Sweet Betrayal

Part 14 : Party Beginning


The Brave Big Cat alias Adya, Aletta, Bella, Raina dan Shucy, kini tengah berada di dalam lift menuju lantai 67 tempat pesta ulang tahun Reyhan di rayakan.

Entah lah, kelima gadis itu nampak bingung dan gelisah memikirkan penampilan mereka saat ini.

Mungkin pakaian yang mereka kenakan itu terlihat sangat mewah dan elegan di mata banyak orang, namun bagi mereka ini sama saja mengundang gosip.

Tapi yang di namakan satu geng, pasti ada salah satu orang yang punya solusi untuk menyelesaikan kebimbangan mereka semua.

“Udah lo jangan pada bengong. Mending sekarang kita bikin rencana, pas nanti keluar dari lift kita harus gimana?” Raina menepukan tangannya di depan wajah mereka.

“Hah?” Bella tak mengerti ucapan Raina yang terdengar belibet itu.

“Jangan bengong, nanti kita keluar dari lift harus gimana?” Tanya Raina.

“Ouh, ya harus jalan lah.” Balas Bella dengan logis.

Shucy menabok bahu Bella. “Dodol, maksudnya bukan gitu Bella bol.”

“Lah terus?” Bella jadi makin bingung.

“Maksudnya kita itu mau bikin rencana supaya nanti keliatan keren tanpa mengundang bahan hujatan.” Jelas Shucy.

“Hah?” Bella masih belum paham.

“Heh budeg, mulut lu gua sumpel pake sepatu ya lama-lama.” Adya seketika emosi melihat Bella yang tidak mengerti terus.

“Ih abisan gak ngerti.” Bella menggaruk tengkuknya.

“Lo gak ngerti kan? Gini, nanti pas kita keluar dari lift lo langsung ngedance fever ye.” Suruh Aletta, dia kesal juga sama Bella.

“Ih gak mauuu.” Tolak Bella.

Bella hanya bercanda saja saat menyetujuinya di rumah Shucy tadi, dia kira teman-teman ini akan lupa selama di Hotel, ternyata dugaannya salah.

Meskipun Bella pamdai dalam bidang dance, dia tidak ada niatan untuk cover dance di hadapan publik sama sekali, dirinya terlalu malu.

“Ya udah kalo gak mau berarti dance Black Mamba aja.” Usul Shucy, entah kenapa dia ini ingin sekali melihat Bella dance dengan percaya diri.

“Ih makin gak mau!” Bella menggelengkan kepalanya kuat, dia benar-benar tidak mau melakukan hal konyol itu.

“Yah payah nih, masa anak dance kaga berani.” Sindir Adya, padahal dia juga penasaran melihat keahlian Bella dalam bidang dance.

“Tau lu, kita kan kaga pernah liat lu ngedance secara langsung, sekali dalam seumur hidup nih.” Bujuk Aletta. Dia sebenarnya tidak tertarik pada apapun yang dilakukan Bella, dia hanya suka bila ada keributan dan keramaian.

“Ayo Bel, nanti gue temenin.” Raina merangkul Bella dengan semangat.

“Bener ya?” Firasat Bella tidak enak, soalnya teman-temannya ini kan tukang ngibul apalagi oknum bernama Raina.

“Iya, temenin dari jauh.” Raina langsung tertawa. Ya walaupun di dalam dirinya memang ada niatan untuk menemani Bella tapi sifat magernya lebih mendominasi.

“Anying.” Bella langsung menutup mulutnya, saking kesalnya ia sampai mengeluarkan kata-kata haram.

Dan semua teman-temannya makin tertawa mendengar itu.

“Ih Bella kasar nih, aku bilangin Juan nanti.” Ancam Raina dengan dramatis.

“Bilangin aja bilangin.” Bella sudah tertekan, terserah lah teman-temannya itu mau bagaimana.

“Santai kali Bel, kita bercanda doang kali.” Shucy memeluk Bella agar rasa kesal gadis itu berkurang.

“Chill Bel, baru di gituin aja dah kesel lu, gimana kalo di prank.” Adya menabok lengan Bella.

“Akh!” Bella mengusap bekas tabokan Adya tadi.

“Udah jangan ribut mulu.” Aletta mulai berpikir apa yang harus mereka lakukan saat keluar dari lift. “Gini aja, gimana kalo kita nanti jalan kaya model gitu? Terus pura-pura gak kenal sama pacar lo.”

“Hah?” Tenang kali ini Bela mengerti tapi di butuh pengulangan agar lebih jelas.

“Hoh!” Aletta malah meniup wajah Bella.

“Astagfirullah.” Bella mengelus dadanya dengan sabar.

“Oh iya ngerti, pokoknya kita jalan kaya model gitu kan? Terus jadi dingin gitu tatapannya?” Tanya Shucy meyakinkan.

“Nah gitu maksud gue!” Aletta menjentikkan jarinya.

“Lah kalo kita pura-pura gak kenal sama mereka emang gak apa-apa?” Raina jadi berpikir. Meski hubungannya terbilang backstreet tapi dia juga butuh perhatian.

“Ya, gak apa-apa lah.” Balas Aletta. Lagipula mungkin pacar mereka akan banyak menghabiskan waktu bersama temannya.

“Iya gua setuju banget sama Aletta, emangnya lu mau ngapain hah?” Adya menatap Raina dengan tajam.

“Ya gak ngapa-ngapain.” Raina mengangkat bahunya. “Noh si Bella, emangnya dia bisa? Dia aja gak ketemu Juan sehari langsung ngambek.”

“Kaga sih sotoy...” Ucap Bella, ya walaupun ucapan Raina tidak sepenuhnya bohong.

“Ya udah kalo gitu, nanti kita langsung akting ya pas keluar lift.” Aletta melihat angka pada pojok kanan lift, 1 lantai lagi mereka akan sampai.

“Iya akting, jangan senyum, tapi kalo smirk boleh.” Saran Shucy.

“Oke, Big Brave Cat Fighting!” Bella menjulurkan tangannya ke hadapan mereka.

“Hah?” Mereka semua ngebug.

Bella menghela nafas sejenak. “Ini ayo taro tangan kalian di atas gua.”

“Mau main suit taro?” Tanya Raina asal.

