Asmaraloka
Judulnya midnight drive, tapi Zyra udah berinisiatif nyari outfit dari jam tujuh malam. Udah ada lima baju di atas kasurnya, tapi gadis itu masih juga ngerasa belum ada baju yang cocok buat agendanya hari ini bareng bapak dosen. Sampai jarum jam nunjuk ke angka sembilan pun, Zyra masih aja bingung mau pakai baju apa. Padahal biasanya gadis itu pakai baju apa aja, karena dia tau kalau dirinya tetap bakal cantik pakai baju apapun. Beda dengan malam ini, rasanya bukan Zyra banget.
“Gue lagi ngapain sih?” Monolog si gadis sesaat setelah dirinya sadar.
“Midnight drive doang, Zyra. Bukan mau diajak ketemu orang tuanya.”
Dan detik berikutnya gadis itu narik rambutnya sendiri dan mukul-mukul kepalanya pelan.
“Sinting lo, Zyra.” Mungkin gak akan ada yang nyangka kalau seorang Zyra yang biasanya tenang dan dingin ternyata suka monolog sendiri sambil mukulin kepalanya cuma karena pikiran yang menurutnya terlampau bodoh.
Akhirnya Zyra ngambil hoodie dan celana jeans buat dia pakai. Gadis itu beresin lagi baju-bajunya dan masukin ke dalam lemari. Setelahnya, dia mainin ponselnya sambil nungguin Seungwoo. Tapi, baru aja dia duduk di kasurnya, Zyra langsung buru-buru menuju ke meja riasnya. Sekali lagi, ini bukan Zyra banget. Dia biasanya gak terlalu peduli dengan dandanannya, malah kadang dia gak dandan kalau mau pergi ataupun ngampus. Tapi untuk malam ini, Zyra dandan niat.
“Zyra lu ngapain bego?”
Entah itu udah umpatan ke berapa kalinya yang dilayangkan Zyra buat dirinya sendiri, yang jelas setelah maki dirinya sendiri, dia cuma pake liptint dengan warna yang sama kayak bibirnya.
“Please stop doing stupid stuff.” Zyra ngedengus kasar setelah mikirin kalau dirinya aneh malam ini. Baru aja dia mau mainin ponselnya lagi, panggilan masuk dari Seungwoo langsung muncul di layar ponselnya.
Panggilannya berakhir cuma dalam lima detik, Seungwoo cuma ngasih tau kalau dia udah ada di halaman kosan dia. Zyra buru-buru ambil dompetnya dan power bank. Sebelum dia samperin Seungwoo, gak lupa dia semprot parfum ke seluruh badannya termasuk hair mist.
“Lama?” Tanya Zyra waktu masuk ke mobil Seungwoo. Laki-laki yang lebih tua itu senyum sambil gelengin kepalanya.
“Nggak, Zyra.” Jawabnya.
“Kemana?” Tanya Zyra setelah pasang seatbelt.
“Keliling Bandung kan?”
“Bener-bener gak ada tujuan?”
“Kamu ada tempat yang mau dikunjungin? Kalau mau, saya ikut aja.”
“Saya belum makan.” Seungwoo terkekeh geli. Padahal tinggal bilang aja kalau dia laper. Tapi ya udah namanya juga Zyra.
“Mau makan apa?”
“Kamu ada rekomendasi?”
“Mahal apa murah?”
“Murah.”
“Oke.” Balas Seungwoo. Laki-laki itu segera bawa mobilnya ke daerah yang semakin malam, semakin ramai. Alun-alun Kota Bandung. Sekitar 20 menit buat keduanya sampai di tujuan, soalnya jalanan pun macet.
“Pilih deh mau apa, ada banyak.” Zyra segera ngelangkah, mau lihat ada apa aja disana. Seungwoo cuma ngikutin cewek itu, dimanapun Zyra mau makan, dia bakalan setuju.
“Nasi goreng aja.” Katanya Zyra.
“Oke.” Kali ini Seungwoo jalan duluan, buat nunjukin nasi goreng yang enak.
Sampai di tempat nasi goreng, keduanya langsung pesen. Zyra natap sekitar, karena ngerasa asing sama pemandangan yang ada di hadapannya saat ini. Gadis itu kalau keluar malam gak akan jauh pergi ke.... You know where. Sementara Zyra sibuk natap sekitar, Seungwoo sibuk natap Zyra. Diem-diem senyum kecilnya ngembang karena perempuan yang lagi dia tatap pun senyum sambil liat keramaian.
“Nasi goreng ati ampela sama nasi goreng sosis pedes banget, ya, Kang?” Interupsi abang nasi goreng.
“Oh iya, Kang. Makasih.” Balas Seungwoo.
“Makan yang banyak biar gak masuk angin.” Kata Seungwoo. Zyra mutar bola matanya.
“Gak usah diingetin juga bakalan makan.” Gak tau kenapa Seungwoo selalu ketawa karena respon Zyra yang ketus. Keduanya segera makan.
