mendekatkan dirinya kepada sang kakak tepat sebelum mereka berdua melangkahkan kaki memasuki restaurant.

Sudah bukan suatu hal yang mengherankan bagi orang-orang terdekat mereka untuk melihat hal seperti itu. Kedua putri dari Son Hyunbin dan Son Yejin sama-sama dikenal sebagai sosok yang ceria, ramah dan mudah bergaul. Namun biarpun begitu, Seungwan memiliki sifat yang tertutup, sedangkan Rose adalah seorang pemalu yang kerap kali merasa gugup jika bertemu dengan orang baru.

Secara insting, Rose akan “berlindung dibalik kakak atau orang tuanya” saat ia akan berkenalan dengan orang baru. Setelah sudah terbiasa, gadis berambut pirang itu baru akan sedikit menjauh untuk memberi ruang bagi kakaknya. Seungwan yang sudah sangat mengerti adiknya itu pun tidak pernah melayangkan protes, sebaliknya ia justru akan dengan sigap menggenggam tangan sang adik untuk memberikan moral support yang selalu berhasil membuat Rose merasa lebih tenang, seperti yang sedang dilakukannya saat ini.

Ibu jari Seungwan dengan lembut mengelus tangan Rose yang sedang digenggamnya saat mereka terus berjalan masuk menyusuri restaurant tersebut. Saat mereka akhirnya sampai di depan pintu ruangan VVIP tempat orang tua mereka menunggu, Seungwan melirik ke arah Rose. Setelah Rose menganggukkan kepala, barulah Seungwan membuka pintu kayu tersebut dan berjalan masuk dengan tangannya yang masih mengenggam erat tangan sang adik.

Seungwan dan Rose membungkukkan badan mereka untuk menyapa semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut dan meminta maaf telah membuat mereka menunggu.

Saat Seungwan akhirnya mengangkat kepala, matanya beradu pandang dengan sepasang mata cantik milik perempuan di café tempo hari. Tanpa ia sadari, ia menarik napas dengan cukup dalam, merasa sangat kaget dengan kebetulan yang tidak biasa ini.

Di sisi lain, Joohyun pun merasakan hal yang sama dengan Seungwan. Ia tidak pernah berpikir untuk bertemu lagi dengan wanita cantik yang beberapa minggu lalu ia lihat di café langganannya. Setidaknya bukan di sini.

“Wendy, Roseanne, ayo perkenalkan diri kalian!” Keduanya akhirnya tersadar dari lamunan mereka setelah mendengar suara Son Hyunbin yang meminta putri-putrinya untuk memperkenalkan diri.

Seungwan pun memulai dengan menjabat tangan Bae Kyesang, Bae Jihye, Yeri, dan kemudian Joohyun sebelum disusul oleh Rose yang melakukan hal yang sama.

Semua orang yang ada di sana kemudian duduk setelah Bae Kyesang mempersilahkan mereka semua untuk duduk dan mulai memesan makanan.

Setelah memesan, kedua keluarga pun melanjutkan obrolan santai mereka yang sempat terhenti karena kehadiran Seungwan dan Rose. Awalnya, anak-anak mereka tidak banyak mengeluarkan suara, namun seiring berjalannya waktu, keempat anak muda itupun sudah tidak malu untuk ikut serta dalam percapakan, khususnya Rose dan Yeri.

Seungwan sendiri tidak bisa menghentikan sebuah senyuman untuk terukir di bibirnya saat ia memperhatikan bagaimana sang adik dengan semangat berbicara dan bercerita tentang passionnya dalam dunia bisnis. Joohyun yang melihat hal itu pun merasakan hatinya menghangat. Ia tersenyum manis sembari memperhatikan Seungwan, tidak menyadari ada sepasang mata yang justru memperhatikan gerak-geriknya.

Tak lama berselang, makanan yang mereka pesan pun akhirnya datang. Mereka langsung menyantap hidangan masing-masing dengan tetap saling bertukar cerita. Suasana makan malam hari itu tampaknya berjalan dengan sangat baik, bahkan jauh lebih baik dari ekspektasi mereka semua.

Dari obrolan-obrolan santai kedua keluarga di malam itu, Seungwan dan Joohyun mempelajari sedikit tentang satu sama lain. Rasa ketertarikan pun muncul dalam diri keduanya tanpa mereka sadari.

Setelah mereka semua akhirnya selesai memakan hidangan penutup, Kyesang memukul pelan gelas berisi wine miliknya dengan garpu, membuat semua mata yang ada di sana berfokus padanya. Laki-laki paruh baya itu sedikit berdeham, “okay sebelum kita semua pulang, ada hal yang saya dan Hyunbin ingin umumkan.”

