write.as

sleep well, my dream.

“nyari siapa, bang?”

mingyu terlonjak. nggak menyadari ada manusia yang mengawasi kebingungannya. kos wonwoo sepi dan dia nggak tahu kamarnya dimana.

“di sini ada yang namanya wonwoo nggak, bang? orangnya tinggi—”

“oh, mahasiswa itu ya? tuh kamarnya,” pemuda kurus itu menunjuk ke sebelah kirinya. “kamar tengah. pintunya banyak stiker kucing.” mingyu menoleh ke arah yang sama. “baru aja balik. bawa tas gede. katanya ketinggalan kereta.”

“oh, dia mau kemana, bang?”

“jogja? kalo gak salah.”

cheol bangsat.

“masuk aja,” kata pemuda itu, lanjut merokok. memindai mingyu dari atas ke bawah. “lo temennya kan?”

mingyu diam saja. are they even friends? ingin menyebut mantan tapi jadi pacar saja nggak pernah diakui.

“makasih ya, bang.”

“yo.”

melewati deretan pintu-pintu tertutup, akhirnya mingyu sampai di sana. disambut stiker kecil-kecil kucing yang lucu. mengetuk satu dua tiga kali tapi nggak ada respon. memanggil nggak ada jawaban. ketika mencoba pintunya, ia justru membuka. mingyu masuk tanpa pikir panjang. dia nggak peduli apa reaksi wonwoo kemudian, dia hanya ingin tahu apakah pemuda itu baik-baik saja.

wonwoo tidur (mingyu ingin memarahinya yang ceroboh nggak mengunci pintu) terlelap dengan suara ponsel berdering berisik di dekat kepalanya. nama 'kak cheol' hilang-muncul di layar ponsel; masih belum menyerah. bagaimana wonwoo bisa tidur dengan semua suara itu adalah suatu bakat tersendiri.

jari mingyu yang nggak bisa diam menemukan dua jejak basah di pipi mulus yang dirabanya kini dan mingyu ingin membunuh orang yang bertanggung jawab akan semua itu.

wajah wonwoo terlihat polos saat ini. nggak ada tanda-tanda bahwa wajah serupa malaikat itu mampu berbuat sejauh menyakiti lalat sekali pun, apalagi hati manusia. tapi mingyu ada dan menjadi bukti hidup bahwa wonwoo lebih dari sanggup dan tanpa ragu akan melakukannya lagi bila perlu. bahkan memandang wajah itu membuat dadanya nyeri. mingyu membenci diri sendiri yang ingin membenci tapi nggak bisa. wonwoo akan menyakitinya seratus kali dan lihat bagaimana mingyu akan memberi jutaan maaf padanya.

“andai membenci semudah mencintai elo, kak.”

ada jejak cokelat bekas air hujan di langit-langit rendah kamar wonwoo. mingyu duduk di atas tikar, punggungnya bersandar di ranjang. tas besar milik wonwoo tergeletak menyedihkan di dekat kakinya, isinya berantakan. di belakangnya, wonwoo mendengkur pelan. nggak tahu menahu tentang sosok misterius yang jadi pelindungnya. mirip anjing penjaga yang menjaga sang majikan di kala malam dengan terjaga mendengar bunyi sekecil apa pun. mingyu mendengus tertawa; getir.

jari telunjuk mingyu sekarang menari-nari di layar ponselnya. menyeleksi dan mencentang berbagai makanan yang sekiranya jadi favorit wonwoo di aplikasi pesan antar. ia melirik wonwoo. nggak bisa membayangkan betapa lelahnya dia dengan semua ini hingga nggak bergerak sesenti pun dalam tidurnya. baiknya mingyu pergi, sebelum wonwoo bangun dan mengusirnya. masalahnya, mingyu nggak yakin hatinya bisa menghadapi penolakan lagi.

mingyu mengirim satu pandangan rindu terakhir ke sosok itu dan keluar dari kamar. tak lupa menutup pintu.

“sleep well, my dream.”

mingyu nggak akan percaya, tapi beberapa purnama kemudian, dia akan kembali ke tempat yang sama dan memohon di kaki wonwoo untuk dimaafkan. atau bagaimana tempat ini, ranjang itu, akan menjadi saksi panasnya persatuan mereka berdua.

beberapa jam kemudian, wonwoo akan terbangun dengan gedoran di pintu dan puluhan panggilan tak terjawab dari seungcheol di ponselnya. wajahnya kebingungan mendapati paket demi paket makanan yang nggak berhenti datang dari sosok misterius yang enggan disebut namanya. wonwoo akan mengeluh bagaimana cara menghabiskan semua itu tapi pada akhirnya dimakan tanpa sisa karena apa obat patah hati terbaik selain makanan enak?

andai dia tahu siapa identitas pengirim semua makanan itu (bukan seungcheol, wonwoo sudah memastikan) wonwoo hanya ingin berterima kasih. tapi bukan sekali dua kali dia mendapat kejutan semacam ini, jadi wonwoo hanya angkat bahu dan berangkat tidur lagi. malam itu, ada sosok tambahan yang wonwoo sebut dalam doa sebelum tidurnya. si pengirim misterius ini, siapa pun dia, wonwoo berdoa; semoga harinya selalu menyenangkan.