write.as

Written by Arash

a/n : yuk buka spotify/apple music kalian, terus puter lagunya oned yang 18 :D happy reading !!

Renjun tersentak kala suara gemuruh kembang api tiba-tiba saja terdengar. Perhatiannya pada anggota Arunika yang tengah shooting di depannya pun terganggu. Kini dwinetranya terfokus pada serpihan-serpihan cahaya yang sedang berlomba-lomba untuk menghiasi langit. Tatapannya terlihat penuh kagum kala serpihan cahaya tersebut melesat dan seperkian detik kemudian meledakkan bunga-bunga api yang membentuk sebuah kalimat ‘Happy New Year 2021’. Selain itu, suara terompet juga ikut memeriahkan suasana yang ada.

“Indah ya?” Lagi-lagi Renjun tersentak ketika mendengar suara yang tampak familiar di indera pendengarannya. Renjun refleks menoleh ke sumber suara. Ada Haechan dengan sebuah gitar di pelukannya.

“Eh, udah selesai shootingnya?” Pertanyaan Renjun langsung dijawab oleh Haechan dengan sebuah anggukkan.

Haechan mulai memetik senar gitarnya seraya mendudukkan dirinya tepat di samping Renjun.

“Gue baru tahu lo bisa main gitar,” Adalah komentar pertama Renjun.

Haechan hanya tersenyum tipis, enggan untuk menanggapi komentar Renjun. Fokusnya kini pada senar gitar yang terdengar tidak pas baginya.

“Kok nggak pas ya,” Monolog Haechan yang kemudian dengan lihai tangannya memutar-mutat tuner gitar.

“Nah udah pas,” Renjun terdiam. Sedari tadi hanya memperhatikan Haechan yang tengah sibuk dengan gitarnya.

“Lo mau lagu apa?”

Renjun berdeham, “Hmm apa ya, terserah lo aja deh,” Lanjutnya.

“I got a heart and i got a soul...” Suara lembut Haechan mulai menyapu indera pendengaran Renjun dan memanjakannya.

“Believe me i will use them both...” Suara Haechan masih terdengar jelas di telinga Renjun meski sayup-sayup suara gemuruh juga masih terdengar.

“We made a start... be it a false one, i know... baby, i don't want to feel alone...” Pipi Renjun refleks memanas ketika kedua iris mereka tak sengaja bertabrakkan.

“So kiss me where i lay do—” Nyanyian merdu Haechan terhentik ketika Jaemin tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua bak pengganggu.

“Aduh, asik bener dah. Berdua-duaan aja,” Godanya.

Haechan menyahut, “Berdua gimana? Lo nggak lihat itu para crew daritadi lalu lalang? Noh!” Tunjuk Haechan dengan sedikit mengangkat dagunya ke atas.

Sebuah senyum jahil terpahat sempurna di wajah Jaemin, “Oh jadi lo mau berduaan aja nih?”

Renjun refleks menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Hal itu membuat Jaemin terkekeh kemudian pergi meninggalkan mereka.

“Dia emang agak nggak waras, Ren,” Bisikkan Haechan pada telinganya saat itu membuat tubuh Renjun kian menegang dan membuat bulu kuduknya merinding.

—————

“Abis ngob— anjingg!!” Haechan yang baru saja tiba dari toilet langsung dikejutkan oleh sebuah pemandangan yang ada di depannya. Irisnya bergulir ke arah sosok yang tengah terkulai lemas. Melihat kondisi Renjun yang seperti itu, Haechan langsung bisa menyimpulkan kalau sepeninggal dirinya ke toilet, Renjun kelepasan minum.

“Siapa yang ngasih ke Renjun?” Tanya Haechan dengan suara yang meninggi.

Jaemin yang sudah terkulai lemas dengan kepala di atas meja menggelengkan kepalanya sembari meracau tidak jelas. Membuat Haechan mendesah keras.

“Jeno! Jen—” Haechan mengurungkan niatnya setelah mendengar suara orang muntah yang bisa dipastikan itu adalah Jeno.

“Gue nggak tahu apa-apa, gue baru aja balik dari bawah. Ngobrol sama crew,” Penjelasan Chenle membuat Haechan lagi-lagi menghela nafasnya dengan berat.

“Bawa ke kamar sebelah kamar gue aja!” Suruh Chenle. Haechan mengangguk kemudian menghampiri Renjun yang sudah terkulai lemas menyender sofa. Dengan penuh kehati-hatian, ia mulai membopong tubuh mungil Renjun. Satu tangannya ia letakkan di bawah leher Renjun, satu lagi di bawah lutut Renjun.

Beruntung, kamar yang dituju Haechan tidak terlalu jauh mengingat betapa luasnya rumah milik Chenle. Setelah sampai, Haechan langsung merebahkan tubuh mungil Renjun di atas ranjang empuk milik keluarga Chenle.

“Tidur yang nyenyak, Renjun,” Adalah kata terakhir yang berhasil terlontar dari bibir Haechan sebelum Renjun menarik lengannya dengan tiba-tiba hingga membuat tubuhnya oleng, Haechan jatuh tepat di atas tubuh Renjun yang tengah terbaring.

“Jangan tinggalin gue,” Racauan Renjun membuat darah Haechan berdesir. Pasalnya, Renjun meracau tepat di lehernya. Haechan pun memilih untuk memejamkan kedua matanya sesekali menggigit bibir bawahnya sebagai upaya pertahanan diri.

Haechan mulai mencoba mengangkat tubuhnya sambil menahan nafasnya ketika dengkuran Renjun mulai memenuhi ruangan itu. Naasnya, tubuh Renjun yang tiba-tiba menggeliat lagi-lagi membuat tubuh Haechan oleng. Dan kali ini menyebabkan sesuatu yang fatal terjadi. Sesuatu yang lunak dan basah baru saja menyentuh bibir Haechan, barusan. Yang tak lain dan tak bukan adalah bibir milik Renjun.