“Ish bukan...” Bella menggeleng. “Udah ayo taro semuanya.”

Mereka semua mengikuti instruksi Bella.

“Pas gua bilang Big Brave Cat, kalian bilang fighting ya terus nanti tangannya angkat.” Jelas Bella, yang lain hanya mengangguk saja.

Tenang, mereka semua mengerti kok apa maksud Bella, cuma mereka pura-pura tidak tau saja.

“Oke.. 1.. 2.. 3.. BIG BRAVE CAT...”

“FIGHTING!”

Pintu lift terbuka. Menampilkan kelima gadis cantik nan sexy dan juga swag disaat bersamaan. Pakaian serba hitam yang mereka kenakan menambah kesan menggoda yang membuat semua orang menatap mereka dengan kagum.

Namun dibalik itu semua, kelima gadis itu malah ingin tertawa karena mereka pikir ini terlalu berlebihan dan aneh, bahkan melihat ekspresi semua orang membuat mereka semakin ingin tertawa.

Dan ketika kelima gadis itu melewati pacar mereka sendiri, rasanya seperti menaiki roller coaster. Ya bagaimana tidak? Penampilan mereka semua sangat lah tampan hingga membuat jantung mereka berdetak dua kali lebih cepat.

'Anjing gak boleh senyum, gak boleh senyum, tenang...'

'Aduhh kok dia ganteng banget sih, gak bisa ini gak bisa..”

'Ya Allah calon suami hamba tampan sekali, tolong kuatkan hamba Ya Allah, hamba mau pingsan..'

'Ishh kok dia ganteng banget sihh, kan jadi gak tega mau nyuekin dia..'

'Ehh dia mau tawuran apa pake baju kaya gitu?'

Kira-kira begitulah isi hati mereka saat melewati sang pacar.

Suasana pesta yang semula tenang kini mulai meriah akibat alunan musik yang terdengar cukup keras memenuhi seluruh ruangan.

“Boleh request lagu gak sih?” Tanya Shucy. Dia gak suka tau itu lagu apa, mendingan lagu K-Pop gitu.

“Boleh kali bilang aja.” Adya ngangkat dagunya buat nunjuk DJ yang ada di depan mereka.

“Bilangin dong.” Pinta Shucy sambil ngeluarin mata bobanya.

“Tuh minta aja sama Bella.” Ujar Adya. Kalo ada yang bisa disuruh selain dia kenapa gak?

“Bella, bilangin DJ nya dong suruh ganti lagu.” Shucy menggoyang-goyangkan lengan Bella.

“Eh apa nih? Bilang lah sendiri.” Bella aja gak berani kesana apalagi kalo disuruh ngomong buat ganti lagu.

“Ih bilangnya sama Shucy.” Bujuk Shucy, agak maksa sih dia.

“Itu tuh suruh Aletta aja.” Bella nunjuk Aletta yang lagi milih minuman di atas meja.

Dengan terpaksa Shucy berjalan ke arah Aletta.

“Al, temenin ganti lagunya yuk!” Ajak Shucy, dia harap kali ini temennya mau membantunya.

Aletta yang tadinya bingung memilih minuma berwarna-warni di depannya itu jadi kaget, dia noleh ke arah Shucy.

Daripada gak jelas milih-milih minuman mending ikut temennya aja dah.

“Ya udah ayuk!” Aletta mengangguk.

“Yeyyy makasihh Al!” Shucy memeluk Aletta dengan senang, akhirnya ada juga yang mau.

Tapi saat mereka ingin menghampiri tempat DJ itu, salah satu teman mereka sudah berada disana lebih dulu, siapa lagi kalau bukan...

“Itu Raina kan?” Tanya Aletta.

“Lho kok dia udah disana aja sih, pasti dia request lagu aneh-aneh.” Shucy kesel karna kalah cepet sama Raina.

Sebenarnya Raina dari tadi mendengar percakapan Shucy dengan yang lainnya, dia pun jadi mendapatkan ide untuk me-request lagu juga.

“Kak, request lagu dong!” Pintanya.

“Mau request lagu apa manis?” Kang DJ nya malah gombal, untung Raina udah kebal sama gombalan busuk begitu.

“Itu kak, Lisa yang Money!” Ujar Raina dengan antusias.

“Lisa? Lisa Blackpink?” Tanya kang DJ, kali aja dia salah gitu.

“Iya lah, masa Lisa Black Panther.” Raina berkacak pinggang.

“Oke wait.” Kang DJ itu langsung muter lagu yang Raina request, mana suaranya kenceng banget, apalagi ditambah efek jedag-jedug bikin semua orang disini jadi budeg seketika.

“YOO PARTY!” Teriak Raina sambil angkat tangan.

“PARTY!” Sahut semua orang yang setuju sama pendapat Raina.

“Anjir, itu temen lu ngapain sih? Bikin malu anjir!” Adya menutup sebelah mukanya dengan telapak tangan, malu cuyy.

“Eh Raina ya? HAHAHA ANJIR...” Bella malah ngakak liatin Raina berasa orang mabok padahal kaga minum apa-apa.

“Ishh tuh kan pasti lagu Blackpink.” Gumam Shucy. Dia suka lagunya sih tapi kan dia juga mau lagu boyband.

“Hah? Lu bilang apaan!? Gua ga denger!” Aletta gak bisa denger suara Shucy, ini lagu kencengnya kebangetan dah.

“Ishh Aletta gak usah teriak-teriak di kuping gua juga.” Shucy jadi emosi sampe kelepasan bilang 'gua'.

“Apa sih? Masih gak kedengeran!” Aletta menempelkan telapak tangannya disamping telinga.

“Udah lah gak jadi, mending kita ikutan joget aja yuk.” Shucy menarik Aletta untuk menari bersama.

Aletta ngangguk-ngangguk aja, orang dia gak denger Shucy bilang apaan, tapi akhirnya dia joget juga sih.

Yoo, I came here to drop somе money... Dropping all my money...” Raina nyanyi sambil joget-joget freestyle.

“Raina...” Panggil seseorang di belakangnya.

Raina gak peduli sama sekali, dia juga gak denger lagian.

Drop some money, all this bread so yummy, yeah...” Raina mundur-mundur sampe gak sengaja nabrak orang di belakangnya.