“Enak?” Tanya Seungwoo. Zyra cuma anggukin kepalanya aja dan kembali makan lagi. Tangan Seungwoo refleks ngusap rambut Zyra pelan dan dia segera makan nasi gorengnya.
Sementara Zyra? Jangan ditanya gimana jantungnya saat ini. Udah bergemuruh gak karuan. Matanya natap Seungwoo galak.
“Jangan usap-usap rambut saya.” Katanya ketus.
“Hahaha. Ya udah maaf, gak akan lagi.” Zyra mendelik dan segera abisin nasi gorengnya.
“Udah kenyang?” Tanya Seungwoo.
“Belum.” Lagi-lagi laki-laki itu ketawa denger omongan Zyra.
“Mau nambah?”
“Gak. Nanti aja jajan lagi.” Balas Zyra.
“Ya udah, yuk? Apa masih mau liatin orang-orang?” Tanya Seungwoo.
“Saya mau jalan-jalan dulu kesana, boleh?” Zyra nunjuk ke arah alun-alun yang dipenuhi manusia.
“Boleh, Zyra. Yuk.”
Keduanya segera jalan ke depan Mesjid alun-alun yang di depannya pakai rumput sintetis. Ada banyak orang disana dan didominasi sama remaja. Karena ya mungkin udah malem juga, biasanya banyak anak-anak kalau siang.
15 menit berlalu, akhirnya keduanya kembali ke mobil buat lanjutin agenda midnight drive keliling Bandung.
“Jendelanya buka aja, ya?” Tanya Seungwoo.
“Iya.” Balas Zyra singkat.
Setelah itu Seungwoo segera jalanin kendaraannya itu. Kedua jendela dibuka dan membuat keduanya sedikit kedinginan, tapi baik Zyra pun Seungwoo nikmatin angin malam yang membelai lembut kulit wajah mereka.
“Kamu jarang main ke alun-alun?” Tanya Seungwoo random.
“Jarang. Gak minat.”
“Terus tadi minatnya muncul darimana?”
“Dari angin.” Jawaban asal Zyra itu dihadiahi kekehan sama Seungwoo.
“Kamu sering main kesana?” Giliran Zyra yang bertanya balik.
“Lumayan sering, kadang liat orang banyak tuh menyenangkan.” Zyra natap Seungwoo dengan alis yang bertaut.
“Iya, seneng. Saya suka perhatiin orang. Kadang saya ajak ngobrolstranger yang kebetulan duduk samping saya.”
“Buat?”
“Who know if we could get some insight from strangers, right?” Zyra diem denger omongan Seungwoo.
“Or maybe just a little chit chat to know how's life with another point of view.“
“Kamu coba deh, Zyra. Apalagi kalau skripsi gini. Dulu saya suka ngobrol sama orang kalau udah mandeg ngerjain skripsi.”
“It's you, not me. We're different. I'm not that humble to talk with strangers.” Seungwoo terkekeh lagi.
“Makanya cobain aja dulu, biar tau.” Zyra cuma natap Seungwoo lalu ngangkat bahunya dan kembali natap ke luar jendela mobil.
“Eh, kamu besok ada kelas?”
“Ada, jam 2 siang.”
“Loh kenapa gak bilang? Nanti kamu ngantuk waktu kelas.”
“Kita midnight drive doang. Pulang agenda ini saya bisa langsung tidur.” Bales Zyra.
“Yowes kalau gitu.”
“Kamu?”
“Saya ada jadwal ngajar jam 10, Zyra.”
“Harusnya kamu khawatirin diri sendiri.”
“Lagi pengen jalan-jalan mumpung ada yang nemenin.” Zyra berdehem pendek dan kembali natap ke luar.
“Kamu sering midnight drive gini?” Tanya Seungwoo.
“Kalau yang bener-bener niat midnight drive gak pernah.” Jawab Zyra.
“Terus malam ini niatnya muncul dari mana?” Seungwoo tuh suka banget godain mahasiswanya itu.
“Angin.” Jawaban Zyra masih sama dan respon Seungwoo pun masih sama, ketawa.
“Makasih, ya.” Zyra nengok dengar ucapan Seungwoo.
“Makasih udah mau nemenin saya keliling.”
“Hmm.” Zyra cuma berdehem sebagai balasan.
“Mau jajan katanya?”
“Saya gak tau banyak jajanan. Terserah kamu aja mau kemana.”
“Suka dimsum?”
“Suka.”
“Oke.”
Seungwoo segera arahin mobilnya ke arah Dipatiukur, karena hampir disetiap jalannya ada yang jual dimsum dan juga makanan lainnya.
“Ini tempatnya emang selalu rame?” Tanya Zyra waktu mereka berdua udah sampai di tempat tujuan.
“Iya, orang-orang biasanya kalau ngidam dimsum, kalau gak kesini, ya ke daerah Saparua.” Balas Seungwoo. Zyra kembali natap jalanan sekitarnya.
“Kamu gak pernah kesini?” Tanya Seungwoo.
