96618

[Matching ]

“Xingte? Xingte!” “Hummph…” “Kenapa sih?” Hiroto lama-lama risih melihat Xingte yang dari tadi memelototi dirinya. “Cepet ah, katanya mau sarapan bareng” “Hiroto dari hari pertama sampai sekarang pakai bajunya itu-itu terus, deh”

Hiroto memutar bola matanya, karena itu toh Xingte terus-terusan melihatnya, “Ya terus kenapa? Terserah, dong” Hiroto merapikan meja kamarnya yang penuh kertas kosakata hasil belajar bersama Boyuan.

“Kapan-kapan Hiroto pinjam punyaku aja”

“Gak, kime

Dengan dua kata pamungkas itu, sang anak lelaki berparas manis menarik Xingte keluar kamar dengan paksa, menuju kantin untuk sarapan menyusul trainee yang lain. Sementara Xingte yang kedua alisnya masih bertautan, menggurat catatan mental untuk memberi Hiroto kejutan esok hari.

***

DUG DUG DUG

“Hiirotooo”

Kedua telapak mungil lelaki yang dipanggil namanya itu berhenti mengusap wajahnya dengan handuk air hangat. Pasti Xingte, pikirnya dalam hati, sedikit jengkel. Bagaimana tidak, ia baru selesai mandi, hendak menyesap teh kemasan kenang-kenangan dari Lailai. Dan malah ada bocah berisik di depan kamarnya.

“Sebenta-“

“HIIROTOOO?? DOOREU OPEN PLEASEU??”

“BENTAR, WAITO A MINUTE, CHOTTO MATE, YOU KNOW CHOTTO MATE??”

Ia jarang berteriak pada orang lain, namun nampaknya Zhang Xingte adalah pengecualian.

Setelah cepat-cepat mengenakan setelan jaket windbreaker hitam kesayangannya, ia membuka pintu dengan raut sebal. Di depannya berdiri Xingte yang sudah rapi mengenakan Hoodie short-sleeves putih dibalut rompi rajut berwarna biru pastel berhiaskan pernik pin kecil warna-warni. Yup, seperti gaya seorang Zhang Xingte setiap harinya. Ah, tak lupa spectacle yang menggantung manis di wajahnya.

“Hehehe, abis gini kita ada jadwal keluar bareng kan?”

“Udah tau gitu, jangan ganggu orang lagi siap-siap dong Zhang Xingte”

“no no no no~” Xingte menggoyangkan telunjuknya, tersenyum jahil.

“Masa mau keluar pake baju itu?”

“Apa lagi emangnya?”

Xingte mendecak, pura-pura memasang raut kecewa. Lantas, tiba-tiba menarik lengan Hiroto, “E-eh, woi mau ngapain?!”

“Hehee ayo ke kamarku dulu” ucap Xingte sambil masih menarik lengan jaket Hiroto. Yang jadi korban penarikan hanya bisa menghela napas menurut. Sebab, menentang seorang Zhang Xingte hanya akan sia-sia.

Begitu sampai di depan kamar 603, Xingte membuka pintunya sampai berdebam, Jelas terpampang kamar berantakan ala anak laki-laki biasanya, selimut gengyin jatuh ke lantai, kotak aksesoris yang ditinggal Shaodong tergeletak di meja dengan posisi terbuka, botol Chunzen milik Boyuan yang semalam dipakai mereka bermain bowling, sekarang berserakan lupa dibereskan. Kemudian..

“TADAAAA~”

Hiroto menepuk dahinya, di kerangka ranjang susun Xingte menggantung bermacam jenis rompi rajut. Ia yakin Xingte akan memaksa dirinya untuk memilih salah satu dari itu semua.

“Gamau tau, pokoknya hari ini Hiroto harus pilih salahsatu!”Xingte mendorong Hiroto supaya berdiri lebih dekat dengan deretan pakaian miliknya. Ungu, merah muda, biru, hijau, hampir semua warna dengan tone pastel ada disana, semuanya bagus, namun Hiroto tak begitu memperhatikan. Sampai kemudian salah satu menarik perhatiannya.