Kyesang kemudian menatap anak pertamanya dengan penuh kasih sayang. “Joohyun, papa dan mama sangat sayang sama kamu. Sebagai orang tua, kami selalu mendukung kamu dan akan tetap terus mendukung kamu untuk menggapai segala hal yang kamu impikan. Tapi selain itu, kami juga ingin kamu mendapatkan yang terbaik, khususnya mendapatkan pasangan yang terbaik.”

Mendengar kalimat yang keluar dari mulut ayahnya membuat Joohyun sedikit panik. Ia mengeraskan rahangnya saat sang ayah kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Seungwan.

“Seungwan, om mungkin bukan orang yang sangat mengenal kamu, tapi om tau betul seberapa hebat kedua orang tua yang sudah membesarkan kamu. Om yakin, semua orang setuju bahwa kamu bukan hanya tumbuh menjadi sosok yang sukses, tapi juga sosok yang luar biasa. Sering sekali om mendengar dari banyak orang tentang kepintaran sampai kebaikan hati kamu. Dan untuk om juga Tante Jihye, kamu adalah pasangan terbaik untuk anak om, Joohyun.”

Hening. Tidak ada satu orang-pun yang mengeluarkan suara setelah speech yang diberikan oleh Kyesang. Baik Seungwan, Joohyun, Rose dan Yeri masih sama-sama berusaha untuk memproses kata-kata yang baru saja mereka dengar. Sedangkan, Tuan dan Nyonya Bae serta Tuan dan Nyonya Son hanya ingin memberi ruang bagi anak-anak mereka untuk mencerna semuanya.

“Maksudnya Kak Joohyun mau dijodohin sama Kak Seungwan??” Tak disangka, justru suara dari si bungsu Yeri lah yang malah memecah keheningan yang cukup canggung itu.

Rahang Joohyun semakin mengeras saat ia melihat Hyunbin menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Yeri. Di sisi lain, Seungwan hanya bisa memejamkan matanya, dalam hati berharap bahwa ini semua hanya mimpi. Bagaimana bisa kedua orang tuanya memutuskan hal sebesar ini tanpa berdiskusi terlebih dahulu dengannya?

Joohyun berusaha untuk menenangkan diri dengan menarik napasnya. Ia tidak ingin kehilangan akal sehatnya dan malah bersikap kasar kepada kedua orang tuanya dan orang lain. Setelah merasa dirinya sudah sedikit tenang, ia pun turut membuka mulutnya.

“Mohon maaf sebelumnya pa, ma, Om Hyunbin, Tante Yejin, tapi aku rasa aku gak bisa menerima perjodohan ini. Aku pribadi sangat percaya dengan penilaian papa, aku juga bisa ngeliat kalau Wendy itu orang yang sangat baik. I adore her a lot to be honest. Tapi kalau untuk dijodohkan seperti ini, aku rasa aku gak bisa.”

Tak disangka, penolakan dari Joohyun membuat Wendy juga mendapatkan keberanian untuk menyuarakan pendapatnya. “Aku setuju sama Kak Irene. Sebelumnya, aku mau minta maaf, aku gak ada niat untuk bersikap kurang ajar atau gimana, tapi menurutku ide perjodohan ini sepertinya gak bisa terealisasikan. Bahkan kita pun belum ada 1 hari ketemu. A wedding is supposed to be once in a lifetime. Pastinya, sebelum memutuskan untuk menikah, kita harus bener-bener tau tentang pasangan kita untuk bisa menjalankan pernikahan yang harmonis dan langgeng. Bahkan, orang yang sudah pacaran bertahun-tahun aja bisa gak jadi menikah karena di tengah-tengah hubungan mereka, ada suatu hal yang buat mereka merasa gak cocok. Jadi untuk menikah karna dasar perjodohan kayak gini menurutku gak masuk akal.”

Hyunbin menganggukkan kepalanya, mengerti apa yang berusaha disampaikan oleh Joohyun dan Seungwan. “Joohyun, Seungwan, kita semua sangat mengerti hal itu. Kita juga gak bilang kalau kalian harus segera menikah tanpa perlu mengenal satu sama lain. Tentu kami akan memberi kalian waktu untuk bisa mengenal satu sama lain lebih dalam. Coba kalian cerna semua dan pikirkan dulu baik-baik. Yang jelas harus kalian tau kalau kami hanya ingin yang terbaik saat memutuskan untuk menjodohkan kalian berdua.”