“Nggak. Saya jarang keluar.”
“Jarang keluar?” Tanya Seungwoo dengan nada ngegoda. Zyra langsung nengok ke arah Seungwoo dan natap dosennya itu galak. Zyra sebel banget kalau laki-laki itu udah ledekin dia.
“Jarang ke tempat jajanan pinggir jalan.” Ralat Zyra ketus. Seungwoo ketawa denger mahasiswanya itu, apalagi waktu Zyra jalan duluan ninggalin dia.
“Tungguin dong.” Gak perlu banyak effort buat nyamain langkah kakinya dengan Zyra, soalnya kaki Seungwoo jenjang.
“Males.” Bales Zyra.
“Hahaha.” Seungwoo kembali ketawa.
“Kalau kamu ketawa terus, saya pulang aja.” Seungwoo langsung nahan tawanya sambil gigit bibir.
“Iya iya, gak ketawa lagi.” Seungwoo ngacak rambut Zyra dan bikin perempuan itu refleks ngejauh karena kaget.
“Eh maaf maaf, kebiasaan.”
“Iya.” Bales Zyra.
Setelah berkeliling, akhirnya mereka berdua nemu penjual dimsum yang masih ada tempat kosong buat mereka. Keduanya segera pesen dan nunggu pesanannya. Zyra ngeliat ke sekitar karena ngerasa asing. Ada banyak orang disana yang dia yakinin kebanyakan mahasiswa.
Waktu lagi liat-liat, mata Zyra gak sengaja nemu seseorang yang akhir-akhir ini sering ngobrol sama dia.
“Diandra?” Gumam Zyra pelan.
“Hm?” Tanya Seungwoo yang lagi mainin ponselnya.
“Kita makan di mobil aja.” Kata Zyra cepet.
“Eh kenapa, Zyra?” Tanya Seungwoo yang bingung.
“Di mobil aja.” Jawab Zyra.
“Oh, ya udah.” Balas Seungwoo yang masih bingung. Zyra segera ngomong ke abangnya buat bungkusin dimsumnya.
“Jangan nengok ke belakang.” Kata Zyra.
“Kenap...” Baru aja Seungwoo mau nengokin kepalanya, satu tangan Zyra udah narik pipi Seungwoo.
Gak lama, dimsum mereka udah dibungkus, dan Zyra segera narik tangan Seungwoo biar cepet pergi dari tempat itu.
“Ada apa?” Tanya Seungwoo waktu keduanya sampai di mobil.
“Ada Diandra.” Jawab Zyra dan entah buat yang keberapa kalinya Seungwoo ketawa.
“Emang kenapa kalau ada Diandra? Malu jalan sama saya?”
“Bukan gitu.” Ketus Zyra.
“Terus kenapa?”
“Males aja nanti ada gosip.”
“Gosip kayak gimana misalnya?” Seungwoo senyum waktu nanyain itu.
“Jalan aja.” Kata Zyra.
“Gosip kalau kita...”
“NGGAK.” Zyra langsung nyanggah omongan Seungwoo dan bikin laki-laki itu naikin kedua alisnya.
“Emang saya mau bilang apa?”
“Jalan aja!” Suruh Zyra. Dia malingin wajahnya ke arah jendela, salah tingkah. Seungwoo cuma senyum lalu dia segera injek gas mobilnya.
Selama di perjalanan, keduanya kembali diem-dieman. Zyra masih aja ngerasa salah tingkah gara-gara omongannya tadi. Buat natap Seungwoo aja malu rasanya. Dia pengen pulang, tapi kalau dia mau pulang, makin ketauan kalau dia masih malu dan salting.
“Dimsumnya gak dimakan? Gak enak loh kalau udah dingin.” Kata Seungwoo.
“Oh, iya.” Zyra segera buka dimsumnya. Dia berlagak sok tenang, padahal banyak banget yang ada dipikirannya saat ini.
“Saya mau.” Zyra natap Seungwoo terus ngasihin dimsum plus bungkusnya.
“Saya lagi nyetir, Zyra.” Balas Seungwoo sambil senyum. Zyra diem sebentar, dia ngerasa mendadak bodoh kalau udah ngobrol sama Seungwoo disaat laki-laki itu lagi dalam mode 'Seungwoo' bukan mode 'dosen pembimbing'.
“Saya gak boleh makan nih?” Goda Seungwoo.
“Nanti aja kalau lagi lampu merah makannya.” Balas Zyra.
“Tapi saya laper, Zyra.” Seungwoo tuh gak pernah gak lembut kalau ngomong sama orang lain.
“Ya kan kamu lagi nyetir.”
“Kan ada kamu.” Zyra narik nafasnya dalam-dalam, nyoba buat netralin debaran jantungnya.
“Nih.” Zyra nyodorin dimsumnya. Seungwoo ngelirik sekilas dan langsung masukin dimsumnya ke dalam mulutnya. Dia ngunyah sambil senyum soalnya dia seneng bisa godain mahasiswanya itu.