“Nee, yang ini..” Xingte menoleh dengan antusias begitu mendengar suara Hiroto. Tangan mungil di depannya mengangkat sebuah rompi berwarna krim lembut. Ia memilihnya karena tak terlalu mencolok, dan juga, warnanya terlihat menyegarkan.

“Ohoo?? Nice~ aku belum pernah pakai yang ini~ Eh, sebentar…” Xingte memicingkan matanya seakan meneliti rompi tersebut.

“Cepetan, 20 menitan lagi pasti kita dipanggil staff-san”

Dari ekspresinya yang serius, tiba-tiba Xingte tersenyum sumringah. Dengan tangkas ia membuka lemarinya, mengambil kemeja polo putih polos yang ada di paling bawah;

“Nih, pake yang ini juga! Belum pernah kupake, ayoo cepatt gantiii aku mau lihaaat~~” Xingte menodongkan kemeja tersebut ke Hiroto.

“Ck, iya, iya, jangan nengok kau”

“Siapa juga yang mau lihat week~~”

***

“Hirotooo udah boleh nengok belom?”

“Dikit lagi”

“Udah belom?”

“Udah”

Xingte membuka kedua kelopak maniknya demi melihat Hiroto yang telah mengenakan setelan pilihannya tadi dengan canggung. Kemejanya sedikit kebesaran sehingga bagian bawahnya hampir-hampir menyentuh dengkulnya. Namun justru itu membuatnya semakin imut, pikir Xingte.

Xingte melonjak-lonjak senang, ia hadapkan Hiroto ke satu-satunya cermin di kamar 603.

“Lihat! Aku lupa bilang kalau ternyata model rompi yang kau pakai sama yang kupakai ini sama, jadi hari ini kita kembaran hehehe~~”

Xingte menggoyang-goyangkan bahu Hiroto saking senangnya. Sementara Hiroto yang baru menyadari hal itu wajahnya merona, alih-alih merah padam, sebisa mungkin ia menghindari menatap citranya dan XIngte yang memakai rompi rajut kembaran di depan cermin.

“Ng-nggak! Aku mau ganti yang lain nggg…” “Eee? Tapi kan-“

“Xingte? Ah, ada hiroto juga, cepat, kita harus berangkat sekarang” seorang staff tiba-tiba membuka pintu kamar.

“Tuh kata kakak staff harus cepetan, yuk!” Dengan sengaja Xingte mengemasi buku-buku bawaan Hiroto, memberikannya, lantas menggandeng telapak Hiroto dengan senyum lebar. Mau tak mau Hiroto menurut saja. Pasrah telapak kanannya digenggam erat oleh Xingte.

***

Di luar dorm, sudah menanti puluhan fans yang membawa kamera besar-besar, menunggu trainee mana yang akan keluar dorm untuk jadwal hari ini.

“Eh-eh lihat ada yang keluar!”

“itu…KYAAAAH ITU XINGTE!! ZHANG XINGTEEEE” “Bentar..yang sama Xingte itu..Hiroto??!” “Ya tuhan mereka pakai baju kembaran?! IMUT BANGET” “JINGJI DAXIANGG, ZHANG XINGTEE WO AINIMEN” “HIROTO LIHAT KESINI”

Para mama-fans berteriak kesenangan, entah karena Xingte yang berjalan sambil menggandeng Hiroto atau karena akhirnya Hiroto memakai baju selain 3 stel yang selalu ia pakai terus-menerus.

Xingte berhenti berjalan, kemudian bertanya—berseru pada kakak-kakak fansite di balik pagar pembatas,

“Heiii kalian suka tidak baju Hiroto hari inii???”

“SUKA” “PASTI SUKA LAH GIMANA SIH” “JANGAN-JANGAN ITU PUNYAMU, TETE?” “Hehe~ iya~ jadi hari ini kami kembaran~~”

Kumpulan gadis di balik pagar itu semakin menggila mendengar jawaban Xingte yang di tutup dengan tawa menggemaskan anak lelaki itu. Rasanya Hiroto ingin sembunyi di gudang dorm saja saking malunya.

