— What Kind of Future
Tepat jam delapan malem, Wonwoo bangun dari tidurnya. Mingyu udah gak ada di sebelahnya. Wonwoo ngelamun, mikirin kata-kata Mingyu yang sempat ia denger waktu sebelum tidur tadi.
“I guess, I already fell for you.“
Wonwoo ngehela nafasnya dalam-dalam. Nyoba buat ngelupain omongan Mingyu itu, tapi percuma, usahanya gak membuahkan hasil. Wonwoo bingung harus seneng atau harus takut.
“Loh udah bangun?” Lamunannya diinterupsi, Wonwoo noleh ke arah pintu, dan disana ada laki-laki tinggi yang lagi senyum ke arahnya. Wonwoo picingin matanya, antara burem karena dia gak pake kacamata sama gak percaya kalau Mingyu masih di apartemennya.
“Mingyu?” Tanya Wonwoo. Laki-laki tinggi itu ngehampirin Wonwoo dan duduk di ujung kasurnya.
“Masih pusing?“Tanya Mingyu.
“Sedikit.” Jawab Wonwoo dengan suara parau khas bangun tidur.
Tangan Mingyu megang kening Wonwoo, yang tentunya bikin Wonwoo langsung diem gara-gara deg-degan gak karuan.
“Makan yuk, aku udah masak.” Ajak Mingyu. Wonwoo malah bengong, dia gak bisa mikir buat sesaat, sampe Mingyu nginterupsi lamunannya.
“Kenapa?” Tanya Wonwoo.
“Ayok, makan.” Ajak Mingyu lagi.
“Oh... Iya, ayok.”
“Mau digendong gak?”
“Hah?”
“Gendong, kan masih pusing.”
“Aku masih bisa jalan sih, Gu.” Mingyu cuma ketawa aja, dan mereka berdua segera pergi ke ruang tengah apartemen Wonwoo. Disana ada makanan yang udah dimasak Mingyu.
“Ya ampun, kok bisa-bisanya aku gak denger kamu masak?” Tanya Wonwoo yang sebenernya lebih ke dirinya sendiri.
“Pules banget kamu tidurnya.”
Keduanya segera duduk bersebrangan.
“Mau disuapin?”
“Gu, aku tuh gak apa-apa.”
“Haha. Selamat makan, kitten.”
Mingyu dan Wonwoo langsung makan makanannya.
“Enak?” Tanya Mingyu.
“Banget.” Jawab Wonwoo sambil ngunyah sampe pipinya penuh.
“Jangan gemes-gemes gitu dong.”
“Hah? Maksudnya?” Wonwoo ngerutin dahinya.
“Kamu. Makan aja gemes.” Laki-laki yang dipuji cuma muterin bola mata meskipun dalam hatinya seneng banget.
Selang 15 menit, akhirnya mereka berdua selesai makan. Waktu Wonwoo mau cuci piringnya, Mingyu ngelarang, katanya Wonwoo istirahat aja, rebahan gitu.
“Makasih banyak, Igu.” Kata Wonwoo. Laki-laki itu segera tiduran di sofa ruang tengahnya. Ketika Wonwoo lagi sibuk nyari siaran yang bagus di tv, hp-nya bunyi, ternyata ada WA dari Seungcheol. Cowok yang lagi sakit itu keliatan asik banget balesin chat Seungcheol sampe dia gak sadar kalau Mingyu udah selesai cuci piring.
“Senyam senyum terus.” Goda Mingyu. Dia ngira kalau Wonwoo lagi chat sama temen-temennya.
“Hehe, bentar ya, bales chat dulu.” Bales Wonwoo.
“Dari temen kamu, ya?”
“Iya, hehe.”
“Siapa?”
“Kak Seungcheol.” Senyum diwajah Mingyu langsung hilang, tapi Wonwoo gak sadar karena dia fokus balesin chat Seungcheol.
“Kitten.” Panggil Mingyu, tapi Wonwoo gak jawab.
“Won...” Panggilnya lagi.
“Hmm?” Wonwoo cuma berdehem sebagai jawaban, itupun dia gak noleh sama sekali.
“Wonwoo.” Ketiga kalinya, Wonwoo noleh dan liat kalau Mingyu keliatan sebel.
“Eh maaf, kenapa?” Tanya Wonwoo.
“Udahan main hp-nya, aku mau ngobrol.” Jawab Mingyu.