“Dek...” Panggilnya lagi.

“Mampus...” Raina deg-degan, dia berusaha nengok ke belakang sambil tersenyum. “Eh Mahesa, sorry ya, gak sengaja.”

Tadinya Raina mau kabur tapi tangannya ditahan duluan sama Mahesa.

“Ngapain pake celana kaya gitu?” Tanya Mahesa pake nada dingin, mana mukanya datar banget.

“Hah? Apa? Lo mau ngasih gua duit? Oke sini-sini, yang warna merah ya lima.” Raina mengulurkan tangannya tanpa dosa.

“Gak usah pura-pura gak denger.” Nadanya gak berubah, dia natep Raina sambil melipat tangannya di depan dada.

Raina nelen ludahnya kasar, Mahesa kalo mode begini serem banget sumpah, dia sampe merinding.

“Ituan.. anu.. hm... Ini tuh lagi trend He, liat dah.” Raina ngangkat dikit kakinya, menunjukin seberapa bagusnya celana dia. “Keren kan? Ini rock & roll.”

“Tapi kamu doang yang pake celana robek-robek gitu, temen-temenmu aja gak tuh.” Mahesa melirik kearah teman-temannya Raina.

“Y-ya gak apa-apa.” Raina mencoba untuk tetap tersenyum, walaupun di dalem hatinya pengen banget kabur.

Mahesa mendekat ke arahnya, “Lo mau ngapain? Disini banyak orang!” karna takut Raina jadi nutup mata aja.

TAK!

“Aduh.. kok disentil sihh, sakit gila!” Raina mengusap-usap dahinya yang baru aja di sentil sama Mahesa. “Kirain mau ngapain.”

“Makanya jangan bandel.” Lelaki itu malah menertawainya.

Raina natap Mahesa sinis, emang ngeselin bocahnya.

“Aku kan bandel biar di hukum sama daddy.” Dia sengaja ngomong gitu, pengen tau reaksi Mahesa bakal gimana.

“Apa?” Mahesa langsung berhenti tertawa. “Ngomong apa tadi?”

“Ituan... OH IYA GUA LUPA JEMPUT ANNA! Gua ke bawah dulu ya He, bye!” Raina segera pergi meninggalkan Mahesa seorang diri.

“Dia manggil apa tadi? Daddy? Pasti gua salah denger.” Mahesa menertawai kebodohannya.

“Mahesa?” Raina balik lagi.

“Eh kok balik lagi?” Mahesa bingung, perasaan tadi pacarnya itu udah keluar restoran.

“Bagi uang...” Raina tersenyum manis ke arahnya.

“Oh, sebentar.” Mahesa mengambil lembar uang berwarna merah dari dalam kantung celananya. “Nih..”

Raina menerima uang itu. “Thanks daddy, love you!” Sebelum pergi Raina sempat mencium pipinya.

Mahesa syok. Kali ini dia gak salah denger, walaupun suara musik disini makin kenceng, itu jelas banget di telinganya.

“I'm waiting...” Raina membuyarkan lamunannya.

Mahesa tersenyum, dia mengerti apa maksud Raina. Meskipun pestanya terlihat ramai, semua orang di sini tidak peduli dengan lingkungan sekitar mereka.

“Dih, malah diem aja.” Raina menjentikkan jarinya di depan Mahesa. “Gua pergi nih...”

Agar kesempatannya tidak hilang, Mahesa segera mencium bibir pacarnya itu cukup lama. “Love you too, baby.”

Raina tersenyum. “Btw you look very handsome tonight, I really like your outfit.” Dia mengedipkan matanya lalu pergi.

“Oh god, did she just flirt with me?” Mahesa mau heran tapi itu Raina.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang menepuk bahunya dengan keras. “Woyy Affan! Ngapain lo bengong disini?”

“Eh Jefran, anak Osis yang lain mana?” Tanya Mahesa.

Jefran itu adalah wakil ketua Osis. Orang kepercayaan Mahesa serta sahabatnya sejak kecil. Jefran lebih suka memanggil Mahesa dengan sebutan Affan.

[Yoon Jaehyuk as Jefran – Waketos]
“Lagi pada otw katanya, Reyhan mana?” Jeffran melihat sekeliling untuk mencari Reyhan.

“Itu lagi ngumpul sama temen-temennya.” Mahesa menunjuk ke arah meja bar, dimana Reyhan sedang berbincang-bincang dengan banyak orang.

“Ohh, temenin gua minum yuk.” Jefran merangkul sohibnya itu ke arah stan minuman beralkohol.

“Eh gua gak minum.” Tolak Mahesa.

“Elah, sekali doang.” Jefran meneguk satu gelas minuman itu. “Ayo gas..”

Mahesa akhirnya terpaksa meminumnya dalam sekali teguk. Untung toleransi alkoholnya lumayan tinggi, jadi sekali minum saja tidak akan membuatnya mabuk.

“Mantep kan, ayo lagi...” Ajak Jefran, temannya itu emang ngadi-ngadi.

“Udah anjir, ntar lu kobam nyusahin banyak orang.” Peringat Mahesa yang membuat jefran menghentikan aktivitas minumnya.


Baru saja menari beberapa menit sudah membuat seorang Aletta merasa lelah, ia butuh minum sekarang.

“Eh Cy, gua minum dulu ya sebentar.” Ucap Aletta, tapi sayangnya Shucy tidak mendengarnya.

“Ya udah lah ya, nanti gua balik lagi.” Dia pun meninggalkan Shucy yang sedang menari itu sendiri.

Aletta lagi-lagi harus melihat berbagai macam minuman di atas meja.

Sebenarnya dia ingin asal memilih saja tapi setelah dia membaca tulisan 'Contains Alcohol', dirinya jadi bimbang.

“Contains alcohol?” Aletta memiringkan kepalanya, dia mencoba mengingat beberapa kalimat yang pernah Azka ajarkan.

“Holly shit, I always love this drink.” Seorang lelaki bertubuh besar itu mengambil sebuah minuman berwarna pink dengan santai.

“Itu minuman apa deh?” Tanya Aletta dengan ramah.

“Oh ini tuh Sakura Maru from Japan, tau gak? Ini tuh enak banget, lo harus coba!” Dia memberikan minuman tersebut pada Aletta.

