Win tidak menaruh ekspektasi apapun atas kehadiran Bright pagi itu.

Ketika tengah melangkah keluar dari indekos untuk membeli sarapan, tahu-tahu terparkir seunit mobil tak asing di depan gerbang. Pemuda itu mengendap-ngendap menuju ke arah mobil tersebut. Ia mendapati sesosok laki-laki tengah bersandar pada bagian samping mobil.

Tepat seperti apa dugaan Win, sosok laki-laki itu adalah Bright. Entah apa tujuan kedatangannya pagi-pagi di hari Sabtu. Win kontan saja berbalik arah menuju ke dalam gerbang indekos demi menghindari sosok itu.

Namun sayang seribu kali sayang, Bright telah lebih dahulu menyadari presensi seseorang di dekatnya, yang sontak saja membuatnya menoleh ke arah datangnya sosok itu. Sebelum Win berhasil kabur, Bright telah lebih dahulu menangkap kehadirannya. Ia lalu berseru, “Win!” Sembari mengangkat sebelah tangannya ke udara.

Tungkai Win otomatis terhenti mendengar seruan tersebut. Pemuda itu berdecak dongkol kemudian berbalik. Sudah kepalang tanggung untuk melarikan diri dari jeratan sosok yang sebenarnya ingin dihindarinya tersebut.

“Ngapain ke sini?” tanya Win sinis. “Btw, tau darimana saya ngekos di sini?” lanjutnya bertanya.

Bright membuka pintu mobilnya untuk mengambil sesuatu dari kursi penumpang. Ia mengeluarkan parka milik Win yang sudah tertinggal di apartemen berminggu-minggu lamanya.

“Saya kan bisa liat berkas pendaftaran Gifted Program kamu,” jawab Bright seraya menjulurkan tangannya untuk memberikan parka tersebut pada Win.

“You’re abusing your power, you know?” respons Win jengkel sambil mengambil parkanya dari tangan Bright. Ia mengira, Bright mau mengirimkannya lewat kurir. Rupanya, Bright malah mengantarkannya langsung ke tempat ia tinggal.

“A ‘thank you’ would be really nice, you know?” balas Bright.

Win berdecak. “Thank you so much, Sir,” ucapnya kemudian dengan cara bicara yang terdengar dibuat-buat.

Bright tersenyum mendengar balasan dari Win tersebut. Sebelah tangannya mengarih, mengacak rambut yang lebih muda. Kemudian berlalu menaiki mobilnya tanpa kata.

“OI! Saya bukan anak kecil!” seru Win sebal dengan perlakuan yang lebih tua.

x x x

Tidak ada balasan sama sekali dari Win sejak pesan terakhir Pluempong terkirim sekitar lima belas menit yang lalu. Posisinya kini sudah semakin dekat dengan tempat tinggal temannya itu. Jarak antara rumahnya dan indekos temannya tidak begitu jauh apalagi jika ditempuh dengan motor. Hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit hingga Pluempong sampai ke destinasi.

Dari seberang jalan, Pluempong mendapati sosok temannya di depan gerbang tengah berbincang dengan seseorang. Semakin diperhatikan, ia semakin mengenali sosok itu, sosok yang kini tengah mengusap kepala Win sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.

Pemandangan tersebut membuat Pluempong terkejut bukan main. Ia tidak mungkin salah lihat. Pemuda itu tahu betul bahwa orang itu adalah Bright, CEO BV Consulting. Lantas, apa yang tengah pria itu lakukan di tempat tinggal Win? Kuriositasnya meningkat tentang relasi apa yang sebenarnya dijalin oleh laki-laki itu dengan sahabatnya sampai-sampai keduanya terlihat begitu akrab seperti orang yang telah kenal bertahun-tahun.

Makanan buatan ibu yang seharusnya Pluempong berikan kepada Win ia lempar begitu saja ke jalanan. Tanpa sempat menginjakkan kaki pada kediaman sang sahabat, pemuda itu memilih untuk tancap gas dari sana. Meninggalkan pemandangan tersebut dengan tanda tanya yang kian memberondong pada benaknya.