GERIMIS MENGUNDANG fluffy seungzz


Seungyoun mengetuk-ngetukkan jarinya di atas tuts piano di depannya. Tak berniat memainkan satu lagupun dengan instrumen tersebut. Pikirannya melayang pada seseorang yang tengah ia tunggu. Diliriknya jam dinding yang tergantung di dinding ruangan tersebut. Jam empat lewat sepuluh menit, sudah lebih sepuluh menit dari waktu kedatangan yang dijanjikan orang itu.

“Dasar tukang telat.”

Seungyoun mengeluh gelisah. Sosok itu belum nampak. Lalu ia berdiri dan melangkah ke dekat pintu. Belum ada suara langkah kaki mendekat. Diarahkannya pandangan hingga tertuju ke arah jendela.

“Oh, sedang mendung rupanya.”

Awan kelabu bergerombol menyelimuti langit sore itu. Seungyoun lagi-lagi menarik nafas dalam.

“Jangan sampai dia lupa membawa payung atau kupiting lehernya sampai susah bernapas.”

Seungyoun mengetikkan beberapa kata setelah mengambil ponselnya. Bermaksud mengirim pesan pada seseorang.

'Mendung, jangan sampai kau kehujanan! Hati-hati.'

Tekirim.

Seungyoun kembali mendekati piano. Dinyamankan posisi duduknya. Lalu jemarinya kembali menyentuh tuts-tuts piano. Kali ini, sebuah lagu terdengar dan menggema di ruang tersebut.

Suara Seungyoun tidak keluar karena sedang tidak ingin bernyanyi. Hanya piano di depannya yang mengeluarkan suara. Beberapa nada-nada yang terdengar menjadikan suasana di ruangan tersebut terasa lebih hangat.

Mata Seungyoun terpejam ketika ia masih memainkan pianonya. Suara rintikan hujan mulai terdengar menyapa telinganya. Meskipun begitu, ia enggan membuka matanya, masih terhanyut oleh imajinasinya sendiri bersama lagu yang ia mainkan.

Tanpa disadari olehnya, seseorang membuka pintu ruangan di mana Seungyoun berada. Sosok itu tersenyum ketika ia mendapati Seungyoun tengah memainkan piano dengan mata terpejam dan senyum terlukis di wajahnya. Pelan-pelan ia mendekati sosok Seungyoun dari belakang. Lalu menyentuh wajah Seungyoun dan menutup mata Seungyoun dengan telapak tangannya. Saat itu juga Seungyoun menghentikan gerakan jemari mungilnya di atas tuts piano.

“Tanganmu dingin, hyung.”

Sosok itu tersenyum ketika Seungyoun berhasil mengenalinya.

“Hangatkan tanganku kalau begitu.”

Bisikan di telinganya membuat Seungyoun menyentuhkan jari-jarinya pada tangan dingin sosok itu lalu menariknya hingga berada di depan bibir dan menghembuskan nafasnya perlahan di telapak tangan sosok itu.

Seungyoun sedang mencoba menghangatkannya

“Sudah hangat, Seungwoo hyung?”

“Terima kasih.”

Seungyoun berbalik dan tersenyum. Matanya melebar melihat sosok itu sedikit basah. Jaket yang terkena hujan di beberapa bagian, juga rambut yang sudah hampir basah seluruhnya membuat Seungyoun memutar bola matanya. Memang benar-benar keras kepala makhluk tampan bernama Seungwoo ini.

“Sudah kubilang jangan sampai kehujanan.”

“Ini hanya gerimis, Seungyounie.”

Tanpa menanggapi alasan Seungwoo, Seungyoun beranjak keluar dari ruangan itu beberapa saat dan ia kembali dengan sebuah handuk di tangan.

“Duduklah, hyung.”

Seungwoo tersenyum, mengiyakan perintah Seungyoun. Dengan patuh, ia duduk di kursi yang tadinya ditempati Seungyoun untuk bermain piano. Seungyoun mendekat dan memulai kegiatannya mengeringkan rambut dan badan Seungwoo.

“Biar kulakukan sendiri, Youn.”

Ditariknya handuk dari tangan Seungyoun namun dengan sigap, Seungyoun kembali mengambilnya dan bahkan memaksa Seungwoo membuka jaket yang dipakainya lalu menelantarkannya begitu saja di lantai.

“Diamlah, Han Seungwoo. Duduk dan nikmati saja perhatianku.”

Seungwoo, sosok itu hanya menurut mendapati omelan Seungyoun untuk kecerobohannya dan menikmati perlakuan Seungyoun yang kini tengah mengusap rambutnya lembut dengan handuk.

“Lebih cepat mengeringkannya dengan hairdryer, kau tahu.”

“Itu bisa merusak rambutmu, hyung.”

Seungyoun mendengus pelan menanggapi Seungwoo yang benar-benar tak bisa diam dengan segala protes yang dilayangkannya.

“Oh, atau kau memang sedang ingin menyentuhku ya, Seungyounie?”

Seringaian muncul di garis wajah Seungwoo. Seungyoun berhenti. Kemudian, disentakkan handuk itu hingga menutupi wajah Seungwoo.

“Sana keringkan sendiri!”

Seungyoun berbalik menjauhi Seungwoo karena merasa kesal dipermainkan Seungwoo.

“Hey, jangan marah. Ayolah, aku hanya bercanda.”

Seungwoo mendekati Seungyoun. Mengulurkan tangannya yang tengah memegang handuk ke arah Seungyoun. Lama Seungyoun berpikir sebelum kembali meraih handuk dari tangan Seungwoo.

“Aku mendapatkanmu, Cho Seungyoun.”

Belum sempat mencerna kalimat itu, Seungwoo sudah terlebih dulu menarik tangan Seungyoun. Merapatkan tubuh mereka berdua. Seungwoo menyampirkan handuk di leher belakang Seungyoun dan melingkarkannya. Kemudian, ditariknya kedua sisi handuk itu hingga wajah Seungyoun mendekat dan berakhir dengan bibir Seungyoun yang melekat pada bibir Seungwoo.

“Dasar Han Seungwoo kurang ajar! Kau menipuku, ya!”

Seungwoo tertawa lepas melihat reaksi Seungyoun ketika tautan bibir mereka terlepas. Seungyoun mengambil handuk dari lehernya dan berniat keluar untuk menyingkirkan benda tersebut. Juga jauh-jauh dadi Seungwoo dan kelakuan jahilnya yang semakin parah setelah terguyur hujan.

“Hatchi!”

Seungyoun menoleh dan mendapati Seungwoo tengah menggosok ujung hidung mancungnya yang sedikit memerah.

Seungyoun yang tidak tega melihatnya memilih kembali berjalan mendekat pada Seungwoo.

“Uh, maaf. Itu pasti karena aku tidak tahan dingin, Seungyounie”

Seungwoo kembali tertawa kecil melihat wajah Seungyoun yang terlihat marah. Seungyoun sudah berada dihadapannya, sangat dekat. Detik berikutnya, Seungyoun menyampirkan handuk yang masih dipegangnya hingga menutupi seluruh kepala dan wajah Seungwoo, juga wajah dan kepalanya sendiri. Diciumnya lembut ujung hidung Seungwoo, sebelum beralih ke bibir pucat dan dingin pria yang lebih tinggi. Kali ini sedikit lama, hingga keduanya merasa suhu tubuh mereka meninggi, barulah ciuman itu terhenti.

“Sudah merasa hangat?”

Seungyoun terlihat malu ketika bertanya, sedangkan Seungwoo tersenyum mendapati wajah Seungyoun memerah.

“Kurasa aku terserang demam sekarang.”

おわり。