write.as

Separuh Nafas Meghantara

Meghantara Prakasa kembali berbaring setelah meletakkan ponselnya di nakas samping ranjang. Dia memperhatikan ruangan serba putih, lengkap dengan beberapa tabung oksigen dekat ranjangnya. Baru pagi tadi Tara bisa terlepas dari tabung oksigen yang beberapa hari terakhir membantunya untuk bernafas. Penyakit kompleks nya yang membuat stock pernafasan Tara sedikit berkurang.

Hal pertama yang Tara lakukan saat sudah mampu mengangkat tubuhnya adalah menghubungi Tiara dan memastikan gadis itu baik-baik aja. Tara tidak tenang teringat Tiara yang dia tinggalkan di tengah tengah persiapan Ujian Nasional. Rasanya sangat lega ketika Tiara membalas pesannya. Tara bersyukur, karena untuk yang kesekian kalinya, Tuhan masih memberikannya kesempatan hidup. Dan, yang terpenting, Tara masih diberikan waktu untuk bertemu orang-orang yang dia sayangi dan mewujudkan Keinginannya bersama Peri Cantik.

Suara ketukan pintu membuatnya tersadar dari lamunan singkat.

“Lo kaya baru pertama kali ketemu gue aja, pake segala ngetok pintu Har.” sahut Tara. Dia tahu itu pasti Matahari, orang yang sudah ikut repot mengurusnya sejak 10 bulan kebelakang ini.

“KA TARAAA.” sapa Hari dengan nada yang dibuat-buat. Tara melemparkan hantal yang mengenai bagian lengan Hari.

“Hahaha, Kak Tara kok galak sih…”

“Gue lempar alat kemo ya, kalo lo masih kayak gitu,” ancam Tara, yang direspons tawa lepas Hari. Puas sekali dia meledeki Hubungan Tara dan Tiara.

“Kakak? Kenapa harus se alay gitu?” Tanya Tara kepada Hari yang menjadi sasaran empuk Tara. Karena bisa saja Tiara curiga dengan apa yang sedang terjadi.

“Lo ga brief dulu. Kemarin abis kemo langsung pingsan mendadak, dan baru bangun tadi. Ya gue jawab aja kaya orang orang pacaran di Thailand.” Jawab hari

“But Thanks ya Har.” Hari bingung dengan ucapan Tara yang tiba tiba itu.

“Thanks udah mau disisi gue selama perjalanan kemo gue. Kalo gak ada lo, gue kayaknya gakuat lawan penyakit ini sendirian” sambung Tara terkekeh pelan.

“Thanks nya diganti sama bantuin aku nugas Sejarah dong Ka Tara…”

“Ah, anjir, udahan dong!” Tara protes

“Hahaha gimana? Masih lemah gemulai gak badan lo. Tar?” Tara menggeleng sambil melihat Hari yang mendekati ranjangnya

“Syukur deh kalo gitu. ada yang dibutuhin, gak? Biar gue bawa pulang kerumah lo dan bawain kesini” ucap Hari

“Ehm, gaada Har. Gue mau cepet cepet pulang aja. besok kita pulang boleh kan Har?” Tara menanggapi pertanyaan Hari sebelumnya.

“Nope, you can’t can’t go home.” Hari menjawab dengan bahasa inggrisnya yang dicampur campur.

“Gue serius. Gue udah kaya biasa lagi kok.”

“Tar, mulai hari ini lagi, jangan skip Kemo ya? Lo liat sendiri keadaan badan lo kaya gini.” Raut muka Hari terlihat serius kali ini

“Iye juragan Cupang. Bawel juga kaya mamah gue lama lama.”

“I’m serious”

“Iyaa Matahari…”

“Serius ya, kalau lo skip lagi, gue bakal bawa cupang gue kesini kaya pertama kemo.” Ancam Hari, membuat Tara tertawa

“Har, sebelum ulang Tahun gue, gue mau menjalankan misi Keinginan Tiara. Lo mau bantu gue kan?” Tanya Tara

“Yes baby. Mau mulai darimana?”

“Ehm, kita bikin passport dulu, bareng bareng lo sama revin gue yang bayarin. Tenang. Abis itu gue bakal minta bantuan Daren buat ke butik. Seinget gue tantenya itu nyediain Kostum Dress gitu. Buat Prom nya Tiara nanti.” Tara menjelaskan rencana Awalnya kepada Hari

“Lo yakin? Buat passport ga murah tar. 300rb buat satu orang. Lo bakal bayarin 4. Gue, Lo, Tiara, Sama Revin. Mending disimpen dulu, buat kemo Tar.”

“Gue udah ada kok, masih lama juga expired nya. Jadi cuma 3 aja. Please bantu gue ya?”

“Lo kalau ga diturutin, bakal ngelakuin hal gila kaya waktu itu. Iya iya.”

“Makasihh juragan cupang!!!”

“Tapi, aman kan Har? Revin dan Daren gaada yang tau?”

“Aman. Pada ngiranya lo penelitian beneran. Secara kan lo pinter” Tara tergelak mendengar itu, selalu saja teman temannya berpikir positive tentang dirinya.

“Tapi mau sampai kapan Tar?”

“Gak tau Har. Belum siap.”

“Dan pacar lo itu Tar, kata nyokap lo, dia kerumah buat nyari lo. Nyokap lo cuma diem dikamar karena katanya Anaknya yang badung ini ga ngebolehin mamahnya cerita tentang keadaan anaknya ke Pacarnya sendiri. Tega lo. Pacar sendiri dibuat khawatir.” Hari memberitahu Tara apa yang terjadi ketika dirinya tak sadarkan diri. Raut wajah Tara berubah

“Sorry banger Tar, tapi selama lo gasadar, gue buka chat lo sama Tiara. Perhatian yang lo kasih seakan akan ngebuat dia berharap banget ke lo Tar. Belum lagi harapan harapan yang lo kasih ke Tiara. Mau sampai kapan lo sembunyiin dari dia? Tapi lo coba inget inget, apa yang lo suruh ke Tiara, kaya jangan lupa makan dan lain sebagainya, itu malah berbanding terbalik ke lo Tar.” Ungkap Hari panjang lebar.

Tara termenung setelah mendengar itu. Semua kata Hari sangat menampar dan memojokkan posisinya, tapi juga membuat Tara menyadari kesalahannya yang secara tidak langsung sudah memberi harapan kepada Tiara.