“O-oh.. Sakura Maru ya, okey.” Aletta menerimanya dengan suka rela.

“Heh! Jangan Aletta!” Azka merebut minuman itu dan meneguknya sampai habis.

“Azka lo aus atau begimana?” Aletta terkejut melihat tingkah pacarnya itu.

“Ini tuh cocktail, ada alkoholnya.” Jelas Azka sembari mengusap bibirnya yang basah.

“S-serius? Tapi lo minum.” Aletta menunjuk gelas bening yang dipegang oleh Azka.

Aletta jadi merasa bersalah dengan pacarnya, dia khawatir minuman yang seharusnya tidak mereka teguk itu akan membawa dampak buruk.

“Kalo gue yang minum mah gak apa-apa.” Ujar Azka dengan santai, ia bahkan masih sempat-sempatnya tersenyum.

Azka dan teman-temannya sudah terbiasa mencoba minuman beralkohol, sehingga toleransi alkoholnya cukup tinggi.

“YA ampun Azka, lo gak bakal mabok kan?” Aletta menangkup pipi pacarnya itu, dia benar-benar takut jika Azka akan mabuk nanti.

“Gak, percaya aja sama gue.” Azka memegang tangan Aletta yang berada di pipinya.

“Awas lo ya kalo sampe mabok, gua siram aer lu biar sadar.” Aletta mencubit pipi Azka dengan gemas.

“Aduh... Iya nggak...” Azka mengerucutkan bibirnya kesal.

“Iya atau nggak?” Aletta makin gemas mencubiti pipi sang pacar.

“Nggak...” Azka jadi cemberut, kan sakit di cubit kaya gitu, pokoknya dia mau ngambek aja.

Aletta menahan tawanya. Menggoda Azka seperti tadi memang suatu hal yang menyenangkan, terlebih lagi ketika pacarnya itu sudah merajuk.

Wajah Azka yang sedang merajuk akan terlihat lebih manis dan tampan, makanya itu adalah momen yang paling Aletta suka.

Dan cara untuk membujuknya yaitu...

“Aigoo... Chagiya...” Aletta menarik tubuh Azka dan memeluknya dengan erat, tak lupa gadis itu juga mencium lembut bibirnya. “Udah ah jangan ngambek, nanti ku tinggal pulang nih.”

“Jangan dong.” Azka menyembunyikan wajahnya pada ceruk Aletta.

“Eh kalian berdua pacaran ya?” Tanya seorang lelaki yang memberi Sakura Maru pada Aletta tadi.

“Iya dia pacar gue.” Azka menarik pinggang Aletta agar mendekat padanya. “Namanya Aletta.”

“Ouh, pantesan cantik banget.” Puji orang itu. “You two look so good together.”

“Well thanks.” Balas Azka.

“Dia bilang apa?” Aletta berbisik ke telinga Azka.

Azka membisikan sebuah kalimat pada untuknya. “Katanya lu cocok jadi istri gua.”

Aletta memukul pelan perut Azka. “Dasar buaya.”

“Loh kok buaya sih?” Protes Azka.

“Hmm... Gue permisi dulu ya, kalian lanjut aja mau ngapain, hehe...” Orang tadi langsung pergi setelah menghabiskan 3 gelas Sakura Maru.

“Kok aneh banget ya dia.” Gumam Aletta.

“Mabok itu.” Azka tertawa melihat lelaki tadi yang berjalan seperti orang linglung.


Satya berjalan menuju seseorang yang tengah asik menari seorang diri.

Lelaki itu tersenyum memandangnya, bahkan jantungnya tidak bisa mengontrol apa yang dia rasakan, gadis itu sungguh cantik di mata Satya.

“Sendirian aja nih.” Satya membuka suara ketika sampai dihadapannya.

“Eh kamu...” Gadis itu berhenti menari karena malu, dia menengok ke arah belakang untuk mencari dimana temannya. “Ih kok Aletta ilang sih.”

“Tadi kamu sama Aletta?” Tanya Satya mencoba mengalihkan atensi gadis itu.

“Iya, tadi Shucy mau request lagu, tapi udah keduluan sama Raina.” Jelasnya dengan wajah cemberut.

Ya, gadis itu memang Shucy, seseorang yang berhasil mengisi hati Satya.

“Mau request lagu apa emangnya?” Satya mengusap lembut rambutnya.

“Make a Wish.” Ujar gadis itu.

“Ayo request kalo gitu.” Ajak Satya, dia menggandeng tangan sang pacar.

“Emangnya masih boleh?” Shucy ragu untuk pergi ke arah DJ itu, pasalnya sudah banyak orang yang me-request lagu.

“Boleh lah, ayo aku temenin.” Satya mengelus tangan Shucy untuk membujuknya.

“Oke ayo!” Shucy mengangguk setuju.

Mereka pun pergi menuju meja DJ. Ternyata banyak orang yang mengantri untuk me-request lagu disana. Tapi karena Satya mengenal DJ itu jadinya dia langsung minta saja.

“Dam, kita mau request lagu dong.” Pinta Satya.

Ya, DJ tersebut bernama Adam, teman sekelas Satya yang rumornya akan menggantikan posisi Mahesa sebagai ketua Osis.

[Bang Yedam as Adam – DJ & Calon Ketos]
“Mau request lagu apa pangeran tampan dan putri cantik?” tanya Adam beserta gombalan ajaibnya.

“Mau lagu Nct yang Make a Wish.” Balas Shucy dengan antusias.

“Oke, Make a Wish by Nct.” Adam memutar lagu itu dengan volume full. “Silahkan berpesta kawan.”

“Makasih kak Adam.” Ucap Shucy dengan senyuman manisnya.

“Sama-sama cantik.” Adam mengedipkan sebelah matanya.

Satya yang melihat hal itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Maklum temennya itu buaya semua makanya Satya ketularan, untungnya dia mau tobat.

“Kamu itu suka Nct ya?” Satya membawa Shucy pergi dari sana.

Shucy mengangguk. “Iya suka banget, kakak suka gak?”

“Suka juga, malah aku pernah cover yang The 7th Sense bareng Reyhan.” Ujar Satya, dia dan teman-temannya sangat menyukai cover dance untuk konten tiktok mereka.

