Birthday Present
▪ BxB (Mingyu Wonwoo)
▪ Canon
▪ NSFW (include kink)
▪ Fluff
▪ Bahasa baku
Happy reading!
Seventeen baru saja menyelesaikan konser mereka di Tokyo. Di tengah konser tadi, para member dan juga Carats sempat merayakan ulang tahun Mingyu yang kebetulan bertepatan dengan penutupan konser.
Hingga sampai di hotel, member Seventeen makan bersama dan setelah itu pergi untuk tidur, karena pagi harinya mereka sudah harus terbang menuju Amerika.
Sesampainya di kamar, Mingyu meminta hadiahnya kepada roommate sekaligus kekasihnya, Wonwoo. Lelaki yang lebih ramping itu memberikan sebuah case handphone persis seperti miliknya. Mingyu tersenyum lebar dan memeluk kekasihnya itu.
“Hanya ini?” Tanya Mingyu sambil menopang kepalanya menggunakan sebelah tangan, karena kasur mereka yang terhalang oleh meja kecil. Wonwoo menatapnya dan mengangguk, membuat Mingyu mengerucutkan bibirnya.
“Benar-benae hanya ini?” Ulang Mingyu, kali ini posisinya berubah menjadi duduk.
“Iya, Mingyu. Lebih baik kita tidur, besok jadwal penerbangannya pagi..” Ujar Wonwoo sambil memejamkan matanya bersiap untuk tidur. Namun, Wonwoo merasakan jika kasurnya berderit, dan dugaannya benar jika kekasihnya itu naik ke kasurnya kemudian memeluknya erat.
“Sempit, Gyu.” Ucapnya. Namun bukan Mingyu namanya jika lelaki itu menuruti kata-katanya.
“Aku ingin hadiah lain.” Pinta Mingyu.
“Apa?” Netra Mingyu yang semula menatap bola mata Wonwoo, kini turun ke arah bibir merah muda milik Wonwoo, kemudian kembali menatap matanya lagi. Dalam hitungan detik, Wonwoo mengecup bibir Mingyu singkat dan tidur membelakangi lelakinya itu.
Mingyu tersenyum kecil kemudian memeluk pinggang ramping Wonwoo, dan mendekapnya erat sehingga tak ada lagi jarak. Namun karena hal itu, penis milik Mingyu justru bergesekan dengan garis anal milik Wonwoo dan membuatnya menegang.
“Hyung...” Bisik Mingyu, namun tidak ada jawaban karena Wonwoo sudah tertidur.
Mingyu melihat Wonwoo yang sudah tertidur lelap, sementara dia dan 'adiknya' sedang mengeras hanya karena sebuah gesekan ringan. Sebuah pikiran terlintas di kepala Mingyu. Lelaki itu segera memasukan tangan kekarnya ke dalam baju Wonwoo, meraba perut atletis kekasihnya dan berakhir dengan mengusap lembut nipple Wonwoo.
“Gyu...” Wonwoo terbangun, dan menahan tangan Mingyu agar tidak melakukan hal 'lebih.'
“Tidur saja.” Suruh Mingyu, namun lelaki tinggi itu justru menciumi leher Wonwoo.
“Gyu, lusa masih ada konser.” Ujar Wonwoo.
“Aku tidak akan memberinya tanda.” Balas Mingyu.
“Gyu...” Wonwoo tidak bisa mengontrol desahannya ketika tangan Mingyu kembali mencubiti nipple-nya. Nafasnya semakin terasa berat. Tangan Wonwoo meremas selimut, ia menggigit bibir bawahnya agar tidak mengeluarkan suara lainnya.
“Tidak tidur, hm?” Tanya Mingyu dengan smirk-nya. Wonwoo tidak menjawab, ia hanya menatap Mingyu kesal, namun tetap menikmatinya.
Tangan Mingyu berhenti menggerayangi tubuh bagian atas kekasihnya. Wonwoo mengira jika Mingyu akan berhenti, namun dugaannya salah. Tangan Mingyu kini berada di tubuh bagian bawahnya, mengusapnya dengan pelan dan membuat Wonwoo mengerang pelan.
Lelaki tinggi itu kembali menggesekan kepunyaannya dengan garis anal Wonwoo, dan kini keduanya mengerang. Mingyu melepas dua kancing atas pajama yang dipakai Wonwoo dan memberi kecupan dan juga tanda di bahunya.
