write.as

EXTRA III

“Eh aduh sorry jadi lupa, nama lo siapa tadi?” perempuan itu beralih menatap Atra yang duduk bersebrangan dengan Marcel, yang diajak bicara lantas mematikan ponsel yang semula menjadi fokusnya; ia melirik Marcel sekilas lalu tersenyum ke arah si perempuan.

“Atra, Atra Rajasa.” jawabnya dengan senyum yang terpatri di wajah, tidak lupa menekankan setiap kata agar si perempuan dapat menghapalnya dengan benar; walaupun Atra tahu perempuan itu tidak akan mengingat namanya setelah satu menit kemudian.

“Oh,” tangan asing yang perlahan melingkar pada lengan kiri Marcel tidak luput dari perhatian Atra, “Lo itu siapanya Marcel?” lanjutnya, semakin menempelkan tubuh bak gitar spanyol ke arah laki-laki di sampingnya; sumpah, Atra berani bertaruh kalau payudara besar itu pasti menggesek bisep Marcel!

Belum sempat menjawab. “Tu, minggiran.” secara bersamaan keduanya menoleh ke arah Marcel yang tampak tidak nyaman dengan jarak yang menipis di antara dirinya dan si perempuan; yang di tolak menjauh.

Tidak kehabisan akal, Tu atau Ratu (nama si perempuan) berusaha untuk menggenggam tangan Marcel dengan jemari lentiknya, tapi yang disentuh lebih dulu menepis. Lagi, lagi, aksi itu ditangkap dengan jelas oleh kedua mata Atra.

“Anj...” Marcel memejamkan mata, Atra tahu laki-laki dihadapannya sedang berusaha untuk tidak bersikap kasar pada perempuan. Ratu cemberut, sadar kalau aksinya ditolak mentah-mentah.

“Punten, A. Ini nasi gorengnya. Karet dua yang telornya dadar, pedes ya.” Atra menoleh, mengambil bungkus hitam yang berisi pesanannya. “Sip, makasih, Kang.”

Marcel lebih dulu berdiri dari duduknya beberapa detik setelah melihat Atra mengambil plastik nasi goreng, “Udah semua?” Atra mengangguk sebagai jawab,

“Gua duluan ya, Tu.” bukan Marcel yang berpamitan, melainkan Atra., Ratu yang melihat Atra berdiri hanya mengangguk, matanya masih fokus melihat Marcel yang enggan menatapnya kembali atau untuk hanya sekedar berpamitan.

“Cel, nanti gue telfon yaa.” Ratu masih dengan usahanya, sementara Atra berhasil dibuat terheran, gila, padahal udah ditolak mentah-mentah tapi usahanya masih getol, begitu pikir Atra.

“Ayo.” Marcel mengulurkan tangannya sambil melirik satu tangan Atra yang 'kosong', sadar akan maksud laki-laki dihadapannya Atra menyambut uluran tangan tersebut, menggenggam jemari Marcel.

“Kang, makasih ya.” Marcel menepuk pundak si Akang nasi goreng, meninggalkan tenda jualan sambil menggandeng tangan laki-lakinya. “Sama-sama, A!”

Belum jauh melangkah, Atra kembali menoleh, pandangannya bertemu dengan milik Ratu. Pertanyaan tentang 'siapa Atra untuk Marcel' biarkan Ratu yang menjawab sendiri, melihat dari bagaimana Marcel menggengam tangan laki-laki di sampingnya. Atra mengangkat alisnya, tersenyum tipis – mirip seperti mengejek ke arah si perempuan.