“Oh ya? Berarti kamu jago dance dong.” Puji Shucy, dia jadi penasaran skill dance pacarnya.

“Iya, lumayan.” Satya tersenyum miring.

“Coba aku mau liat.” Shucy berdiri menghadap Satya.

Satya menunggu musik memasuki bagian reff, setelah itu dia menari di tengah keramaian pesta, mengalihkan perhatian semua orang di sana untuk melihat ke arahnya.

Shucy dan tamu lainnya memandang kagum pada Satya, bahkan mereka semua bertepuk tangan dengan heboh.

Apalagi ketika Satya menarik Shucy untuk menari bersama. Awalnya dia menolak karena mau, tapi berhubung jiwa Nctzen-nya sudah memuncak, akhirnya dia ikut juga.

Sorakan penonton semakin heboh mengelilingi mereka, sampai sebagian orang juga ikut menari bersama mereka.

Setelah lagu selesai Satya menarik Shucy dan mencium bibirnya di depan semua orang.

Dan suara teriakan semakin meriah karena adegan itu.

Shucy memukul pelan dada Satya. “Kak, banyak orang tau.”

“Gak apa-apa, biar semua orang tau.” Satya kini mencium kening Shucy untuk menyalurkan rasa kasih sayangnya.


Juan dan Ricky saling berpandangan. mereka itu mau balapan lari, siapa yang sampai dihadapan Bella lebih dulu maka dia bisa duduk di sebelah gadis itu.

“Udah mending lo ngalah aja deh, ini mah ketauan banget gue yang menang.” Ujar Ricky, dia udah berancang-ancang mau ngebut.

“Gak lah, masa gue ngalah buat dapetin pacar sendiri.” Juan tidak pernah menyerah dalam hidupnya, jadi apapun yang terjadi dia harus menang.

“Oke, kita mulai ya... 1.. 2.. 3!”

Dan mereka berdua langsung berlari menuju tempat duduk Bella. Mereka itu sama-sama antusias, larinya aja gak beda jauh.

“Eh itu kan Shucy!” Adya berdiri dari tempat duduknya. “Kok malah bareng Satya sih!? Gak bisa di biarin ini.”

“Eh mau kemana? Jangan tinggalin gua anjir.” Bella yang lagi asik makan kue diatas meja jadi ikut berdiri.

“Udah lu disini aja, gua mau misahin Shucy sama Satya.” Suruh Adya. Lagian kalo Bella ikut paling cuma ngebug doang bukannya bantuin.

“Masa gue sendirian sih?” Protes Bella, dia gak mau ditinggal nanti digodain om-om kan bahaya.

“Noh pacar lu mau kesini.” Adya nunjuk dua makhluk yang lagi berlari ke arah mereka.

“E-eh itu kan... tapi bukannya kita pura-pura gak kenal ya sama mereka?” Bella panik, nanti kalo dia ngobrol sama Juan bisa diomelin lagi.

“Kaga, gua tau lu mau ketemu pacar lu kan? Sono puas-puasin, gua pergi dulu.” Adya berlari menuju arah pasangan Satya dan Shucy.

Di sisi lain, Ricky yang melihat kedua gadis itu berdiri seketika berpikir, apakah Bella akan pergi dari sana? Sia-sia dong usaha mereka untuk mendekatinya.

“Eh itu Bella mau kemana?” Tanya Ricky, dia menarik Juan agar berhenti juga.

“Gak tauu! Lo ngapain narik gue sih!?” Juan emosi, orang strateginya udah bagus tadi.

“Ya kan nanya, kali aja Bella mau ke toilet gitu.” Ricky menyipitkan matanya untuk melihat percakapan Bella dan Adya.

“Ya makanya kita harus samperin dia sekarang, biar ke dia toiletnya bisa ditunda.” Usul Juan, dia menarik Ricky untuk berlari lagi kesana.

Bella hanya bisa menunggu mereka berdua sembari memainkan tangannya karena gelisah.

Melihat Juan dari jauh saja sudah membuat jantungnya tidak karuan, bagaimana kalau melihat dari dekat? Bisa benar-benar pingsan mungkin.

“Bella!” Panggil Juan dan Ricky bersamaan.

Bella terkejut. Ternyata kedua orang itu sudah berada di hadapannya saja, mana ganteng semua kan Bella makin gak kuat.

“Bella, gak lagi kesurupan kan?” Juan mengguncang tubuh Bella, abisan dari tadi diem doang kan dia jadi takut.

“G-gak kok..” Setelah menjawab pertanyaan Juan barusan, Bella langsung mimisan seperti biasa.

“Eh kok Bella mimisan!?” Ricky panik dia reflek ngelap darah itu pake jarinya.

“G-gak, gak apa-apa, J-Juan sama R-Ricky g-ganteng banget.” Omongan Bella jadi terbata-bata saking meleyotnya.

“Bella juga cantik banget sumpah.” Ricky memuji Bella sambil tersenyum.

“Ih Bella kok ngomongnya gagap gitu sih? Mau cosplay jadi Aziz Gagap ya?” Juan sempat-sempatnya ngeledek si Bella.

“Ihh bukannya gituu.” Bella cemberut, dasar pacarnya itu gak pernah peka.

“Juan lu yang bener aja dah.” Ricky nabok kepalanya Juan.

“Bercanda Bel, nih gua udah siapin tisu.” Juan memberikan sebungkus tisu hotel padanya.

Bella mengambil tisu itu. “Makasih Juan sama Ricky.


Adya menghampiri Satya dan Shucy yang sedang bermesraan di depan publik itu.

“HEH SATYA ANAK ANJING!” Teriak Adya tepat dihadapan mereka berdua. Udah berasa ngegep orang lagi selingkuh aja.

“Aduhh apalagi sih!?” Satya mengacak rambutnya karena frustrasi. Perasaan dia udah buat perjanjian sama Sean deh biar si Adya itu gak ganggu hubungannya sama Shucy.

“Lo apain itu temen gua hah!? Lepasin gak!” Adya dengan wajah sinisnya itu menarik lengan Shucy.

“Eh, apa-apaan nihh.” Satya gak terima dong, masa pacarnya di ambil gitu aja.

Shucy yang merasa jadi bahan rebutan itu pun mencoba melepaskan diri dan menjauh dari mereka berdua.