“JIXIANG DIDI LIHAT KESINI PLISS MAMA MAU FOTO” “ANAK MAMA IMUT SEKALI YA TUHAN”

Mau tak mau, Hiroto menolehkan kepalanya dan melambai kecil, sebelum ia masuk ke mobil, meninggalkan fans yang berteriak senang dengan responsnya tadi.

“Ish, ngapain pake nanya jiejie-men sih!” Hiroto memukul-mukul dengkulnya, berusaha menutupi rasa malu. “Emang kenapa?? Mereka juga senang kan? Ehehe~”

“Iya sih..”

***

Perlahan-lahan mentari tumbang, bertukar dengan purnama. Xingte dan Hiroto turun dari mobil hitam mengkilat yang mereka tumpangi, baru kembali dari jadwal shooting mereka. Diluar sudah menunggu para mama fans. Ingin melihat ‘anak kembar’ mereka.

Xingte lagi-lagi melambai sambil tertawa senang. Hiroto menghela napas. Di dorongnya punggung Xingte supaya berjalan lebih cepat. Lelaki bermata sipit di depannya itu menggembungkan pipinya,”Heee kenapa sih humph”

“Ayo cepet, kelamaan ah” “iya iyaa”

Begitu mereka masuk dorm. Pintu megah itu ditutup perlahan oleh satpam. Xingte mengangkat kedua lengannya, meregangkan tubuh yang lelah disuruh jalan kesana-kemari dari pagi hingga sore.

“Ah iya, Hiroto”

“Hum?”

Xingte membalikkan badannya, supaya dapat bertemu pandang dengan Hiroto, “Karena cocok sama kamu, kemeja dan rompi rajutnya kukasih HIroto deh! Hehe~”

Kedua manik Hiroto membulat, “Jangan ngawur-“

“Nggak apa~ aku suka lihat Hiroto pakai itu” Xingte mengulurkan kedua telapaknya, menggoyangkan pipi tirus Hiroto ke kanan dan kiri (yang mana termasuk tindakan nekat, karena yah, Hiroto lebih tua darinya. Tapi, apa yang kalian harapkan dari seorang Zhang Xingte? ), Hiroto menautkan kedua alisnya,

“Tapi kan, ini punyamu…” Hiroto menghembuskan napas untuk kesekian kalinya.

“Biarinn justru karena ini punyaku, jadi terserah, kan? Lagian, aku masih punya banyak”

“Hhh ya sudah…tapi..sini ikut aku-“ Hiroto menarik lengan kemeja Xingte pelan, memintanya mengikuti.

Xingte menelengkan kepalanya, penasaran. Kemudian Hiroto berhenti melangkah di depan kamarnya. Kamar 1021.

“Tunggu sini”

Xingte mengangguk menurut. Hiroto masuk ke dalam kamar. Tak lama ia kembali, namun kini membawa sebuah kotak usang. Dibukanya tutup kotak berwarna hijau itu, menampakkan gelang misanga yang bertumpuk-tumpuk.

“Pilih yang kau suka..”

Manik Xingte berbinar-binar, “Yang benar?? Boleh??” Pipi Hiroto merona, “H-habisnya nggak enak k-kalau aku nggak ngasih sesuatu…nggak seberapa sih..”

“Nu-huh! Aku suka yang ini!! Aku suka kok!” Xingte mengambil misanga berwarna biru muda yang dipilin dengan tali merah muda.

“Eung tapi kekecilan, nggak muat deh..”

Hiroto memutar kedua maniknya, “itu harus dikendurkan dulu, sini” Xingte mengulurkan lengan kanannya, Hiroto menarik ujung misanga, kemudian memakaikannya di pergelangan Xingte. Sebaris senyum sumringah menghiasi wajah XIngte.

“Huaaaa aku suka ini!! Lihat sekarang kita pakai gelang yang sama hehehe~~”

“Sudah ah, sana kembali ke kamarmu, aku mau tidur”

“Eee? Amu masih latihan katanya, aku tidur sini boleh ya? Ya? Ya?” Hiroto berbalik, demi menyembunyikan wajahnya yang terasa sepanas kepiting rebus,

“Terserah kau saja”