neoneo

Mitsuya yang sedari tadi memperhatikan keduanya tersenyum miring seraya mendekati mereka.

“Lo pada yakin mau nerima aja? Gamau pake syarat?” tanya-nya memprovokasi.

“Syarat?”

Mitsuya mengangguk, lalu berkata, “Misal jadi anggota OSIS gitu, atau apa,” tangannya ia angkat menunjuk gesture 'tidak tau'

“Gausah kak kayanya ma, ini aja udah cu—” Takemichi tidak sempat melengkapi kalimatnya karena Chifuyu.

“Tapi gimana kalo mereka kambuh tawuran lagi, ‘Chi? Kan bagus jadi anggota OSIS terikat aturan ketat,”

Wajah Takemichi memasang setengah setuju setengah tidak. “Kalo kebiasaan tawuran mereka hilang, kakeknya Mikey dan nyokap Baji bakal seneng.....”

Chifuyu mengangguk. Mitsuya bersorak dalam hati, rencana ia dan Yuzuha untuk menurunkan jabatan ke Mikey Baji selangkah lebih maju.

“Mik..... Lo yakin?”

Mikey mengangguk. “Cuma ini caranya biar mereka ga curiga,”

“Tapi gua ga paham cara buatnya.....” rengek Baji.

“Lo pasti bisa, demi masa depan yang cerah,”

“Ini kenapa pada diem di depan pintu?” tanya seseorang yang berada di belakang Baji Mikey.

“Kak Taka ngapain kesini?” tanya balik Takemichi.

Mitsuya menaruh beberapa kertas ke atas meja. “Gua disuruh Yuzuha nganterin dokumen anak PMR ke Cipuy,” Yuzuha adalah Ketua OSIS yang menjabat sekarang, sedangkan Mitsuya ialah wakilnya, mereka sedang mengurus rekapan akhir.

Ia balik badan, menautkan alisnya—bingung, “Ai kalian naha malah cicing wae biasanya ma we ribut jiga ti pasar,”

T ; ‘kenapa kalian diem aja, biasanya berisik kaya di pasar.’

Chifuyu berdiri, mengambil dokumen seraya berkata terima kasih. “Gatau, gajelas mereka,”

“Kami nih, yang gajelas?” sahut Baji.

“Di pasal 1 ayat 1 tentang ikatan persahabatan Gang Surya Nomor 8 yaitu dikatakan bahwa tidak ada namanya permainan rahasia antar sahabat” lanjut Mikey dengan nada agak tinggi.

“Halah, sendirinya yang ngelanggar,” Takemichi ikutan berdiri, tangannya bersedekap di dada.

Mitsuya rasanya mau pulang. Apasih anjrt rahasia rahasia sahabat, lu tuh harusnya omongin perasaan masing masing tau gak. Batinnya.

“Maksud lu?” Mikey melangkah ke depan, berhenti saat dirinya hanya berjarak sejengkal dari Takemichi. “Mind to explain?”

Chifuyu mengambil handphonenya dan menunjukkan layarnya pada Mikey yang memperlihatkan percakapan mereka di kolom reply Izana.

“Pasal 1 ayat 5, jika ada yang hatinya jatuh pada seseorang diwajibkan memberi tau agar mempermudah urusan tali silaturahmi,”

DEMI ALLAH INI APAAN GUA RASANYA MAU BANTING MEJA Batin Mitsuya (lagi).

Mikey diam tak berkutik, ga bisa jawab. Baji juga.

“Kalo kalian ngasi tau siapa yang kalian taksir, kami kasi tau juga rahasia tadi,” kata Takemichi yang dibalas lirikan mata Chifuyu tidak setuju. Tapi rasa penasaran menang, akhirnya ia mengangguk.

“Kan kalo kita udah tau, ntar dibantu PDKT dah, gini gini gua ahli,” tambah Chifuyu—ahli dalam percintaan via Shojou Manga yang tiap hari ia baca.

Baji berdehem, “Gua kasi tau, tapi ga sekarang,”

“Lah, kenapa?”