“Ish... Adya! Tadi bukannya kita udah bicarain baik-baik ya? Ini kan urusan aku sama Satya. Mau nantinya gimana juga itu gak ada sangkut pautnya sama kamu!” Shucy menatap Adya kesal.

Sebenarnya Shucy sudah muak akan sifat overprotective teman-temannya. Bundanya saja sudah merestui hubungan mereka, masa temannya gak si?

Mendengar itu Adya langsung terdiam. Dia lupa kalau mereka sudah membahasnya, dia jadi merasa bersalah.

“Tuh, lu denger sendiri kan? Ini hubungan gua sama Shucy, lu gak punya hak buat ngatur hubungan kita.” Satya berbicara pelan, dia tidak ingin membentaknya karena biar gimanapun Adya itu perempuan.

“Oh iya maaf, gua lupa.” Adya menunduk.

“Aku harap kamu ngerti, bukannya aku marah sama kamu, tap—”

“Iya gak apa-apa kok, kamu bener. Seharusnya aku gak ikut campur sama hubungan kalian, maaf sekali lagi, permisi.” Adya pergi meninggalkan mereka berdua.

“Adya!” Shucy berniat untuk mengejar Adya namun saat dia melihat seorang lelaki yang berlari di belakang temannya itu membuatnya merasa lega.

“Mau kakak bantu kejar?” Tanya Satya, dia juga merasa bersalah dengan Adya.

“Nggak, kayanya Sean udah ngejar dia.” Ujar Shucy sambil tersenyum miris.

Adya berlari ke tempat yang terlihat sepi dari banyak orang untuk melampiaskan semua kekesalannya disana. Kenapa hanya dia yang harus disalahkan, padahal teman-temannya yang lain juga.

Tapi dia juga merasa ini salahnya sejak awal, seharusnya dia tidak ikut campur dalam hubungan mereka, seharusnya tadi diam saja dia, seharusnya...

“Woy! Ngapain lo nangis sendirian? Gak kesurupan kan lo?” Orang itu mendekat ke arah Adya.

Adya tidak berani menengok ke belakang, karena dia tau orang itu pasti akan mengejeknya.

“Pergi lo Sean! Ngapain coba kesini.” Adya menahan isak tangisnya.

“Yeh, malah ngusir.” Sean berdiri di hadapan Adya. “Lo gak mau meluk gue gitu?”

“Gak! Pergi lo!” Adya menunduk, sebenernya dia sangat ingin memeluk Sean.

“Dih, kalo ngomong sama orang tuh liat matanya, gila lo ngomong sama lantai.” Sean meraih dagu Adya lalu mengangkatnya.

“Seann...” Adya sudah tidak kuat, dia akhirnya menangis dalam pelukan Sean sampai merasa lebih baik.

“Iya gak apa-apa.” Sean mencium kening Adya sembari menepuk-nepuk lembut punggung gadis itu.

Setelah beberapa menit, Adya pun berhenti menangis tapi dia belum mau melepaskan pelukan mereka.

“Kan udah berapa kali gua bilang, jangan ikut campur sama urusan orang lain.” Sean mengusap sisa air mata di pipi pacarnya itu.

“Maksud gua tuh biar Shucy gak sakit hati gegara si Satya-Satya itu, gua masih gak percaya sama dia.” Ucap Adya dengan nada pelan.

“Iya gua ngerti. Lo itu kan temennya berarti lo harus ngedukung hubungan mereka dong, nah kalo sampe bener si Satya bikin Shucy sakit hati, baru deh lo bertindak.” Sean menasihati Adya.

Sean merasa tak tega dengan pacarnya ini, pasti dia jadi overthinking abis ini.

“Iya, mulai sekarang gua gak ikut campur lagi.” Adya melepaskan pelukannya Sean. “Dah, jauh-jauh lo dari gua.”

“Anjirr, giliran udah gak nangis aja jutek lagi.” Sean jadi bingung harus berekspresi bagaimana.


Sekarang kita beralih pada Raina yang baru saja menjemput Anna di lantai dasar.

“Raina, oh my god, this is so amazing!” Anna mengagumi setiap inci interior hotel, bahkan restoran tempat mereka berada terasa seperti di film-film.

Anna yang merupakan siswa dari ekskul majalah dinding pun segera memotret berbagai macam hal yang menurutnya terlihat sangat indah.

“Fix ini bakal jadi bahan berita di mading.” Gumamnya dengan antusias.

“Udah fotonya, kena undang-undang lu.” Peringat Raina, ya dia hanya ingin menakutinya saja.

“Ihh.. kok lo ngomong gitu sih.” Anna menatap tajam ke arah Raina.

“Bercanda.” Raina tertawa canggung, kenapa sih orang-orang serius banget hari ini.

Tepat pada saat itu, ada lima sosok gadis cantik yang berjalan memasuki restoran.

Semua orang yang melihat itu seketika mengeluarkan ponselnya dan menghampiri kelima gadis tersebut untuk foto bersama.

“Eh ada apa nih?” Raina bingung, pasalnya saat dia masuk bersama teman-temannya tadi tidak seheboh ini.

“RAINA, ITU THE BEAUTY FULL TEAM!” Pekik Anna yang juga ikut memotret mereka.

“Oh dia, pantesan.” Raina mengangguk, dia tidak tertarik juga dengan mereka.

Tapi entah mengapa pikirannya berkata lain...

“Eh gua mau nanya sesuatu sama lu.” Raina menepuk bahu Anna agar gadis itu menghentikan aktivitasnya.

“About what?” Anna menoleh ke arah Raina.

“Lu tuh anak mading sekaligus ratu gibah sekolah ya kan? Berarti lu tau tentang The Beauty dong?” Tanya Raina, ya dia jadi penasaran akan sosok The Beauty itu.

“Tau banget lah, kenapa emangnya? Lo mau tau tentang mereka?” Anna menatap Raina penuh selidik, biasanya temannya itu kan tidak pernah peduli.

“Iya, spill dong.”

“Okey, lo liat itu...” Anna menunjuk seorang gadis berambut coklat pendek, dia mengenakan dress.

“Namanya Alya. Dia anggota paling pinter disana. Dan lo tau Ra? Gue denger-denger sih, dia itu naksir sama Azka. Mereka pernah satu tim waktu lomba cerdas cermat dan mulai saat itu banyak yang ngeship mereka.” Sambung Anna.