Mingyu kini menelusupkan tangannya ke dalam celana Wonwoo dan segera mengocok kejantanan Wonwoo dengan tempo yang pelan.
“Mingyu... Mmhh...” Suara rendah Wonwoo saat mendesah akan selalu menjadi favorit Mingyu. Apalagi ketika lelakinya itu menyebutkan namanya.
Mingyu semakin mempercepat kocokannya dan sesekali memijat penis Wonwoo pelan. Mingyu menurunkan celana Wonwoo dan juga celana miliknya. Kini 'adik' Mingyu bersentuhan langsung dengan anal Wonwoo, ia tidak memasukannya, hanya menggeseknya dan membuat keduanya mengerang bersama.
Ketika keduanya sedang menikmati keintiman tersebut, alarm yang berbunyi dari ponsel Wonwoo menghancurkan moment tersebut. Mingyu yang kesal langsung mematikannya, dan berniat untuk melanjutkan kegiatan mereka berdua.
“Tidak, Gyu. Nanti pagi kita harus flight, aku tidak ingin kita kelelahan.” Ucap Wonwoo sambil menaikan kembali celananya.
“Justru jika tidak dilanjutkan, aku tidak bisa tidur. Let's just have some quickie.” Pinta Mingyu sambil memelas. Penisnya masih menegang, namun kekasihnya menggelengkan kepalanya dengan tegas, dan mengusir Mingyu dari kasurnya.
“Tidur, atau aku akan melaporkannya ke Scoups hyung.” Ancam Wonwoo. Akhirnya lelaki tinggi itu hanya menghembuskan nafas pasrah dan kembali ke tempat tidurnya.
▪▪▪
Tepat pukul 08.00 waktu Tokyo, member Seventeen segera berangkat ke bandara untuk menuju ke Amerika Serikat. Wajah Mingyu terlihat sedikit kusut, namun member mengetahui alasannya meskipun tidak ada yang memberi tau.
Saat di pesawat, Wonwoo dan Mingyu duduk bersebelahan. Keduanya memakan sarapan yang diberi oleh pramugari dan memakannya. Keduanya makan dengan khidmat. Sampai makanannya habis, keduanya tetap tidak berbicara apapun.
“Kenyang?” Tanya Wonwoo.
“Belum, kenyang jika aku sudah memakanmu.” Jawab Mingyu dengan wajah kesalnya dan Wonwoo justru tertawa melihat tingkah lelaki yang lebih muda darinya itu.
“Berhenti tertawa.” Suruh Mingyu, tetapi Wonwoo tetap saja menertawakannya. Mingyu yang kesal segera menutup matanya bersiap untuk tidur karena dirinya baru tidur satu jam. Belum sempat Mingyu tertidur, ia merasakan jika adik kecilnya diremas dengan sedikit kuat. Mingyu membuka matanya dan melihat Wonwoo tengah menatapnya dengan intens. Wonwoo memberikan selimut kecil untuk menutupi tangannya yang sedang melakukan sebuah 'akitivitas'.
“H—hyung...” Erang Mingyu pelan ketika Wonwoo berhasil membuka resleting celana jeans-nya dan memijat pelan kepunyaan Mingyu. Lelaki yang lebih muda sengaja menggigit bibirnya kuat-kuat agar tidak mengeluarkan suara apapun.
Wonwoo tersenyum sekilas, namun kembali memasang wajah datarnya. Tangan Wonwoo menelusup masuk ke dalam celana dalam yang digunakan Mingyu dan meremasnya dengan kuat untuk menjahili kekasihnya itu.
Mingyu yang kaget sedikit tersentak dan langsung berdehem, beruntung ia tidak mengeluarkan suara erotis yang bisa membuat orang curiga.
Setelah itu, Mingyu memasang resleting celananya dan pergi ke kamar mandi pesawat. Selang beberapa menit, Wonwoo pun pergi mengikuti Mingyu.
Baru saja Wonwoo mengunci pintu toiletnya, Mingyu sudah mengunci tubuhnya di pintu dan segera memberinya ciuman. Mingyu mencium bibir Wonwoo dengan ganas. Tangan kirinya ia gunakan untuk menarik pinggang ramping Wonwoo, sehingga tidak ada lagi jarak antara mereka berdua. Wonwoo mencengkram bahu Mingyu dengan kuat saat lelaki yang lebih tinggi menggigit bibir bawahnya.
