Sweeter Than a Caffe Latte

Di balkon rumahku Bagiku duduk di teras balkon ditemani secangkir caffe latte dan suara rintikan air hujan adalah healing terbaik.

Sesaat lamunanku buyar saat terdengar knop pintu terbuka. Aku menoleh ke arah sumber suara dan menangkap satu objek tampan mengenakan kaos putih polos dan dibalut dengan jaket coklat serta rambut hitamnya yang sedikit basah, aku yakin itu karena air hujan.

Berjalan ke arahku dengan raut wajah yang sangat tenang tak lupa senyum manis dan sesekali menampakkan deretan giginya yang putih sembari merapikan bagian depan rambutnya dimana hal tersebut cukup untuk membuat jantungku berdetak 2x lebih cepat.

“Coffe again?” kalimat pertama yang terlontar dari mulut mungilnya. Aku hanya menjawab dengan anggukan kecil sebagai tanda membenarkan apa yang ia tanyakan.

Hening untuk beberapa saat sampai seketika dia kembali berbicara padaku.

“Babe, let me tell u about something” ucap lelaki tersebut. “What is it?” jawabku antusias. “Can u stop drinking coffee for a while?, aku cemburu tau” kalimat pengakuan darinya yang membuatku heran dan tak sanggup untuk menahan tawa.

“What do u mean? cemburu, sama kopi? pliss ga usah mulai deh mark” tegasku.

Lelaki tampan itu menoleh ke arahku sambil memasang wajah cemberut tanda kecewa atas kalimat yang baru saja aku lontarkan. Jika sudah seperti ini dia pasti akan mengeluarkan jurus andalannya, memanyunkan bibir dan menautkan kedua alisnya yang dimataku terlihat amat menggemaskan persis seperti kartun animasi angry bird yang sering aku tonton saat masih kecil.

“Tell me ur reasons why I should stop drinking coffee, and what? cemburu kenapa kamu cemburu sama kopi?” ucapku padanya sembari menopang dagu dengan satu tangan tanda bahwa aku serius ingin mendengarkan jawabannya.

Mark menghela nafas perlahan dan dengan sengaja meminum kopi milikku yang lantas membuat aku terkejut atas tingkahnya.

“Heeiii” jawabku “Oke listen to me babe, aku tau kamu kalo udah minum kopi sambil ngelamun pasti lagi ada yang dipikirin kan?” “Yaa so why? sanggahku “Uhm aku iri aja sama kopi bisa buat kamu ngerasa tenang, aku pengen gantiin kopi buat kamu biar kalo kamu lagi banyak pikiran tuh larinya ke aku bukan ke kopi” jawaban dari mark yang berhasil membuat senyumku merekah

“Ih ngga gitu mark, yakali aku bandingin kamu sama kopi. Aku minumnya ga banyak kok lagian kalo ada apa-apa juga larinya tetep ke kamu kan, to get a hug from you” aku membenarkan tanggapannya.

Mark tersenyum mendengar ucapanku, kemudian dia bertanya “Okay plis choose the one, me or coffee?” “Coffee” jawabku tanpa ragu “BABEEE!!!” teriak mark sambil mengguncangkan tubuhnya tanda tak terima atas jawabanku. Sialnya aku suka tingkah mark yang seperti ini terlihat sangat menggemaskan bagiku.

“AHAHAHA of course you Mark” kataku. “Whaaattt? aku ga denger tadi kupingku kesumpel gajah” Satu pukulan yang tidak terlalu keras berhasil mendarat di lengan kiri mark. Aku kembali menjawab “you, Mark Lee” “Why you choose me?” pertanyaan dari mark yang sedari tadi tak kunjung berhenti.

Lalu tanpa ragu ku ucap “Because u sweeter than a caffe latte” “OH DAANNGGGG YASHH IT'S ME” ucap mark antusias dan berakhir dengan mengukir senyuman manis sembari mengusap lembut pucuk kepalaku.

~t.