“Serius lu? Terus Azka suka gak sama Alya?” Raina agak syok dengan fakta yang didengarnya barusan.

“Eum... Kalo dari pandangan semua orang sih, nggak. Lagian lo tau sendiri, Azka itu lebih cinta sama buku daripada sama cewek.” Jelas Anna.

“Iya sih, kalo itu siapa?” Raina menunjuk sosok gadis berambut hitam panjang, gayanya terlihat feminim, dia juga mengenakan dress.

“Itu Agnes. Dia anggota paling pede disana, ya dia emang cantik sih tapi dia juga rada julid. Dia bilang sendiri kalo dia naksir Sean, dan dia itu bucin Sean 24/7, sayangnya Sean gak pernah peka.” Ujar Anna dengan ekspresi dramatis.

“Parah sih Sean. Btw gua dulu juga pernah suka sama Sean, tapi gua mundur duluan pas tau sifat aslinya.” Raina jadi curhat.

“Lo dulu suka sama Sean?” Anna menatap Raina tak percaya, bisa-bisanya temannya itu menyukai lelaki seperti Sean. “Terus kalo sekarang?”

“Heeseung Enhypen.” Balas Raina dengan percaya diri sekaligus gak tau diri.

“Yeh anjir.” Anna memutar kedua matanya malas.

“Ngapa? Itu bias gua sekaligus calon suami.” Raina membela diri.

“Iya serah deh, kita lanjut ya.” Anna kini menunjuk seorang gadis berambut hitam pendek, dia mengenakan pakaian cool, berbeda dengan teman-temannya yang mengenakan dress.

“Yang itu Nayla, dia terkenal tomboy karna ikut ekskul taekwondo. Banyak yang bilang dia masuk ekskul taekwondo biar bisa deket sama Juan.” Lanjut Anna.

“Bentar-bentar, Juan? Nayla suka sama Juan gitu?” Raina syok. Kasian banget Bella kalo tau hal ini, pasti dia jadi overthinking.

“Nah itu, ada yang bilang suka, ada juga yang bilang kalo mereka cuma temenan aja. Jadi istilahnya itu masih rumor.” Jelas Anna, dia juga tidak begitu tau akan hubungan Nayla dan Juan.

“Oh oke-oke, terus kalo itu?” Raina menunjuk seorang gadis berambut panjang yang diombre dengan warna ungu dan hitam, dia mengenakan dress.

“Dia itu Shella, anggota paling cantik dan anggun, dia selalu jadi inceran para cowok-cowok, mukanya juga khas primadona sekolah gitu kan?” Anna selalu merasa insecure bila melihat Shella.

“Iya, lebih cantik dia daripada Dinda.” Raina mengangguk setuju, gadis bernama Shella itu memang sangat cantik.

“Jelas lah. Shella juga artis tiktok gitu, dia suka cover musik sama dance sih. Dan yang gue tau, Shella itu naksir sama Satya.” Ujar Anna.

“Terus Satya tau gak?” Raina mulai curiga dengan lelaki itu, entah lah firasatnya jadi tidak enak.

Anna mengangguk, “Lo tau sendiri Satya buaya. Kalo ada mangsa kaya gitu pasti langsung dia gas lah, tapi mereka cuma sekedar hubungan tanpa status doang sih.”

“Emang bajingan ya Satya.” Raina kesal, ternyata dugaannya Aletta dan Adya selama ini benar.

“Iya, tapi dia banget ganteng Ra.” Anna mengguncang lengan Raina karena gemas dengan ketampanan Satya.

“Gak ah, masih gantengan Park Sunghoon.” Ucap Raina semakin ngawur.

“Itu beda level Ra.”

“Hehehe...”

“Yang terakhir, lo liat cewek rambut pirang itu.” Anna menunjuk seorang gadis berambut panjang yang mengenakan dress mewah. “Dia saingan terberat gua.”

“Hah? Saingan lu?” Raina bingung, sejak kapan Anna mempunyai saingan, memangnya saingan apa?

“Iya, namanya Rachel. Dia itu leader The Beauty, sepupu dari Reyhan. Dia itu pinter, cantik, supel, definisi 'almost perfect' pokoknya. Dan lo tau Ra? Dia itu mantannya kak Hesa.” Anna menunduk lemas.

“Hah!? Boong lu, bukannya Mahesa gak pernah pacaran?” Jantung Raina serasa berhenti berdetak. Kalau Rachel suka dengan pacarnya maka sumber penghasilannya bisa terancam.

“Santai Ra, kok lo syok banget sih?” Anna menatap Raina heran.

“Ya, kaget aja anjir.” Raina jadi tidak tenang.

“Tapi itu rumor doang sih, katanya sebelum Rachel pertukaran pelajar ke Aussie, mereka itu deket banget sampe dikira pacaran.” Jelas Anna yang malah membuat hatinya sakit.

“Ohh gituu...” Raina mengangguk paham. Dia tidak terlalu memedulikan hal itu, dia hanya takut pacarnya itu di rebut, bisa miskin nanti.

“Tapi tetep aja Ra, kalo sekarang ada Rachel di sekolah berarti dia bakal deket lagi sama kak Hesa.” Anna jadi murung, semua moodnya seketika hilang.

“Kaga elah.” Raina mencoba menghibur temannya itu.

“Yeh, tau darimana?” Anna sebenarnya malas menanggapi Raina.

'Gua kan pacarnya anjir. Kalo ampe dia deket-deket cewek lain, gak bakal gua kasih jatah lah tuh orang. Ya walaupun gua gak tenang juga sih.' Batin Raina.

“Percaya aja sama gua.” Raina menepuk bahu temannya itu. “Ah iya, gua pernah baca. Menurut psikologi, pupil seseorang itu bakal membesar kalo dia ngeliat orang yang dia sayangi.”

“So what?”

“Coba kita lihat mata Mahesa waktu tatapan sama Rachel. Kalo misalkan pupil dia membesar berarti dia beneran suka sama Rachel, kalo gak ya bagus.”

Raina pun mulai khawatir dengan hal itu, pasalnya dia tidak pernah sadar akan tatapan Mahesa padanya, dia jadi penasaran juga.