BLUM SIAP CUI

“Butuh persiapan mental,”

Mitsuya akhirnya paham apa yang sedari tadi adik kelasnya ributkan. Dasar anak muda. Ia tertawa pelan, menarik tangan Takemichi dan Chifuyu.

“Gua butuh ketua Ekskul dulu, ngobrolnya nanti lagi ya,” Mitsuya melirik Baji Mikey, mengirimkan kode.

Gua kasi waktu buat lu bedua pikirin cara confess yang baik dan benar sebelum gua sendiri yang cepuin ke Michi ama Cipuy.

Dibalas tangan “👌” gemetar oleh sang empu yang dikirimi kode.

“INI GIMANA CUG INI GIMANAA” teriak Baji saat Mitsuya dan dua orang lainnya berada jauh di luar rumah Takemichi.

“KITA HARUS KENCENGIN DOA BIAR PERASAANNYA MUTUAL JI” balas Mikey tak kalah panik.

“Anjay mutual kaya di Twitter?”

Habis itu kepala Baji ditimpuk celengan babi milik Takemichi.

Suara kantong plastik gemerisik membuat Takemichi bangkit dari aktivitas rebahannya di kasur. “Banyak bener Puy belinya?”

Chifuyu menaruh belanjaan di meja. “Soalnya kita mau investigasi, Chi,” jawabnya seraya lompat ke kasur Takemichi dan duduk menyilang.

Takemichi menghela napas. Membuka plastik tadi dan mengambil keripik kentang. “Lo bener bener ga mau nunggu mereka bilang sendiri aja?”

“Nggak ah, lama. Mending nyari sendiri,” Chifuyu meng-unlock handphonenya lalu mencari gambar di galeri.

Ia menyodorkan foto ke depan wajah Takemichi. “Senju?”

“Gua nanya ke Sanzu kemaren katanya Senju sama Mikey belakangan ini main bareng,”

“Kerja kelompok maksud lo?” sanggah Takemichi.

“Ck bukan ih, mereka ke Timezone berdua, ke Gramedia juga beli buku UTBK soshum bareng,” desis Chifuyu. Takemichi masih menganggap itu gaada salahnya, ya normal aja soalnya Senju Mikey sekelas. Ia melihat temannya menggeser layar ke gambar selanjutnya.

“Lah Kazutora?”

Chifuyu mengangguk. “Di instastorynya gua liat dia sama Baji ke bioskop,”

“Ya kita sebagai temen juga sering ke bioskop bareng?” jujur Takemichi bingung.

Chifuyu menggulir layarnya lagi. Menampilkan Baji yang disuapi es campur oleh Kazutora. “Temen gaada yang suap suapan, Chi,”

Mereka terdiam. Takemichi melirik Chifuyu yang menunduk. “Kenapa ga lo tanya sendiri hubungan Baji sama Kajut gimana?”

“Gue..... Takut....”

“Semua perlakuan lo daritadi mencurigakan tau, gak? Ga seharusnya kita ikut campur sejauh ini—

Jujur sama gua, apa perasaan lo ke Baji pas tau dia suka sama seseorang?”

“Cemburu?”

Chifuyu sontak mendongak. Membuka tutup mulutnya hendak menyanggah pernyataan sahabatnya, namun ia tak mampu. Karena itu benar, valid, tidak bisa dibantah.

Takemichi mengelus kepala Chifuyu pelan. “Ga ada salahnya punya perasaan ke temen masa kecil, Puy. Sebelum semua terlambat, lo harus bilang ke Baji,”

“Kalo dia nolak gua gimana, Chi... Gua gamau dia ngejauh, hubungan kaya gini juga udah seneng...

Walau tanpa gua, asal Baji bahagia gua ikhlas.”

“Ikhlas si ikhlas tapi tiap malem gua kudu denger lo nangis nyoret nyoret nama Baji di buku Fisika lo,”

“TAU DRIMANA ANJRT?!?” teriak Chifuyu terkejut aibnya terbongkar.