“10 menit.” Ucap Wonwoo. Mingyu hanya mengangguk dan kembali mencumbu lelakinya.
Mingyu menghisap bibir Wonwoo dengan kuat, menjilatnya, dan menggigitnya. Mereka berdua saling bertukar saliva dan bermain-main dengan lidah. Tangan Mingyu yang sudah gatal segera membuka kancing kemeja Wonwoo dan memainkan nipple-nya. Mencubitnya dan kembali mengusapnya, memberikan sensasi geli dan nikmat sekaligus.
Ciuman Mingyu turun menuju dada Wonwoo. Dia menjilati puting berwarna pink kecoklatan milik Wonwoo, sementara tangannya sibuk memainkan puting sebelahnya. Wonwoo mengadahkan kepalanya sambil menahan segala erangan yang sebenarnya ingin sekali ia keluarkan.
Mingyu sibuk memberikan tanda di bagian atas tubuh Wonwoo. Sementara Wonwoo hanya bisa meremas rambut Mingyu dengan kuat sambil menggigit bibir bawahnya. Mingyu membuka celana Wonwoo kemudian mengangkat dan mendudukan lelakinya itu di atas wastafel. Mingyu membuka paha Wonwoo lebar-lebar dan segera memberikan kecupan-kecupan di paha bagian dalam milik Wonwoo hingga selangkangannya.
Saat wajah Mingyu bertemu dengan penis Wonwoo yang masih terbalut celana dalam itu, Mingyu hanya mengadahkan kepalanya, menatap sang kekasih yang terlihat sudah sangat terangsang, mengharap jika Mingyu akan mengeluarkan penisnya dan memanjakannya dengan mulutnya. Namun Mingyu tidak melakukannya. Lelaki tinggi itu justru berdiri tegak dan mendekatkan wajahnya ke lelakinya.
“Sudah mengeras, hm?” Bisiknya seduktif. Wonwoo sedikit merinding karena ia bisa merasakan nafas Mingyu di lehernya. Dengan cepat, Wonwoo menarik tengkuk Mingyu dan menciumnya lagi. Tangannya ia kalungkan di leher Mingyu.
Wonwoo menguasai permainan bibir mereka. Lelaki yang lebih tua itu menghisap bibir Mingyu dengan kuat, lalu melumatnya lagi, dan kemudian menggigitnya dengan cukup kuat sehingga membuat Mingyu sempat mengerang.
Mingyu meraba kejantanan Wonwoo dari luar celana dalamnya. Ia mengelusnya dengan pelan, memijat-mijatnya dan kemudian membuka celana dalam Wonwoo. Mingyu melepas tautan bibir mereka dan mengocok penis Wonwoo dengan cepat. Mingyu bisa melihat bagaimana Wonwoo menahan dirinya sendiri agar tidak mengeluarkan desahan. Nafas Wonwoo terdengar semakin berat. Mingyu tersenyum miring dan ia kini lebih cepat lagi mengocok penis Wonwoo.
Lelaki yang lebih tua itu mencengkram bahu Mingyu kuat-kuat. Sementara yang lebih muda tetap konsisten dengan kecepatan pergerakan tangannya. Mingyu senang melihat wajah Wonwoo yang menjadi merah sambil menggigit bibir bawahnya. Kepalanya mengadah, sesekali nafas beratnya terdengar.
“Aku akan keluar.” Mingyu tersenyum dan semakin mempercepat kocokannya. Tidak sampai satu menit, Wonwoo akhirnya mengeluarkan spermanya.
“Ahh...” Wonwoo mengerang pelan saat cairan putih itu keluar. Mingyu tersenyum puas sambil mengeluarkan sapu tangan yang ada di saku celana jeans-nya dan membersihkan sperma Wonwoo. Setelah itu Wonwoo kembali memakai celananya.
“Mau mencoba?” Godanya tepat di sebelah telinga Mingyu.
Sial.
Mingyu tidak pernah tahan dengan suara rendah Wonwoo, apalagi jika lelaki itu berbisik.