“Itu, mereka kan?”

Anna menunjuk seseorang yang baru saja datang menghampiri The Beauty.

“Hi Mahesa, what's up? I miss you so much.” Sapa Rachel kemudian memeluk lelaki itu dengan erat.

Baru adegan itu saja Anna sudah kecewa. Berbeda dengan Raina yang menyipitkan matanya untuk melihat tatapan mereka.

Raina tidak cemburu jika mereka dekat atau semacamnya, karena dia pikir itu hal yang biasa, asalkan gadis itu tidak menciumnya apalagi merebutnya.

“Hi, long time no see. I miss you too, how about your study? Is it good?” Mahesa melepaskan pelukan Rachel.

“Yeah, I guess...” Rachel tertawa

Dan disaat itu lah Raina bisa melihat mereka berdua bertatapan cukup dekat.

“Anjir gak keliatan gelap.” Gumam Raina kesal, dia tidak bisa melihat mata pacarnya dengan jelas, terlebih lagi matanya sendiri sedikit minus.

“Hiks...”

“Ehh kok lu malah nangis sih? Udah jangan di liat.” Raina berdiri di hadapan Anna untuk menutupi pandangan jelek itu.

Anna memutuskan untuk pergi dari sana, meninggalkan Raina yang kebingungan.

Bukankah seharusnya Raina yang bertingkah seperti itu? Kenapa malah Anna? Meski begitu, Raina tetap mengejarnya.

'Anjir ngapa orang-orang pada demen Mahesa sih? Pake pelet kali ya dia.' Batin Raina.

Raina menghampiri Anna yang baru saja menaiki lift, hanya ada mereka berdua disana, Anna pun menekan tombol lantai dasar.

“Udah lu gak usah nangis, jelek anjir.” Raina memeluk temannya itu, untung saja hanya ada mereka di dalam lift.

“Gue udah tau Ra.” Anna mengusap air matanya.

“Tau apa? Lu liat pupilnya Mahesa membesar? Wah bajingan emang itu buaya.” Raina kesal.

Jadi selama ini pacarnya itu menyukai gadis lain dan menjadikannya sebagai pelarian saja? Tapi itu tidak masalah sih, yang penting dia mendapatkan uang.

“Ih bukan Ra...” Anna melepaskan pelukan mereka.

“Terus?”

“Gue gak peduli sama itu. Yang jelas Rachel itu pasti orang yang spesial buat kak Hesa.” Jelas Anna, dia tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.

“Anjing, gua kira kenapa.” Raina sedikit lega. “Eh tapi lu liat matanya Mahesa gak?”

“Liat sih, pupilnya masih kaya biasa, gak membesar sama sekali.” Anna memang melihat hal itu dengan jelas.

“Serius lu? Berarti itu bagus dong, lu masih ada peluang.” Raina tertegun, kenapa dia jadi mendukung temannya ini.

“Peluang? Lo ngedukung hubungan gue sama dia gitu?” Anna kembali tersenyum.

“Gak sih.” Raina menggeleng. “Cari cowok lain aja, Mahesa itu gak baik.”

“Gak baik? Sekarang gue tanya Ra, letak gak baiknya kak Hesa itu dimana?” Anna itu tidak mengerti jalan pikiran Raina.

“Di otaknya lah.” Balas Raina dengan jujur. Selama mereka berpacaran, dia jadi tau sifat asli pacarnya.

“Heh, jangan sembarang lo kalo ngomong!” Anna memukul pelan lengan Raina.

“Yah, gak percaya.”

Tiba-tiba saja pintu lift terbuka di lantai 50. Karena tidak sadar, mereka pun keluar begitu saja dari lift.

Di lantai tersebut, terdapat ruangan gim dan juga kolam renang indoor.

Mereka terus menyusuri koridor sampai melewati kolam renang indoor yang kebetulan cukup ramai.

Anggap aja foto di atas itu banyak orang😃

“Terus lu mau pulang gitu aja? Cuma gegara Mahesa busuk itu?” Sindir Raina.

“Ra, udah deh, lo jangan ngatain kak Hesa terus.” Raina tak suka bila crush-nya itu di hina seperti itu.

“Biarin aja sih, lagi— eh gua kek kenal itu orang deh.” Raina melihat seorang gadis berambut coklat panjang sedang berbicara dengan beberapa lelaki di pojok koridor.

“Mana?” Anna mengikuti arah pandangan Raina.

“Sini ikut gua.” Raina mengisyaratkan Anna untuk mengikutinya dari belakang.

Kedua gadis itu bersembunyi dibalik tembok sembari mendengar percakapan mereka secara diam-diam.

“Eh Ra, i-itu kan...” Bisik Anna, dia tau banget siapa gadis itu.

“Sstt...” Raina menempelkan jari telunjuknya di bibir.

Gadis itu memberikan botol kaca kecil kepada lelaki di depannya.

“Pokoknya kalian udah tau kan harus ngapain? Tenang, ini baru setengahnya. Kalo kalian berhasil, gua bakal kasih 2 kali lipat.”

“Oke bisa di atur itu mah, cuma kasih ini aja kan ke kuenya?”

“Iya, tuang semuanya kalo perlu.”

Ya, itu lah percakapan yang mereka dengar sejauh ini.

“What is that?” Gumam Raina.

“It's like a poison.” Anna mencurigai botol tersebut.

“Racun? Serius lu?” Raina awalnya tidak percaya tapi setelah dia mencerna percakapan mereka, seperti nya itu benar.

“Ra, kayanya kita harus balik deh, firasat gue gak nak.” Anna berbalik dan...

PRANG!

Dia tidak sengaja menendang vas bunga yang berada di dekatnya hingga pecah.

“That the f—””

Akibat suara keras itu, orang yang tadi mereka intip pun langsung mendekati Raina dan Anna.

“Well.. well.. well.. look at this.” Gadis itu bertepuk tangan. “Hi girls, what's up? How are you Anna and... Raina?

“D-Dinda?”

“AYOO LARI ANNA!” Raina menarik lengan Anna untuk berlari.

Ya, gadis itu adalah Dinda. Orang yang menyuruh Raina dan teman-temannya untuk membalas dendam pada Reyhan.

“Tangkep mereka!”

. . .

To Be Continued...



#SweetBetrayal