Takemichi mengendikkan bahu. “Apa yang ga gua tau dari lo betiga si?”

Yang ga lu tau itu perasaan Mikey ke elu anj. Peka sama yang lain tapi kalo masalah cinta cintaan diri sendiri malah paling clueless.

“Tapi,” Chifuyu gantian menatap Takemichi. “Perasaan lo ke Mikey gimana?”

“Seseorang yang ga bakal bisa diganti—”

Chifuyu menunjuk wajah Takemichi semangat. “NAHKAN LO SUKA JUGA KAN SAMA MMPH—”

Takemichi menutup mulut Chifuyu paksa dengan keripik di tangannya. “JANGAN LO LUPAIN NI DINDING TIPIS CUG, DEKET SAMA RUMAH MEREKA”

“Oiya gomen,” katanya sambil mengunyah keripik yang sudah ada mulut.

“Wibu dih,”

Chifuyu menyatukan alis. “Jan ngalihin pembicaraan, kalo misal Mikey tu orang yang ga bisa tergantiin. Berati ada perasaan lebih kan ke dia?”

“Gagitu Puy, gua ke elo, ke Baji juga sama. Gabisa digantiin. Kalian berharga we,”

“Dari dulu barengan terus bikin gua gamau kehilangan lo semua,”

“Anjay gua terharu nich,”

“Jink, lama lama gua cepuin juga ke Baji,”

“JGN GITU NTAR GUA KASI TAU SENDIRI AJA, JANGAN KASI TAU BAJI Y—”

“Jangan kasi tau gua apaan?”

Takemichi dan Chifuyu menatap horror ke arah pintu kamar yang menampilkan Mikey dan Baji.

“Main rahasiaan nih, sekarang?” sahut Mikey.

BUKANNYA KALIAN JUGA YANG MAIN RAHASIAAN?! batin Takemichi dan Chifuyu teriak.

Draken, Pahchin, Sanzu, Baji dan Mikey berkumpul di kantin. Baji katanya laper habis dimarahin sama banyak orang. Makan dengan lahap namun tersungut sungut. Yang lain menahan tawa.

Draken membuka tutup botol, “Mik, apa yang buat lo tiba tiba batalin nyikat anak sebelah?”

Sanzu dan Pahchin—yang juga penasaran menatap dengan seksama. Walau pahchin sudah memikirkan alasan apa yang membuat Mikey mau tobat gini.

“Mitchy ntar masakin gua,”

Hening. Pahchin membantin nahkan anjir bener. Draken dan Sanzu menaikkan alis—ga percaya dengan apa yang didengar. Segitu bulolnya dia sama seseorang yang gaada hubungan serius dengannya?

Sanzu mengikat rambutnya. Mie ayam pesanannya datang, ia tidak mau ada tambahan rambutnya nanti di dalamnya. “Tapi kan kita juga udah sering dimasakin sama Takemichi, Mik?”

“Ini beda,”

Mikey berdehem. “Mitchy masakin masakan spesial buat gua doang,” di akhiri dengan senyuman bangganya yang lebar.

Dasar manusia hobinya melebih lebihkan sebuah pernyataan dari apa yang sebenarnya dikatakan.

“Lo gimana ‘Ji setuju kalo kita berhenti tawuran?” tanya Pahchin.

Baji mendongak lalu mengangguk. “Kalo ga tawuran, waktu gua bareng Cipuy dan kucing jadi banyak. Nanti gua sama dia namain kucing di jalanan, jajan cilor bareng seplastik berdua, pernah hampir maling martabak tapi Cipuy berhentiin gua padahal udah bagus dapet yg gratis. Trus gua—”

Perkataan Baji dianggap angin lalu oleh mereka. Karena setelahnya ia hanya menceritakan daily Baji Chifuyu yang dekat, berbagi segalanya tapi beda lagi dengan perasaan.

Draken menaikkan tangannya ke meja. Menautkan jari jemari miliknya. Menatap Baji dan Mikey serius.