Tanpa aba-aba, Wonwoo berjongkok, mengusap kejantanan Mingyu dari luar celananya dan kemudian meremasnya pelan. Kini giliran lelaki tinggi itu yang harus menahan erangannya. Wonwoo membuka kancing dan resleting celana Mingyu, menampilkan penis sang kekasih yang sudah menegang sempurna. Wonwoo meremasnya dan memijatnya, kemudian mengecupnya dari balik celana dalam Mingyu. Lalu Wonwoo membuka celana dalamnya dan terpampang dengan jelas kejantanan Mingyu.
Wonwoo tersenyum miring. Ia memberikan Mingyu sapu tangan bekas ia mengelap spermanya tadi.
“Jangan mendesah. Gigit itu.” Suruh Wonwoo. Mingyu menggigit sapu tangannya. Selanjutnya, Wonwoo mengocok penis Mingyu dengan cepat, ia juga menjilat ujung kepala penis Mingyu membuat lelaki itu mengerang di balik sapu tangannya. Wonwoo melesakkan kejantanan Mingyu dan menggigitnya pelan, kemudian memainkan lidahnya. Tidak sampai situ, Wonwoo juga menciumi testis Mingyu sembari mengocok batang penisnya.
“Nghh...” Desahan Mingyu tertahan oleh sapu tangan.
Ketika Wonwoo merasa jika penis Mingyu sudah berkedut tanda akan mengeluarkan cairannya, dengan sengaja Wonwoo menghentikan aktivitasnya dan membereskan dirinya.
“Sudah 10 menit, aku keluar.” Ia tersenyum jahil, dan meninggalkan Mingyu dalam keadaan paling menyiksa. Mingyu benar-benar merasa kesal karena ia harus membereskannya sendiri. Lelaki itu serasa ingin mengumpat, namun ia masih tau tempat.
Ketika Mingyu kembali ke kursinya, ia melihat Wonwoo yang sedang membaca bukunya dengan kacamata yang sudah bertengger di batang hidungnya. Mingyu menatap Wonwoo tajam, sementara kekasihnya hanya menatap seperti tidak ada kejadian apapun.
▪▪▪
Sesampainya di Los Angeles, mereka semua beristirahat sebentar, kemudian mereka harus melakukan rehearsal sebelum konser.
Selama latihan, Mingyu terus saja menatap Wonwoo, merasa masih harus ada yang diselesaikan. Mingyu masih kesal karena kekasihnya itu yang meninggalkannya begitu saja saat di toilet pesawat.
Malam harinya, mereka bersiap untuk tidur agar mereka bisa tampil maksimal saat konser. Mingyu satu kamar dengan Dokyeom, sementara Wonwoo satu kamar dengan Jeonghan.
Keesokan harinya, konser berjalan dengan lancar dan menyenangkan seperti biasa. Jadwal konser selanjutnya masih ada jarak waktu sebanyak dua hari, dan bisa digunakan oleh member Seventeen untuk beristirahat.
Ketika selesai konser, para member Seventeen kembali ke hotel mereka. Namun ada juga beberapa dari mereka yang memilih untuk makan malam di restoran hotel. Sementara Mingyu yang tadinya berniat untuk ikut makan malam, mengurungkan niatnya karena tidak melihat keberadaan sang kekasih. Mingyu segera naik ke lantai tujuh hotel tersebut dan berjalan menuju kamar paling ujung, kamar Wonwoo dan Jeonghan. Ia tau jika Jeonghan tidak ada di kamar karena lelaki itu sedang makan malam bersama dengan sang leader sekaligus kekasihnya.
Mingyu mengetuk pintu kamar tersebut, dan kurang dari satu menit, pintu itu terbuka. Mingyu segera mengunci pintunya dan menyudutkan Wonwoo ke tembok. Mingyu tidak melakukan apapun, ia hanya menatap kekasihnya yang hanya menggunakan kemeja oversize yang menutupi selangkangannya, dengan choker hitam yang senada dengan kemeja yang digunakannya. Mingyu tersenyum miring. Wonwoo tau jika Mingyu selalu saja terangsang setiap dirinya memakai choker.
“Good kitten.” Ucap Mingyu. Wonwoo hanya tersenyum tipis dan kemudian segera menarik tengkuk Mingyu. Lelaki yang lebih tinggi menerima ciuman itu dengan senang hati. Diremasnya bokong Wonwoo dengan kuat dan kemudian ia mengangkat tubuh kekasihnya itu menuju ke kasur tanpa melepaskan tautan bibir mereka.