“Lagi dong, Zyra.” Perempuan itu natap Seungwoo dan ngehembusin nafasnya, tapi Zyra tetep suapin dosennya itu.
“Mending kita gantian nyetir aja, biar kamu bisa makan dimsumnya sendiri.”
“Gak usah, gak apa-apa. Suapin saya aja.”
“Capek.” Ujar Zyra sebal.
“Hahaha, ya udah saya makannya nanti lagi.”
“Iya.”
“Tapi boleh minta tolong satu lagi?” Tanya Seungwoo tanpa ngalihin pandangannya dari jalan.
“Apa?”
“Boleh minta tolong ambilin botol air minum yang ada di dalem dashboard? Sekalian minta tolong bukain.” Tanpa ngomong apapun, Zyra segera buka dashboard yang di dalemnya ada beberapa botol air mineral. Gadis itu segera bukain botolnya dan ngasihin ke Seungwoo.
“Makasih, Zyra.” Seungwoo ngasihin lagi botolnya ke Zyra setelah dia minum beberapa teguk.
“Mau kemana lagi?” Tanya Seungwoo.
“Gak tau.”
“Sekarang jam berapa?”
“Jam 12 lewat sepuluh.” Jawab Zyra.
“Kamu belum pernah main ke daerah mana?”
“Banyak.”
“Pangalengan pernah gak?”
“Belum. Emang ada apa disana?”
“Ada tempat buat liat sunrise kalau kamu mau.”
“Kamu besok ngajar jam 10 tapi?” Seungwoo senyum.
“Gak apa-apa kok. Saya abis clubbing langsung ngajar aja bisa.” Zyra yang lagi minum langsung keselek dengernya.
“Bisa gak sih gak usah bahas itu?”
“Bahas apa, Zyra?” Seungwoo ketawa kecil sementara Zyra cuma ngedelik.
“Jadi mau atau nggak?” Tanya Seungwoo lagi.
“Mau.” Jawab Zyra singkat.
Ruang sempit itu kembali hening lagi. Seungwoo mulai nyalain musik dari mobilnya. Laki-laki itu secara gak sadar ikutan nyanyi dan bikin Zyra ngelirik ke arahnya.
“Eh, maaf maaf saya ikutan nyanyi. Refleks.”
“Saya suka suara kamu.” Seungwoo noleh sekilas ke arah Zyra abis itu fokus lagi ke jalanan.
“Kalau sayanya?”
“Gak.” Laki-laki yang lebih tua itu terkekeh setelah denger jawaban gadis yang lebih muda.
“Nyebelin banget.” Ketus Zyra tapi Seungwoo masih aja ketawa, malah semakin kenceng karena gemes aja ngeliat mahasiswa galaknya itu.
“Dimsumnya gak dimakan lagi? Keburu dingin loh.”
“Nanti mobil kamu bau.”
“Gak apa, nanti saya buka jendelanya aja biar gak bau.”
“Beneran?”
“Iya, dek.”
Wajah Zyra tiba-tiba kerasa hangat, jantungnya juga berdebar-debar gak karuan setelah dosennya itu manggil dia 'dek'. Untungnya mobil itu gelap, jadi Seungwoo gak bisa liat wajah Zyra yang pastinya udah merah.
Gadis itu segera buka lagi dimsumnya, dan makan. Zyra keliatan laper, padahal dia baru aja makan belum ada dua jam yang lalu.
“Gak mau bagi-bagi?” Canda Seungwoo.
“Kamu mau lagi?”
“Mau kalau dikasih.”
Zyra segera sodorin lagi dimsumnya ke samping Seungwoo, laki-laki itu nengok sebentar terus ketawa.
“Gak usah, tadi itu becanda. Nanti kamu kelaperan lagi kalau saya minta dimsumnya.”
“Ck, gak. Makan aja, lagian kan ini banyak.” Seungwoo segera buka mulutnya dan Zyra suapin dimsumnya lagi.
“Pedes banget.” Kata Seungwoo. “Kamu pakein sambel?” Tanya Seungwoo.
“Iya, saya pakein sambel. Kirain suka. Abisnya aneh kalau gak pake.” Bales Zyra.
“Ini pedes banget. Saya mau minum.” Zyra malah liatin Seungwoo dan tawanya pecah liat Seungwoo yang kepedesan.
“Lucu kali kalau saya videoin dosen idaman satu fakultas lagi kepedesan gini?” Kata Zyra.
“Zyra...” Panggil Seungwoo sambil kipasin bibirnya yang kerasa panas.
“Saya videoin terus kirim ke base kampus.” Zyra masih ketawa geli liat dosennya itu.
“Zyra, tolong minum.” Pinta Seungwoo. Karena udah puas ketawa, Zyra segera bukain botol minum buat Seungwoo, dan laki-laki itu langsung menegak habis air minumnya.
“Padahal gak pedes.” Zyra lanjutin makan dimsumnya tanpa keliatan kepedesan sedikitpun.
“Jangan keseringan makan pedes ah, kasian usus kamu.”