“Lo berdua coba serius dulu, kapan mau upgrade hubungan kalian sama Chifuyu dan Takemichi?”

“Apasih santai aja k—”

“Gua liat kemaren ada yang nembak Takemichi di taman,” lanjut Sanzu.

“Chifuyu juga akhir akhir ini dideketin kaka kelas,” tambah Pahchin.

Dua insan yang ditanya tadi mematung.

Angin berhembus cukup kencang siang hari ini. Hiruk pikuk sekolah terdengar. Mikey tersenyum—berjalan ke arah aroma masakan tercium.

“Dari belakang aja udah kek minta dimiliki,” batin Mikey saat melihat Takemichi menuang adonan untuk diuleni.

Jangan asal ceplos milikku kalo lo aja ga berani ngungkapin, Mik. Iya Mikey tau itu, tapi ia takut jika confess membuat hubungan mereka renggang.

Ia pikir ga mengapa kalau mereka hanya sebatas sahabat, itu juga Mikey sudah sangat bersyukur. Jarang bisa bertemu orang seperti Takemichi.

“Mitchy~” Mikey berdiri di samping Takemichi dan memeluk pinggangnya.

Bersembunyi di balik kalimat ‘teman masa kecil’ membuat orang orang paham bahwa kontak fisik sudah sering mereka lakukan. Temen kok pelukan—

Takemichi melirik Mikey, masih kesal karena tau si empu yang tangannya berada di pinggangnya itu akan masuk ke perkelahian lagi, “Lepasin, gua gabisa fokus,”

Mikey merengut. Melepas pelukannya tapi tidak beranjak dari tempat ia berdiri. “Donat?” tanya Mikey melihat Takemichi membentuk bolongan.

Takemichi mengangguk, tangannya telaten membentuk donat dengan rapih. Pita suaranya teriak dalam diam, hendak mengajak bicara surai pirang panjang di sampingnya, tapi egonya lebih tinggi.

“Chi, kalo misal gua ga berantem lagi, lo mau kasih reward apa?”

Takemichi menoleh cepat. Memikirkan apa yang sahabatnya suka. Senyumnya melebar kala menemukan solusi, “Gua masakin masakan kesukaan lo kapanpun yg lo mau, gimana?”

Mata Mikey melebar. “Wah...” Bayangan bahwa Takemichi akan memasak hanya untuknya, spesial untuk Sano Manjiro seorang membuat hatinya menghangat. Walau ini perjanjian, sih. Tapi gapapa, ini kesempatan ga dateng dua kali.

Mikey lompat menerjang badan Takemichi hingga terjatuh di lantai. “OKEEY DEAL!!” teriaknya dengan ledakan tawa.

“Astaga Mik pelan pelan,” Takemichi mengusap tangannya yang terbentur meja sebelum ikut tertawa senang ia tidak akan melihat lebam luka lagi di tubuh sahabatnya.

21 Mei 2012

Baji kecil keluar dari kamarnya, berlari menuju pintu dengan senyuman lebar. Kakinya ia tuju ke rumah sebelah, pintu itu diketuk.

“Michiiii, Aji ada mainan baru! Ayo mainn!” teriak Baji kencang.

Pintu terbuka menampilkan seorang wanita paruh baya yang terkekeh kecil, “Aji sayang ini udah malam, mama kamu mana?”

Bibir Baji mengerucut. Tangannya yg penuh mainan ia peluk erat, “Mama dinas nek, di rumah sepi,”

Nenek Takemichi mengelus rambut Baji kecil pelan, “Rumah sudah dikunci?”

Baji mengangguk, menyodorkan kunci rumah.

“Pinter, ayo masuk, Takemichi lagi belajar masak telur,”

Mata Baji berbinar, mainannya ia taruh di sofa lalu berjalan cepat ke dapur dengan aroma mentega yang khas.

“Ih! Gosong!”

Takemichi tersentak. Ia memutar balik tubuhnya, melihat cengiran Baji, “Apasih kamu ngagetin, ini ga gosong tapi matang sempurna tau!” sahutnya dengan juluran lidah.