“Bentar, ya. Aku bilang Kak Seungcheol dulu.” Wonwoo segera kirim pesan, dan bilangnya kalau dia mau istirahat, padahal Wonwoo baru aja bangun tidur.
Setelah dia ngakhirin chat-nya sama Seungcheol, Wonwoo segera bangun dari posisi tidurnya, dan duduk di sebelah Mingyu.
“Mau ngobrol apa, Igu?” Tanya Wonwoo.
“Gak tau juga sih.”
“Dih, katanya kamu mau ngobrol. Kalau gak tau, aku chat Kak Seungcheol lagi.”
“Kamu ada sesuatu sama Kak Seungcheol?” Pertanyaan Mingyu itu bikin Wonwoo diem, natap Mingyu heran.
“Kalo iya kenapa, kalau nggak kenapa?”
“Nanya aja.”
“Iya.”
Netra Mingyu sedikit melebar, tapi dia tetep nyoba buat ngontrol ekspresinya biar gak begitu ketara sama Wonwoo.
“Oh, pdkt?” Tanya Mingyu lagi.
“Ehm... Kalau sering jalan sama makan bareng berdua, terus chat tiap hari, itu pdkt gak?”
“Tergantung konteks obrolan.”
“Obrolannya kegiatan sehari-hari sih, tapi ada gombal-gombal dikit.”
“Dih...”
“Kenapa?”
“Ngapain gombal-gombal?” Tanya Mingyu sedikit sewot.
“Kayak kamu gak pernah aja.”
“Ya udah berarti pdkt-nya sama aku.” Bales Mingyu.
“Emang kita pdkt?”
“Maunya kamu gimana?”
“Loh kok aku? Aku sih gak ngerasa.” Mingyu diem, natap Wonwoo tepat dimatanya. Sementara yang ditatap malah salting.
“Udah ah, bahas yang lain aja.” Kata Wonwoo.
“Bahas apa? Jangan bahas orang lain, bahas kita aja.”
“Kita? Apa yang perlu dibahas?”
“Gimana rasanya dirawat seharian sama artis?” Wonwoo muter bola matanya males, sementara Mingyu malah nopang dagunya sambil cengar cengir.
“Biasa aja sih, gak ada yang spesial, sama aja kayak dirawat sama orang biasa.” Mingyu cemberut dengernya.
“Ya udah aku pulang.”
“Ya udah, makasih udah mau rawat aku.”
“Kok gak ditahan sih?”
“Ya Allah, kamu tuh berapa tahun sih, Kim Mingyu?” Tanya Wonwoo.
“Tahan aku dong.”
“Igu, jangan pergi, disini aja sama aku. Udah?”
“Gemes amat pengen cium jadinya.” Wonwoo yang lagi minum langsung keselek dengernya.
“Yang bener aja kalau becanda.” Bales Wonwoo.
“Gak becanda, serius tau.”
“Mandi sana.” Suruh Wonwoo sekaligus ngalihin pembicaraan.
“Yuk?”
“Igu, ih.” Dengus Wonwoo sebel.
“Haha, mandi dulu, ya.”
“Bentar, aku ambilin anduk dulu.” Wonwoo segera bangun dari posisi duduknya dan jalan ke arah kamarnya buat ambil anduk yang baru.
“Gak mau sekalian mandi bareng?” Tangan Wonwoo bergerak buat nyubit perut Mingyu, dan laki-laki tinggi itu ngeringis tapi ujungnya ketawa.
“Sana sana, bau.” Wonwoo ngedorong tubuh yang lebih besar itu masuk ke kamar mandinya.
“Kunci jangan?”
“Gak akan masuk juga sih kalaupun gak dikunci.” Bales Wonwoo.
“Ya udah aku buka lebar-lebar.”
“Biar apa sih?”
“Biar diintip.”
“Freak.” Celetuk Wonwoo dan berhasil bikin Mingyu ngakak.
“Bentar, ya.” Mingyu segera masuk ke kamar mandi, dan Wonwoo mainin hp-nya di kasur.
Berselang 15 menit, akhirnya Mingyu selesai mandi. Waktu Wonwoo noleh, dia speechless. Wajahnya kerasa panas, jantungnya bergemuruh.
Mingyu. Shirtless. Sambil keringin rambutnya.
“Kenapa?” Tanya Mingyu, tangannya masih sibuk keringin rambutnya.
