ㅤCakrawala bertabur bintang menghampar luas sejauh mata memindai, embus angin membelai lembut helai surai pun dingin udara malam kian menusuk kulit milik dua insan yang tengah menaut jemari sementara tungkai saling beriring tiada halang memacu langkah 'tuk mencapai destinasi.

ㅤSepasang iris ambar Zhongli mempersaksikan sorot mata teduh kini bergulir menatap sosok mungil di sisi kanan sebelum birai bibir terbuka, “Saya tak mengganggu waktumu, kan?” Lembut suara melantun frasa membuat sang Yaksha yang bergeming sebab menikmati kebersamaan mereka sedikit tersentak lalu mengalih pandang kepada wira pemilik hati.

ㅤSatu geleng pelan menjadi pembuka, rona merah jambu samar-samar menjalar hingga menuju kedua daun telingga Xiao. Arkian kepala menunduk 'tuk menatap jalan setapak yang dilalui. “Tidak,” terselip dua sekon jeda, “saya senang bisa menghabiskan waktu bersama Anda malam ini.”

ㅤZhongli mampu melihat lengkung senyum kecil terpoles apik di rupa cantik milik Xiao, sungguh memukau serta membuat ia tenggelam dalam pesona sosok tersebut tiap harinya. “Saya pun merasa demikian.” Sahut diberi seiring atensi kembali teralih, kali ini menatap cakrawala sejemang. “Kita sampai. Biasanya saya menyempatkan diri datang ke sini, cocok untuk memandang bintang-bintang. Saya harap kau menyukai tempat ini.”

ㅤLangkah kaki mereka kini terhenti tepat di sisi bukit yang ada di gunung Tianheng. Selama bersama Anda... Hingga keujung dunia bahkan neraka pun akan saya lalui. Hendak mengungkapkan perasaan dalam benak nahas tertahan sebab tak pandai bilamana menyangkutpaut emosi.

ㅤ“... Suka. Bintang-bintangnya cantik.” Xiao melantun sahut sementara senyum yang terpoles pada rupa senantiasa diperlihatkan. “Memang benar. Namun, sosok pemikat hati saya jauh lebih cantik.” Untai frasa tersebut mengudara begitu mudah seolah telah menyatu bersama embus angin.

ㅤTatkala rungu menangkap penuturan sang tuan membuat Xiao bergeming, rona merah muda yang kian memekat lebih dari cukup menjadi alasan mengapa kekeh lembut meluncur dari birai bibir Zhongli. “E-Eh─uh?” Akal budi seolah berhenti bekerja sejemang seiring sepasang iris aurum tanpa disadari semata berpusat kepada sosok tercinta mempersaksikan sorot mata tak percaya.

ㅤTaut jemari kini terlepas sepihak, arkian teralih 'tuk menangkup kedua pipi kedua pipi sosok mungil kesayangan. Perlahan tubuh Zhongli membungkuk guna menyejajarkan tinggi sebelum paras didekatkan satu sama lain. Di bawah kirana rembulan pun cakrawala bertabur bintang menjadi saksi bisu atas besarnya ikatan cinta mereka.