Mingyu duduk di kasur, dan membuat Wonwoo duduk di pangkuannya. Tangan Mingyu menarik pinggang Wonwoo untuk mengikis jarak. Keduanya saling melumat dengan ganas, suara kecupan terdengar dengan jelas. Mingyu kembali meremas bokong Wonwoo dan membuat lelakinya mengerang. Keduanya tidak perlu takut terdengar oleh orang lain karena ruangan di hotel tersebut kedap suara.
Wonwoo melepas ciuman mereka dan menatap Mingyu secara seduktif. Tidak ada ucapan apapun yang keluar dari keduanya. Hanya terdengar nafas yang memburu. Keduanya hanya diam sambil menatap satu sama lain, namun sex tension begitu terasa di antara Mingyu dan Wonwoo.
“Nghh...” Mingyu mengerang saat Wonwoo menggesekan kemaluannya dengan miliknya. Sementara Wonwoo tersenyum dan turun dari pangkuan Mingyu.
Lelaki itu menarik Mingyu menuju sebuah meja yang ada di sudut ruangan. Mingyu terkejut ketika melihat berbagai jenis alat ada disana.
Di atas meja tersebut terdapat sebuah blindfold, tali, dan juga sebuah bulu-bulu.
“Hadiah ulang tahun.” Ucap Wonwoo dan membuat Mingyu tersenyum. Mingyu mengambil blindfold-nya dan memasangkannya kepada Wonwoo. Mingyu tersenyum miring kemudian kembali melumat bibir sang kekasih, hanya untuk beberapa detik, setelah itu Mingyu melepasnya lagi.
Mingyu mendorong tubuh Wonwoo ke kasur, dan mengambil tali dengan bahan kain licin yang ada di meja tersebut. Lelaki tinggi itu menggigit talinya dan menggulung lengan kemejanya kemudian membuka dua kancing atasnya. Setelah itu, Mingyu mengangkat kedua tangan Wonwoo dan mengikatnya dengan tali yang sudah disiapkan Wonwoo tadi.
Wonwoo membasahi dan menjilat bibirnya sendiri, sengaja untuk menggoda kekasihnya. Mingyu segera menindih tubuh ramping Wonwoo dan menciumi lehernya. Ia memberikan banyak tanda merah keunguan. Gigi taringnya selalu memberikan sensasi tersendiri bagi Wonwoo ketika Mingyu menggigit dan menghisap kulitnya.
Mingyu semakin turun dan menghujani tubuh Wonwoo dengan kissmark. Mingyu mengusap puting Wonwoo secara perlahan. Jemarinya membuat gerakan memutar kemudian menekan putingnya membuat tubuh Wonwoo menggelinjang. Sekarang giliran bibir Mingyu yang bermain di atas puting Wonwoo. Ia melakukan gerakan yang sama. Lidahnya bergerak, membuat sebuah putaran, kemudian menghisapnya dengan kuat.
“Ahh...” Wonwoo sedikit frustasi karena tangannya diikat oleh Mingyu. Ingin rasanya dia menarik rambut atau meremas bahu Mingyu.
Netra Mingyu menatap penis Wonwoo yang masih terbalut celana dalam. 'Adik' Wonwoo itu sudah terlihat mengeras di dalam sana. Mingyu meremasnya dengan kencang dan membuat desahan Wonwoo mengalun di telinganya.
Mingyu melanjutkan aktivitasnya. Ia segera membuka celana dalam Wonwoo dan mengocoknya pelan.
“Faster...” Pinta Wonwoo.
“Seperti ini, hm?” Kocokan Mingyu semakin kencang dan membuat Wonwoo mendesah pelan. Tapi kemudian, Mingyu menghentikan kegiatannya itu. Mingyu melebarkan paha Wonwoo dan menciumi pahanya lagi, padahal sudah ada banyak tanda disana. Mingyu memberikan sebuah kissmark di selangkangan Wonwoo. Sambil bibirnya sibuk memberikan sebuah kecupan dan hisapan, tangannya kembali meremas dan memijat penis Wonwoo, dan itu benar-benar membuat Wonwoo gila. Suara desahannya memenuhi kamarnya.
Bibir Mingyu menghisap tulang selangkangan Wonwoo dengan kuat, kemudian menggigitnya pelan, lalu ia hisap lagi, begitu terus ia mengulangnya beberapa kali. Tubuh Wonwoo melengkung naik akibat kenikmatan yang diberikan oleh Mingyu. Setelah puas, lelaki tinggi itu kembali mengocok penis Wonwoo dengan cepat. Bibirnya mengulum bibir Wonwoo yang sudah membengkak akibat dirinya.
