pengantin baru ; kagehina

08.00 AM

tobio terbangun dari tidur lelapnya. tirai jendela masih tertutup rapat, tetapi sedikit cahaya matahari berhasil menerobos masuk melalui celah-celah. ia mendudukkan diri dan melamun sebelum matanya menangkap sosok berbalut selimut terbaring di sampingnya.

itu shouyo, yang kemarin baru saja resmi menjadi pasangan sahnya. tangannya bergerak menuju pucuk kepala shouyo kemudian menepuknya pelan. sudut bibirnya terangkat sedikit kala melihat shouyo menggeliat dalam tidurnya.

tobio mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. ia hampir lupa kalau ia sedang menempati kamar khusus yang disiapkan kedua orangtua shouyo. dipikir-pikir, semua ini masih terasa tidak nyata. benaknya kembali mengingat pada momen ketika ia masih berpacaran dengan shouyo dan mengiming-imingi cincin juga janji suci. pun tobio tidak pernah menyangka bahwa impiannya—impian shouyou pula—benar-benar terkabul. lalu, malam setelah seluruh rangkaian acara telah selesai dan saatnya mereka beristirahat. tanpa sadar, tobio terkekeh sendiri mengingat tingkah shouyo yang konyol.

sambil bergelung di bawah selimut, mereka berhadap-hadapan. tidak ada yang menutup matanya. sibuk memandangi wajah masing-masing.

“kamu kenapa?” tanya tobio.

“kenapa apanya?”

“mukamu tegang banget. padahal nggak aku apa-apain.”

shouyo mencubit bagian perut tobio sebelum ia mendengar aduhan dari suaminya. “tau nggak ....”

“apa?”

“deg-degan.”

“kenapa?”

“deg-degan tidur bareng kamu.”

tobio nyaris menyemburkan tawa jika ia tidak ingat kalau hari sudah menunjukkan pukul satu. “apaan, sih? kayak baru pertama aja.”

“ya kan— baru nikah.”

“udah, kamu tidur sana. capek, 'kan? aku juga ngantuk.”

“jangan bobo dulu ...,” shouyo menarik ujung kaus tobio ketika tobio hendak membalikkan tubuhnya. “nggak bisa bobo.”

tobio bergerak mendekat ke shouyo dan mendekap tubuh mungilnya itu. “sini aku nina bobo-in.”

“ih ... belum mau bobo juga.”

“ya terus mau apa?”

“main voli, yuk?”

“jangan ngarang, ya, kamu.”

shouyo cemberut. “nonton film?”

tobio menghela napas. “aku ngantuk, mau tidur aja. dadah, 'met bobo, sayang.”

“tobioooooo ....”

tobio berbalik lagi untuk sekadar mengatakan, “kalo susah tidur, coba itung domba aja sampe ngantuk.”

dan shouyo benar-benar melakukan itu sampai ia terlelap.

tobio menggelengkan kepalanya. bagaimana bisa malam pertama mereka berlangsung seflat itu. tetapi, mau bagaimana lagi, semalam itu lelah dan mengantuk sekali. hal-hal yang ia bayangkan harus tersingkirkan sementara demi mendapatkan istirahat yang cukup.

setelah bebersih sebentar, tobio beranjak ke luar kamar dan disambut oleh mama hinata yang sedang membuat sarapan.

“eh, tobio! selamat pagi!”

tobio membalas dengan senyum sopan. “pagi, ma.”

ia jadi geli sendiri, sekarang bisa panggil mertua dengan sebutan mama-papa.

“shouyo pasti masih bobo. maaf ya, anaknya emang kebo banget.”

iya, tau. tiap ada kesempatan bobo bareng, paginya pasti tobio dulu yang bangun.

“nggak apa-apa, ma. masih cape kali. biarin aja.” ucap tobio kemudian melangkah mendekati mertuanya. “sini, ma. biar tobio bantuin bikin sarapan.”

mama hinata tersenyum. “terima kasih, menantu gantengku.”

mereka berdua kemudian membuat sarapan bersama sambil berbincang-bincang banyak hal: shouyo, hubungan tobio dan shouyo, sampai menggoda tobio perihal status pengantin baru.

tak lama setelah mereka menata meja untuk sarapan bersama, shouyo akhirnya keluar dari kamar dengan muka bantal dan rambut kusut.

“shouyo, astaga. cuci muka dan sikat gigi dulu, kenapa? malu sama suami nggak ada cantik-cantiknya!” mama hinata mengomel sedang shouyonya sendiri pun belum sepenuhnya sadar.

shouyo mengusak-usakkan matanya seraya berjalan ke arah meja makan. matanya melirik pada tobio yang sedang memperhatikannya dengan wajah geli.

satu detik. dua detik. tiga detik.

shouyo terkesiap dan matanya terbuka selebar-lebarnya. “KAGEYAMA?!”

baik tobio maupun mama hinata terkejut dengan teriakan shouyo.

“kamu ngapain pagi-pagi di rumah aku?!”

tobio mengerutkan keningnya bingung. “apa, sih?”

shouyo beralih pada mamanya yang juga menatapnya aneh. “mama?”

“amnesia, ya, kamu?”

“hah?”

tobio menyentil kening shouyo. “pagi-pagi di rumah kamu? ya iyalah, semalem 'kan tidur bareng. lagian wajar dong udah jadi suami.”

“hah?”

“satu lagi, ya. nggak usah manggil aku kageyama. kamu juga sekarang namanya kageyama, nanti bingung.”

kemudian tobio meninggalkan shouyo yang masih dilanda kebingungan bersama mama hinata yang tergelak melihat tingkah anaknya.

nikah belum sehari, udah lupa aja sama suami sendiri.