“Saya kan gak apa-apa. Kamu aja yang kepedesan.”
Setelah itu mereka ngobrol-ngobrol lagi meskipun banyak diemnya. Sekitar jam 2 pagi mereka berdua sampai di tujuan mereka. Masih sepi, ya karena emang pasti ramenya nanti waktu subuh menjelang matahari terbit.
“Terus kita nunggu empat jam disini?” Tanya Zyra.
“Kamu ngantuk?”
“Nggak. Tapi bosen kalau cuma nunggu.”
“Ya udah kerjain revisi kamu biar gak bosen.”
“Dih, belum juga dikasih revisi sama penguji.” Seungwoo ketawa dengernya.
“Tidur aja, kalau nanti udah mau naik mataharinya, saya bangunin.”
“Dibilang saya gak ngantuk.”
“Mau pergi ke tempat lain?”
“Emang disini ada tempat apalagi?” Tanya Zyra.
“Gak tau juga sih.”
Setelah itu, mereka berdua diem-dieman lagi. Zyra akhirnya mainin ponselnya, sementara Seungwoo diem sambil sesekali ngelirik perempuan di sebelahnya itu.
“Saya tidur, ya?” Kata Seungwoo setelah beberapa menit mereka cuma diem-dieman. Zyra segera noleh.
“Nanti mau minta tolong bangunin saya.” Pinta Seungwoo.
“Gak mau.” Bales Zyra.
“Ya udah saya pasang alarm.”
“Gak boleh.” Seungwoo ngerutin dahinya sambil natap Zyra. Gadis itu balik natap laki-laki yang ada di hadapannya.
“Kenapa?” Tanya Seungwoo.
“Ya, jangan pokoknya.” Seungwoo terkekeh, lagi-lagi tangannya ngusap lembut rambut Zyra.
“Mau ditemenin?” Zyra diem, gak jawab pertanyaan Seungwoo yang artinya dia ngeiyain pertanyaannya.
“Mau saya temenin, tapi kamunya dari tadi main hp terus.”
“Iya, ini gak main hp.” Zyra segera simpen hp-nya di atas dashboard.
“Kamu udah lama gak clubbing?” Tanya Seungwoo. Lagi-lagi Zyra keselek dengar pertanyaan dari dosennya itu.
“Iya.”
“Gara-gara trauma ketemu saya atau emang gara-gara skripsian?” Tanya Seungwoo sambil ketawa kecil.
“Jawabannya yang kedua.” Seungwoo anggukin kepalanya.
“Kamu sendiri?”
“Udah lama juga nggak. Soalnya lagi banyak kerjaan, sama ada kesibukan lain.” Zyra natap Seungwoo. Laki-laki itu tau kalau sebenernya Zyra pengen nanya kesibukannya apa, tapi pasti gadis itu gengsi.
“Sibuk ngurus anak bimbingan saya. Anaknya manja tapi gengsi mau bilang.” Zyra langsung tatap sinis ke arah Seungwoo.
“Manja apanya? Paling pinter di antara yang lain sih iya.”
“Manja, maunya ditemenin terus.” Zyra langsung ngedelik denger jawaban Seungwoo, dan dosennya itu malah ketawa.
“Kan kanu emang dosen pembimbing saya, ya harus ditemenin lah.” Jawab Zyra.
“Ditemenin midnight drive juga?”
“Loh kan kalau agenda midnight drive ini kamu yang minta temenin.” Kayaknya Zyra gak bisa ngobrol santai sama Seungwoo.
“Hahaha, lucu banget.” Zyra ngedengus sebal.
“Kamu kayaknya kalau di kelas gak pernah marah-marah kayak gini?” Tanya Seungwoo. Zyra ngelirik laki-laki yang ada dibalik setir.
“Emang saya gimana di kelas?”
“Keliatan tenang dan cuek.”
“Ya emang gitu aslinya.”
“Tapi kenapa kalau tiap sama saya suka banget marah-marah?”
“Kamunya yang mancing amarah.” Dengus Zyra.
“Contohnya gimana?”
“Kayak gitu.”
“Gitu gimana?” Zyra natap Seungwoo galak.
“Ampun, dek.” Kekeh Seungwoo. Si gadis memutar matanya, males digodain terus.
Mobil kembali sunyi. Cuma beberapa detik, karena suara ponsel Zyra yang ngalihin fokus keduanya. Tangannya langsung bergerak buat decline sambungan teleponnya. Tapi gak lama ponselnya bunyi lagi.
“Angkat aja, siapa tau penting.” Kata Seungwoo.
“Males. Dia gak pernah penting kalau nelpon.” Bales Zyra. Ponselnya berdering lagi buat yang ketiga kalinya.
“Saya rasa temen kamu itu gak akan berhenti telepon kamu sebelum kamu angkat.” Zyra ngedengus sebel sambil natap ponselnya yang tertera nama 'Uyon', setelah itu dia langsung angkat.
“Apa sih?” Jawab Zyra ketus.