Lelaki yang masih memakain blindfold itu terus mendesah ditengah tautan bibirnya. Mingyu benar-benar mengocoknya dengan sangat cepat hingga kejantanannya itu berkedut.
Namun sepertinya Mingyu membalas dendamnya. Kekasihnya itu menghentikan kocokannya dan melepas tautan bibir mereka. Wonwoo mengerang frustasi, ia benar-benar sudah ada di titik puncaknya, namun Mingyu tidak membiarkan dirinya untuk cum.
“Pembalasan dendam memang lebih kejam.” Bisik Mingyu tepat di telinga Wonwoo. Lelaki yang lebih muda mengulum daun telinga Wonwoo kemudian meniupnya, membuat Wonwoo menggelinjang.
“Aku sudah selesai.” Ucap Mingyu. Wonwoo menggelengkan kepalanya. Lelaki itu sudah benar-benar ereksi. Wonwoo menginginkan hal lebih. Wonwoo ingin Mingyu berada di dalamnya. Mingyu tersenyum miring.
“Memohonlah.” Suruh Mingyu.
“Mingyu, tolong... Tolong masukan milikmu. Aku menginginkannya.” Pinta Wonwoo, suaranya terdengar bergetar. Ia benar-benar frustasi. Beruntung Mingyu segera menghampirinya dan menyuruh Wonwoo untuk menungging di hadapannya dengan tangan yang masih terikat.
Mingyu mengambil bulu halus yang berada di atas meja. Lelaki itu mengarahkan bulu itu ke lubang anal milik Wonwoo dan membuat kekasihnya itu mengeluarkan desahan halus. Mingyu hanya tersenyum, dan terus memainkan bulu tersebut. Bulu itu terasa benar-benar menggelitik lubang anal Wonwoo.
“Gyu...” Desah Wonwoo. Kejantanan Mingyu terasa semakin sesak di balik celananya ketika kekasihnya itu memanggil namanya. Mingyu melempar bulu itu sembarang dan segera melepas celananya. Mingyu menyuruh Wonwoo turun dari kasur dan berlutut, kemudian ia mengarahkan penisnya ke dalam mulut Wonwoo.
Lelaki dengan blindfold itu mengulum 'adik' besar Mingyu dengan penuh gairah. Wonwoo sesekali menghisap kepala penis Mingyu dengan kuat, menyebabkan sensasi ngilu dan nikmat sekaligus. Mulut Wonwoo benar-benar penuh dengan batang milik Mingyu yang berada di dalamnya. Mingyu mengadahkan kepalanya sambil terus meracau, menyebut nama Wonwoo. Kekasihnya itu hampir saja tersedak ketika tangan Mingyu mendorong kepalanya agar seluruh penisnya masuk ke dalam mulut Wonwoo.
“Ahh... Jeon Wonwoo...” Desah Mingyu. Lelaki yang disebut namanya tidak menjawab, sibuk mengulum dan menjilati kejantanan Mingyu, hingga akhirnya ia orgasme. Cairannya menyemprot di seluruh mulut Wonwoo, dan lelaki itu menelannya hingga habis.
Mingyu yang tidak tahan segera membuka tali di tangan Wonwoo, dan mendorong mendekati meja. Entahlah, Mingyu selalu ingin melakukan sex sambil berdiri.
Wonwoo hanya menurutinya, ia menungging sambil memegang ujung meja. Mingyu mengocok penisnya yang sudah basah dan segera mengarahkannya ke lubang milik Wonwoo.
“Ahh...” Erang keduanya ketika milik Mingyu memenuhi lubang Wonwoo.
Lelaki tinggi itu menggenjotnya dengan kasar. Mingyu memegang kedua pinggang ramping Wonwoo dan menggerakannya maju mundur, berlawanan dengan tubuhnya. Suara tubuh mereka yang menyatu, memenuhi kamar hotel, ditambah dengan desahan-desahan yang tak tertahankan.
“Mingyu... Mmhh...” Saat mendengar namanya, Mingyu mempercepat temponya. Tangan kanannya ia gunakan untuk terus menggerakan tubuh Wonwoo, sementara tangan kirinya ia gunakan untuk mencekik leher Wonwoo.