“Nggak.” Wonwoo langsung alihin pandangannya ke hp. Detak jantungnya masih berdegub gak normal, nafasnya juga jadi sedikit gak teratur.
“Panas gak sih?” Mingyu duduk di ujung kasur Wonwoo.
“Iya.” Jawab Wonwoo pendek.
“Aku tidur gini aja kali, ya.” Wonwoo langsung belalakin matanya dan lempar bantal.
“Panas banget tau.”
“Tidur di luar aja kalo gak pake baju.”
“Kalo pake baju boleh sekasur?”
“Perasaan udah pernah juga tidur sekasur.”
“Tapi tidur sekasur sambil buka baju kan gak pernah.” Iseng banget Mingyu godain Wonwoo terus.
“Pulang aja sana.” Bales Wonwoo ketus.
“HAHAHA...” Mingyu ketawa kenceng banget.
“Jeon Wonwoo gemes banget, ya Tuhan.”
“Berisik.” Wonwoo fokus ke hp-nya lagi, biar dia bisa distraksi otaknya, soalnya isi kepala Wonwoo cuma ada badan Mingyu.
“Mau tidur sekarang?” Tanya Mingyu.
“Iya, kamu pulang sana.”
“Kalau gak mau gimana?”
“Igu, pake baju ih. Aku nyalain AC nih sampe 16 derajat.” Ancem Wonwoo.
“Aku sih kuat. Tahun lalu aja aku ke US masih kuat tuh suhu sembilan derajat.” Bales Mingyu.
“Gak nanya.” Mingyu terkekeh dan dia segera pake kaosnya lagi. Setelah itu, dia duduk di pinggir Wonwoo sambil senderan ke kepala kasur.
“Hp mulu. Seungcheol lagi?” Tanya Mingyu.
“Kak Seungcheol. Dia lebih tua dari kamu tau.” Mingyu cuma naikin bahunya gak peduli.
“Seumuran Jeonghan deh kayaknya.” Mingyu langsung noleh.
“Berarti kamu juga panggil Jeonghan pake embel 'kakak' harusnya.”
“Iya juga.” Bales Wonwoo sambil anggukin kepalanya.
“Kamu pernah pacaran gak?” Tanya Mingyu.
“Tiba-tiba banget?” Wonwoo noleh ke Mingyu.
“Nanya aja, kalau itu privasi kamu, gak apa-apa kok kalau gak mau jawab.”
“Pernah, sekali.”
“Seriously?“
“Iya, beneran cuma sekali.”
“Kirain aku mantan kamu banyak.”
“Itu mah kamu sih.” Cibir Wonwoo.
“Aku juga baru sekali.” Netra Wonwoo melebar.
“Demi apa sih?” Tanya Wonwoo gak percaya.
“Beneran, Wonwoo. Aku cuma sekali pacaran, itu pun cuma setahun.” Bales Mingyu.
“Setahun tuh lama tau.”
“Gak sih kalau menurut aku. Soalnya aku suka sama dianya dari SMP, tapi jadiannya baru waktu SMA, itu pun kelas 12.” Cerita Mingyu.
“Kenapa udahan?”
“Ada sesuatu.” Wonwoo ngerti kalau Mingyu gak mau lanjutin ceritanya, dan akhirnya dia gak berniat buat nanya lebih jauh lagi.
“Kamu sendiri berapa lama pacaran sama mantan kamu?”
“Dari SMA sampe kuliah.” Kali ini giliran netra Mingyu yang membelo.
“Kurang lebih empat tahun sih.”
“Lama banget.”
“Hahaha, iya emang lama. Tapi ujungnya putus juga.”
“Mau cerita?” Tanya Mingyu hati-hati.
“Aku yang minta putus, waktu itu udah semester akhir, kita berdua sama-sama sibuk skripsi, mungkin karena lagi stres juga, hubungan kita jadi gak sehat. Berantem terus, dan akhirnya milih buat berpisah.” Jawab Wonwoo.
“Kok kamu bisa tenang banget ceritainnya?”
“Hahaha... Syukur deh. Padahal dulu tuh aku sampe gak bisa move on, sampe Ochi aja bingung gimana cara ngehibur aku. Mungkin karena dia cinta pertama aku, and he treat me really well, makanya sulit buat aku ngelupain dia.” Senyumnya tersirat.
“Tapi aku mikir, kalau aku terus-terusan gagal move on, aku rasa aku sendiri yang kesiksa. Jadi aku milih buat buat berdamai sama masa lalu aku sendiri.” Lanjut Wonwoo.