“Penting gak?” Belum juga yang di sebrang sana menjawab, Zyra udah kembali nanya dengan ketus.
“Et dah, galak amat, yang. Free gak?“
“Gak.”
“Yah, padahal mau ngajak ciuman.“
“Sinting.” Setelah kata terakhirnya itu, Zyra langsung putus sambungan teleponnya dan matiin ponselnya. Seungwoo ngelirik Zyra yang keliatan sebel.
“Kenapa temennya gak ditemenin?” Tanya Seungwoo.
“Orang sinting.” Bales Zyra.
“Emang gak mau?” Zyra noleh dengan keningnya yang berkerut.
“Gak mau apa?”
“Ciuman.” Mata Zyra refleks membelo dan itu alasan yang cukup bagi Seungwoo buat bikin dia ketawa.
“Kedengeran, Zyra.” Lanjut Seungwoo.
“Sayanya kan disini.”
“Kalau lagi gak disini, mau?”
“Probably.” Seungwoo ngangkat sebelah alisnya.
“Probably yes?” Tanya Seungwoo.
“Yes. Lagi dingin gini. Lagian pasti saya udah gak sadar kalau saya mau cium dia.” Jawab Zyra.
“Kenapa?”
“Bacardi.“
“Waw. He's a good drinker?” Tanya Seungwoo lagi.
“Definitely.“
“And.... A good kisser?“
“Pertanyaan aneh.” Zyra ngerasa wajahnya sedikit panas.
“Saya serius nanya loh itu.”
“Kenapa? Kamu mau ciuman sama temen saya?” Seungwoo terkekeh.
“Yowes, nanya doang saya.” Ucap Seungwoo dan dibalas dengusan oleh mahasiswanya.
“Lagian saya juga gak tau. Dibilang saya selalu dalam keadaan hangover kalau mau dicium dia.”
“Kayaknya bukan kamu yang mau dicium dia... But you're the first to beg to him.” Zyra langsung melotot. Dia udah siap buat ngomel.
“Nggak. Mana mungkin saya gitu!”
“Saya pernah ngerasain rasanya jadi temen kamu, Zyra.” Balas Seungwoo sambil senyum penuh arti.
“Gila.” Tawa Seungwoo pecah dengar umpatan yang keluar dari bibir Zyra. Cowok itu keliatan puas banget ngetawain gadis itu sampai Zyra kesel sendiri dan banting pintu buat keluar dari mobil. Sebenernya daripada kesel, rasa malu lebih mendominasi diri Zyra saat ini.
Setelah puas ngetawain Zyra di dalam mobil, akhirnya Seungwoo keluar dan duduk di sebelah Zyra di atas kap mobil. Baru juga Zyra mau pergi lagi, Seungwoo udah nahan pergelangan tangan Zyra.
“Maaf deh, ya?” Rayu Seungwoo. Zyra cuma mendelik.
“Maaf ya, dek. Maafin saya.” Bujug Seungwoo lagi. Kali ini dia ngusap punggung tangan Zyra lembut, dan entah kenapa bikin Zyra ngerasa hangat. Tapi dia masih terlalu gengsi buat maafin Seungwoo secepet itu. Jadinya dia cuma nutup rapat bibirnya dan natap lurus ke depan dengan wajah ditekuk.
“Dek? Marah beneran?”
“Gak usah panggil dek!” Wajahnya semakin ditekuk dan bikin Seungwoo gemes sendiri dan berujung dengan rambut Zyra yang diacak sama Seungwoo.
“Gak usah acakin rambut!” Sekarang Seungwoo malah cubit pipinya Zyra.
“Gak usah cubit-cubit!”
Seungwoo ketawa karena gemes. Zyra dari tadi ngelarang ini itu, tapi dianya sendiri gak menghindar, seakan emang dia suka diperlakuin kayak gitu, cuna terlalu gengsi buat minta.
“Kalau saya tetep cubit gimana?”
“Saya pulang.”
“Berani emang naik ojol jam segini?”
“Ya saya bawa kabur mobil kamu.”
“Nanti saya laporin polisi.”
“Lapor aja, uang orang tua saya banyak buat nebus polisi doang.” Lagi-lagi tangan Seungwoo terulur ke arah kepala Zyra, bukan buat ngacak rambutnya, tapi buat usapin kepalanya pelan.
“Apaan sih?” Tuh kan. Nada bicara Zyra mungkin ketus, tapi gadis itu sama sekali gak ngehindar atau nepis tangan Seungwoo, tapi gadis itu diem aja.
Seungwoo senyum, terus dia arahin pandangannya ke langit yang saat itu ada dua sampai tiga bintang. Kedua anak adam itu memilih buat diam. Tempatnya masih sepi, mungkin karena masih jam tiga juga, biasanya tempat itu ramai dari jam empat subuh.
“Kamu pernah jatuh cinta gak, Zyra?” Gadis itu ngelirik dosennya yang masih natap langit.
“Pertanyaan kamu kayak anak abg.” Balas Zyra.
