ensiklopedia hyuckren


Donghyuck membolak-balikkan buku yang dipegangnya, mencoba menemukan sesuatu yang menarik yang mungkin bisa ia dapatkan dari sana. Sebuah kegiatan yang mungkin bisa membunuh waktu dan menjauhkannya dari kata bosan. Tapi nihil. Perpustakaan yang luas ini terlalu menyiksanya. Demi semua keheningan dan ilmu pengetahuan yang berada disana, Donghyuck bersumpah ia tak akan mau lagi mengambil keputusan yang salah untuk menunggu kekasihnya di sana.

“Mengapa lama sekali, sih?”

Donghyuck mendengus kesal merutuki nasibnya. Buku ensiklopedia yang semenjak tadi ia bolak-balikkan halamannya ditutup. Diletakkan kedua lengannya di atas buku tebal itu, lalu menelungkupkan kepalanya di sana. Donghyuck berusaha tidur, berharap ketika membuka mata nanti, sang kekasih sudah berada di depannya.

“Hyuck?”

Suara itu mengalun pelan di telinga Donghyuck. Kepalanya yang sedikit berat terangkat karena mengantuk. Pemuda itu sudah akan mulai memasuki alam mimpinya kalau saja tidak ada suara yang membangunkannya.

“Ah, kau sudah selesai, Renjunie?”

Donghyuck mengerjapkan matanya. Segera mungkin ia ingin membunuh rasa kantuk yang sudah menghampirinya tadi. Yang ia tunggu kini tengah menatapnya penuh khawatir.

“Maaf, aku membuatmu menunggu lama, ya?”

Donghyuck tersenyum dan menggeleng pelan. Balasan permintaan maaf dari sang kekasih.

“Kalaupun harus menunggu seharian, aku rela, kok.”

“Jangan bohong.”

“Hei, apa yang tidak untuk kurcaci kecilku ini, sih?”

Pipi Renjun—kekasihnya, ia cubit pelan tanda gemas.

“Ih, Lee Donghyuck!”

Donghyuck mengluarkan tawanya. Renjun hanya menarik nafas dalam sambil mendudukkan tubuhnya di depan Donghyuck, lalu melirik kearah meja di depannya. Alis Renjun terangkat. Itu buku ensiklopedia. Tebalnya tidak main-main.

“Hyuck? Kau membacanya?”

“Hanya melihat.”

Renjun tersenyum dan membuka bacaan tebal itu. Mengabaikan Donghyuck yang kini tengah meletakkan kepalanya di atas meja. Dia melirik ke arah Renjun yang asyik membaca ensiklopedia itu. Lalu tangan kanannya terulur mengambil sang buku.

“Sebetulnya aku tertarik dengan buku tebal dan besar semacam ini.”

Renjun terbelalak. Bukankah ini berita bagus? Ia tahu benar siapa Lee Donghyuck. Buku diktat pelajarannya saja tak pernah ia sentuh, apalagi buku tebal semacam ini.

“Ada apa, Renjun?”

“Kau tertarik? Dengan buku tebal semacam ini? Serius, Hyuck?”

Renjun masih tak percaya. Donghyuck kembali memfokuskan pandangannya pada buku itu. Membuka halaman demi halaman.

“Aku mulai berpikir, banyak ilmu yang aku dapat dari sini.”

Donghyuck masih membaca deretan informasi dari sana. Sesekali tersenyum dan melirik ke arah Renjun. Tangannya dengan perlahan membuka halaman demi halaman.

“Ah! Renjunie, coba lihat! Ini menarik sekali.”

Donghyuck memekik. Terlihat sangat antusias dengan sebuah objek yang tertangkap matanya. Renjun yang duduk di depannya, merasa penasaran tengah menggelayuti otaknya. Segera pemuda mungil itu berdiri dan beranjak menduduki kursi di samping Donghyuck.

“Mana? Coba aku mau lihat!”

Renjun memposisikan kepalanya. Mencoba melihat apa yang tengah dibaca Donghyuck. Tapi sosok disampingnya itu menghalanginya melihat.

“Kau yakin?”

Donghyuck menoleh sambil ersenyum tipis pada Renjun yang masih dihinggapi rasa penasaran.

“Cepat, Hyuck!”

“Jangan menyesal, ya?.”

Renjun mengernyitkan dahinya, memandang Donghyuck intens. Tak paham maksud dari kata-kata Donghyuck yang kini memberi isyarat padanya untuk mendekat.

“Kemarilah.”

Donghyuck sedikit mengangkat buku tebal hingga sejajar dengan kepalanya. Renjun mendekat. Tapi itu halaman kosong, hanya halaman pembatas antarbab.

“Tidak ada apa-apa, Donghyuck.”

Donghyuck mengulum senyuman lalu memegang buku itu dengan tangan kirinya. Sedikit berat memang tapi itu cukup mudah baginya. Tangan kanannya meraih dagu Renjun agar mereka berhadapan. Lalu mendaratkan kecupan singkat dibibir Renjun.

“Itu alasannya kenapa aku menyukai buku tebal ini, Huang.”

Renjun masih diam, memproses dengan lambat apa yang baru saja terjadi dengan otaknya. Tawa kecil keluar dari bibir Donghyuck saat ia kembali menurunkan buku itu ke meja lalu menutupnya sejenak. Satu tangannya yang bebas meraih tangan Renjun untuk ia genggam.

“Ayo kita pulang. Aku rasa aku ingin meminjam buku ini dan melanjutkan membacanya di rumah bersamamu.”

“Ih, Lee Donghyuck, dasar mesum!”

FIN.