“Gimana cara kamu berdamai sama masa lalu?”
“Sebenernya gak banyak yang aku lakuin. Aku cuma distraksi diri aku sama kerjaan dan ngelakuin hal yang aku suka.”
“Tapi kamu pernah kangen mantan kamu?” Wonwoo terkekeh dengernya.
“Pernah dong. Itu hal wajar sih menurut aku. Gimanapun juga mantan aku kan pernah ngisi hari dan hati aku. Dia pernah ada di masa aku seneng dan sedih. Dia pernah menawarkan bahunya buat aku bersandar. Dia juga pernah ngasih peluknya disaat aku pengen sembunyi dari dunia ini.” Bales Wonwoo.
“Apa yang kamu lakuin kalau kamu kangen mantan kamu?”
“Gak ada. Aku nikmatin aja. Soalnya kalau aku denial atas perasaan aku sendiri, justru semakin kepikiran. Makanya aku biarin ngalir aja.”
Setelah itu hening. Mingyu gak lagi melontarkan pertanyaan. Ada seseorang di kepalanya saat ini. Wonwoo juga gak ngebuka mulutnya lagi. Ngebiarin hening menguasai ruangan itu. Sekitar satu menit ruang itu hening, akhirnya Wonwoo membuka lagi percakapan.
“Kamu lagi kangen mantan kamu?” Pertanyaan Wonwoo itu sukses bikin Mingyu gelagapan. Wonwoo ketawa kecil liatnya.
“Jujur aja kali, Gu. Gak akan aku umbar ke lambe turah juga.” Canda Wonwoo.
“Bukan gitu.”
“Terus kenapa?”
“Gak apa-apa.” Bales Mingyu ambigu.
“Hahaha... Ekspresi kamu tuh kayak maling ketangkep basah tau gak sih?”
“Aku bukan maling.”
“Gak usah ngalihin gitu deh.” Sekarang giliran Wonwoo yang ngeledekin Mingyu.
“Mendingan tidur aja.” Kata Mingyu.
“Dih, salting.” Wonwoo ketawa liatnya.
“Udah ih, Won.”
“Hahaha, lucu banget sih, Igu.” Wonwoo nyubit kedua pipi Mingyu.
“Kamu tuh yang lucu.”
“Aku ganteng.”
“Gantengan aku.”
“Males.”
Wonwoo baringin badannya, Mingyu juga ikutan tidur di sebelah tubuh Wonwoo. Keduanya natap langit-langit kamar Wonwoo yang cahayanya redup.
“Aku manggil kamu Wonu kayak temen kamu yang lain boleh, gak?” Tanya Mingyu.
“Ya boleh dong, Igu.”
“Kamu kenapa gak pernah manggil aku Igu kalau depan temen kamu?”
“Gak lah, mereka suka ngeledekin aku.”
“Emang ngeledek gimana?” Mingyu ubah posisi tidurnya jadi nyamping, biar dia bisa liat Wonwoo.
“Gak tau deh, mereka tuh suka ngaco.”
“Emang kenapa sih?”
“Mereka tuh suka ngeledekin katanya panggilan sayang lah.” Mingyu senyum dengernya.
“Emangnya bukan?” Mingyu mulai lagi mode ngegodainnya.
“Bukan sih.” Bales Wonwoo.
“Ya kalau bukan gak apa-apa dong panggil aku Igu?”
“Nggak ih. Aneh tau kalau manggil depan banyak orang.”
“Berarti emang panggilan sayang.”
“Nggak ih.” Protes Wonwoo.
“Ya udah panggil aku Igu depan yang lain.”
“Aku mau tidur.” Wonwoo juga ganti posisi tidur, dia tidur ngebelakangin Mingyu.
“Ngambekan banget anak kucing.”
“Berisik.”
“Hahaha, beneran mau tidur nih?” Tanya Mingyu.
“Hmm...” Wonwoo cuma berdehem sebagai balesan.
“Good night, kitten-nya Igu.” Kata Mingyu sambil usapin kepala Wonwoo. Gak ada jawaban apapun dari Wonwoo. Mingyu tau kalau laki-laki di sampingnya itu belum tidur, tapi dia ngebiarin aja. Tangannya terus ngusap kepala Wonwoo biar tidur, sampe akhirnya dua-duanya ketiduran.