“Orang dewasa gak boleh nanya gitu emang?”
“Cringe.” Pokoknya jangan bosen ya kalau Seungwoo cuma terkekeh aja tiap ladenin omongan ketusnya Zyra.
“Pernah gak?” Tanya Seungwoo lagi.
“Gak pernah.” Giliran Seungwoo yang ngelirik Zyra, tapi cuma beberapa detik.
“Saya pernah.” Ucap Seungwoo, dia mau inisiatif cerita sendiri, karena Zyra yang udah pasti gede gengsi buat nanya-nanya.
“Dulu saya pernah jatuh cinta. Waktu saya SMA. She's really an enchanting girl who have a bunch of affection” Senyuman Seungwoo mengembang waktu ingat masa SMA-nya dulu.
“Kita pacaran waktu saya dan dia kelas 12. Kalau biasanya UN jadi alasan putus dua sejoli, justru buat saya dan dia jadi masa yang paling menyenangkan. Since both of us really excited when we're studying together.” Seungwoo ambil jeda, dia noleh ke arah Zyra.
“Jadi flashback kan saya. Hahaha. Maaf maaf.”
“Lanjutin.”
“You sure mau dengerin cerita saya?”
“Hmm...” Zyra cuna berdehem sebagai jawaban.
“Oke. Kalau bosen, bilang aja, ya?” Dan Zyra balas lagi dengan deheman.
“Kita berdua kuliah di kampus yang sama sampai S3, dan selama itu saya sama dia gak pernah berantem sama sekali selama pacaran. Hebat kan?” Kekeh Seungwoo sambil pamer.
“Kalau reuni SMA selali ditanya, 'kalian gak bosen barengan terus dari kelas 12?' Dan jawaban dari saya dan di selalu sama. Nggak. Kita berdua gak pernah bosen. Selalu ada cara buat kita berdua ngabisin waktu dan bikin saya ngerasa kalau dia bakal jadi perempuan satu-satunya yang saya cintai seumur hidup setelah ibu.” Senyum Seungwoo yang tadinya merekah, sekarang perlahan memudar. Seungwoo malah diam, gak lanjutin ceritanya.
“Terus?”
“Gak ada terusannya, Zyra.” Jawab Seungwoo sambil senyum teduh.
“Apa yang bikin kalian pisah?” Seungwoo masih pertahanin senyumnya, tapi matanya gak bisa bohong. Zyra bisa liat ada kesenduan dimanik matanya.
“It's okay if you won't tell me. It's your privacy.” Lanjut Zyra.
“Bosan, Zyra.” Raut wajah Zyra keliatan bingung. Kedua alisnya bertaut.
“Cuma itu alasannya?” Zyra gak beneran gak habis pikir.
“Cuma itu.” Balas Seungwoo.
“Siapa yang putusin?”
“Dia, Zyra.”
“Tiba-tiba?”
“Sebenernya saya udah dikasih warning sama dia. Gak secara langsung, tapi saya bisa tau dari kelakuan dia. Ada banyak gestur tubuhnya yang udah cukup bikin saya ngerti tanpa harus dia jelasin.”
“Terus kamu pasrah?”
“Nggak dong. Saya gak pasrah. Saya cobain banyak cara buat dia bisa kembali lagi. Saya awalnya biarin dia karena... Saya ngerti kalau misalnya dia bosan. Karena dia hidup bersinggungan sama saya dalam waktu cukup lama. It's really reasonable, right?” Zyra cuma diem aja, karena sebagai orang yang juga gampang bosan, dia bisa mengerti sudut pandang 'dia' yang diceritain Seungwoo.
“Tapi ya... Takdir yang emang gak berpihak ke kita, Zyra. Dia milih pergi setelah dia pikirin selama kurang lebih satu bulan. Saya juga udah berusaha buat pertahanin hubungan kita berdua, tapi kalau dengan pertahanin hubungan kita bikin dia sakit, saya ikhlas lepas dia.” Seungwoo kembali senyum.
“Kamu beneran ikhlas?”
“Iya, Zyra.”
“Gimana kamu bisa tau kalau kamu ikhlas?”
“Ketika saya gak lagi ngerasa sakit waktu saya inget kejadian di masa lalu. Ketika gak ada lagi perasaan menyesal ataupun marah ketika liat dia bisa senyum bahagia meskipun alasan dia bahagia udah bukan saya lagi.”
Senyumnya teduh. Ikhlas. Gak ada sorot sendu lagi dari mata Seungwoo. Zyra bisa liat itu semua.
“Mantan kamu udah ada pacar baru?”
“Suami lebih tepatnya.”
Zyra gak ngerti gimana bisa ada orang selowong laki-laki di hadapannya ini. Gimana laki-laki ini bisa dengan mudahnya ceritain masa lalunya yang menyakitkan dengan senyuman teduh yang gak dipaksakan sama sekali.
“Kamu hebat.” Ucap Zyra. Seungwoo noleh. Sedikit kaget karena ucapan itu keluar dari bibir seorang Zyra yang gengsinya setinggi langit.