“Ohh... Shit...” Umpat Mingyu. Tangan Mingyu turun untuk mencubiti puting milik Wonwoo dan membuat lelaki itu semakin mengerang dengan keras.
“Aku akan keluar... Ahh...” Wonwoo orgasme. Sementara Mingyu masih dengan semangat menggenjot penisnya di dalam Wonwoo. Sesekali Mingyu memberikan sebuah spank di bokong Wonwoo. Kaki Wonwoo terasa sudah lemas, namun genjotan Mingyu tidak berhenti, justru semakin kencang.
“H...Hyung... Aku akan keluar... Ahh...” Sebuah cairan putih keluar dari penis Mingyu. Keduanya dipenuhi oleh keringat. Namun, Mingyu masih merasa belum puas.
Lelaki tinggi itu segera melepas kemeja Wonwoo dan kini keduanya bertelanjang bulat. Mingyu memangku Wonwoo dan kembali memasukan penisnya ke dalam lubang anal Wonwoo. Ia masuk ke dalam kamar mandi, dan kemudian menyandarkan dirinya di dinding toilet.
“Bergerak.” Suruh Mingyu. Wonwoo menurutinya dan menggerakan badannya. Mingyu menahan beban tubuh Wonwoo dengan baik. Sambil lelaki yang lebih tua menggerakan pinggulnya, keduanya kembali bercumbu. Bibir mereka akan selalu terasa manis bagi satu sama lain dan akan selalu menjadi candu. Mingyu memegang pinggul Wonwoo dan juga ia ikut menggerakan pinggulnya sendiri agar penisnya bisa masuk lebih dalam lagi.
“Ahh...” Keduanya kembali orgasme secara bersamaan.
“Kau lelah?” Tanya Mingyu. Wonwoo menggelengkan kepalanya dan membuat Mingyu tersenyum lalu mengecupnya. Mingyu berjalan ke arah bathtub dan membiarkan posisi Wonwoo terduduk di atasnya.
Wonwoo kembali menggerakan badannya naik turun. Tak mau kalah, Wonwoo pun memberikan tanda di leher, dan di dada Mingyu. Lelakinya itu hanya bisa memejamkan mata sambil terus memanggil namanya. Wonwoo kemudian menyalakan keran, mengisi air agar memenuhi bathtub.
“Aku ingin mencoba sex dalam air.” Ucapan Wonwoo itu hanya dibalas tawa oleh Mingyu.
Ketika airnya sudah penuh, Wonwoo mematikannya dan kembali bergerak naik turun. Mereka berdua merasakan sensasi baru yang belum pernah dirasakan. Mingyu mencengkram pinggang Wonwoo dan mengontrol gerakan kekasihnya agar tidak terlalu cepat.
Mingyu menarik tengkuk Wonwoo, dan bibir mereka kembali bertemu. Keduanya saling melumat dengan kasar, bertukar saliva, dan memainkan lidahnya. Wonwoo memutar pinggulnya, kemudian kembali membuat gerakan naik turun lebih cepat, hingga keduanya kembali orgasme.
Mingyu dan Wonwoo kehabisan nafas dan juga energi. Wonwoo menjatuhkan kepalanya di bahu Mingyu. Bisa Mingyu rasakan nafas Wonwoo di lehernya. Lelaki yang lebih muda tersenyum sambil mengusap rambut Wonwoo. Mingyu melepas blindfold yang digunakan Wonwoo.
“Akhirnya aku bisa melihatmu dengan jelas.” Ucap Wonwoo dan membuat Mingyu gemas. Dikecupnya puncak kepala lelaki yang lebih tua, kemudian tangannya terjulur untuk mengusap punggung mulus Wonwoo.
“Terimakasih hadiahnya. Aku sangat menyukainya.” Wonwoo tersenyum.
“Meskipun terlambat...” Wonwoo mengangkat kepalanya, menatap lembut Mingyu tepat di bola matanya. Mingyu menunggunya dengan sabar sambil mengusap pipi Wonwoo dengan lembut.
“Selamat ulang tahun.”
Mingyu mendekap Wonwoo dan kembali mempertemukan bibirnya. Kali ini tidak diikuti dengan nafsu dan birahi. Untuk kali ini, ciuman mereka dipenuhi oleh perasaan hangat dan juga kasih sayang.