“Gak semua orang bisa ikhlas kayak kamu.” Lanjut Zyra. “Gak semua orang bisa maafin masa lalunya yang menyakitkan.” Zyra natap kosong ke depan.
“Kamu gak mau?” Pertanyaan Seungwoo bikin Zyra noleh.
“Gak mau cerita apapun?” Zyra kembali natap ke langit.
“Saya belum bisa maafin masa lalu kayak kamu. Lukanya masih belum sembuh.” Seungwoo ambil tangan kanan Zyra, dia genggam dan usap pakai ibujarinya. Lembut dan bisa bikin Zyra tenang.
“Gak apa-apa. Good things, take time. Take your time as long as you can.“
“Tapi kalau saya minta sesuatu, boleh?” Tanya Seungwoo. Kedua mata mereka bertemu.
“Boleh gak saya minta jadi orang pertama yang kamu ceritain ketika kamu udah ikhlas?” Zyra diem. Dia nelen ludahnya berat. Kenapa laki-laki ini dengan mudahnya bisa bikin Zyra deg-degan waktu denger setiap kata yang keluar dari bibirnya?
Zyra gak jawab apa-apa, dia cuma diem. Seungwoo pun diem. Tapi kedua netra mereka masih saling menatap satu sama lain. Lama-lama, tatapan Seungwoo turun. Bibir merah muda Zyra jadi fokusnya kali ini. Cukup lama laki-laki itu natap bibir Zyra dan akhirnya dia ngalihin fokus ke arah mata Zyra. Dia senyum lagi, terus ngalihin pandangannya karena dia takut. Takut khilaf.
“Kenapa gak dilakuin?” Sebut saja malam ini Zyra gila.
“Kamu mau?” Zyra diem.
“Kamu mau ngelakuinnya waktu lagi sadar?” Zyra masih diem.
“Kamu mau ngelakuinnya sama saya?” Zyra ngangguk. Pelan. Kedua sudut bibir Seungwoo terangkat. Tangannya sekarang berada di pipi Zyra yang dingin karena terpaan angin. Tapi adanya tangan Seungwoo disana udah cukup buat hantarin rasa hangat. Seungwoo natap Zyra dalam. Tubuhnya semakin condong ke arah Zyra. Di jarak lima sentu ini, Seungwoo perhatiin wajah Zyra. Dari alisnya, kedua bola mata kecoklatannya, hidung bangirnya, sampai ke bibir merah mudanya yang menurutnya manis.
Seungwoo miringin kepalanya dan mempertemukan kedua bibir mereka. Zyra pun juga Seungwoo tutup kedua mata mereka. Bibir Seungwoo memagut bibir Zyra lembut. Ibu jarinya pun ngusap pipi Zyra perlahan. Sebelah tangan Seungwoo yang lain arahin tangan Zyra ke bahunya, sementara tangannya diarahkan ke pinggang ramping milik Zyra.
Seungwoo lumat bibir Zyra. Sesekali dia hisap bibirnya pelan, dan kembali ia lumat dengan lembut. Tangannya yang tadi ada di pipi Zyra, sekarang turun buat peluk pinggangnya dan bergerak untuk usapin punggung Zyra ke atas dan ke bawah dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Kurang lebih lima menit mereka saling memagut, akhirnya Zyra jauhin wajahnya. Dia harus ambil nafas banyak-banyak, beda sama Seungwoo yang udah pro. Dosen muda itu terkekeh liat mahasiswanya kehabisan nafas.
“Minum dulu.” Seungwoo nyodorin air minum yang baru aja dia ambil dari dalam mobil. Zyra gak ngomong apapun dan langsung neguk air minumnya.
Setelahnya... Zyra gak mau lagi natap Seungwoo. Dia terlalu malu. Jantungnya aja udah gak bisa dikondisikan. Gimana deg-degannya Zyra saat ini cuma Tuhan yang boleh tau.
“Gak mau liat saya?” Zyra diem.
“Beneran gak mau liat saya?” Masih diem.
“Nyesel ya?”
“Nggak.” Jawab Zyra cepat.
“Hahaha. Gemes banget ini mahasiswa satu.” Zyra milih buat diem dan gak respon ledekan Seungwoo.
“Ini beneran sayanya dianggurin sampe matahari terbit?” Zyra kembali diem.
“Kalau gitu, mending kita pulang aja.”
“Jangan.” Kali ini Zyra noleh.
“Gak usah.” Lanjut Zyra.
“Makanya sayanya diliatin juga.”
“Males.”
“Ya udah pulang.” Emang jahil banget bapak dosen satu ini.
“Ya udah.” Tapi mahasiswanya juga keras kepala sih.
“Beneran?”
“Iya.”
“Hahaha. Gemes banget.” Puji Seungwoo lagi.
Dan gitulah mereka, Seungwoo ngeledekin Zyra sampai kesel, Zyra-nya juga gampang ngambek yang justru bikin Seungwoo makin seneng godain Zyra.