“Bikin tiga telur ya, Chi. Habis itu kita main!” Baji mengambil piring plastik dari lemari. Mau bantu temannya ceunah.

Nenek Takemichi yang sedari tadi mengawasi dari kursi tersenyum.


9 Oktober 2013

Di depan rumah Baji dan Takemichi, banyak mobil besar keluar masuk gang membawa banyak barang. Orang orang ramai ingin tahu.

“Ji, es krim kamu meleleh,” Takemichi menyikut lengan Baji yang melongo melihat banyak anak kucing keluar dari salah satu mobil besar tadi.

Anak kucing itu mendekati mereka berdua. Baji dengan seenaknya menyerahkan es krimnya ke tangan Takemichi yang dibalas gerutuan. Ia angkat kucing itu ke atas.

“LUCU BANGET MULAI SEKARANG KAMU KUCING AKU!”

“MANA BOLEH!”

Balasan teriakan membuat mereka berdua menoleh ke asal suara. Seorang anak berambut hitam melangkah ke arah mereka dengan raut wajah kesal. Ia rebut paksa kucing itu dari tangan Baji.

“Ini kucing aku! Emangnya ayah kamu ga pernah ajarin jangan ambil barang orang lain?”

Baji menggeleng, “Ngga sih, kata mama, ayah udah terbang ke atas dari aku lahir,”

”Hah maksudnya?”

“Ayahnya pergi ke tempat yang jauh dan damai di atas sana, Chifuyu,” jawab Bundanya yang daritadi mendengar percakapan mereka.

Wanita dengan tangan lentik itu tertawa riang, “Kalian berdua rumahnya dimana?”

Baji dan Takemichi sontak melihat ke belakang, “Yang di kiri rumah Michi, yang di kanan rumah Aji,” balas Takemichi sambil menunjuk dengan jari.

Bunda anak itu mengangguk, menepuk pundak anaknya, “Michi, Aji, ini Chifuyu, mau gak temenan sama dia?”

Baji menggeleng kuat, “Gamau! Galak kaya meong yang suka cakar Aji!”

Takemichi memukul punggung Baji pelan, “Heh!”


31 Desember 2013

“Tau ga si aku bisa ngomong sama kupu kupu!” celoteh Takemichi saat televisi menampilkan acara metamorfosis sempurna. Baji langsung percaya, Chifuyu mengaitkan alis, ga percaya.

“Emang dia ngomong apaan, Chi?”

Takemichi memasang pose berpikir, “Emm... Katanya Chifuyu jangan suka marah marah, nanti jadi kaya nenek aku,”

Gelak tawa keluar dari mulut Baji saat melihat Chifuyu mengejar Takemichi. Merasa tidak ada apa apa, ia terus berlari hingga menabrak sesuatu.

Barang orang itu berserakan, Takemichi panik, mengumpulkan semua barang dengan tergesa gesa, “Kamu... Aku minta maaf ya...”

Takemichi mendongak, memperlihatkan seorang anak lelaki dengan rambut pirang. “Beliin aku taiyaki, habis itu aku pikirin dulu mau maafin kamu apa ngga.”

Pikiran Takemichi loading sebentar sebelum akhirnya ia merogoh saku dan menggenggam tangan orang asing itu, “Aku tau tempat taiyaki yang enak! Kamu pasti suka,”

Bener, enak banget batin anak lelaki itu setelah menghabiskan taiyaki.

“Suka, kan?” tanya Takemichi takut takut ga dimaafin.

“Ngga enak,”

Mulut Takemichi menganga terkejut, karena baru pertama kali ini ada yang bilang ga enak dengan masakan toko langganannya, “TAPI KATA AKU ENAK TAUU!!”

Orang itu menatap Takemichi, menyodorkan tangan, “Aku Mikey, ayo buat perjanjian,”

“Aku Takemichi? Terus ngapain?” Bingung, tapi tetap menyodorkan tangan juga.

“Mitchy, sampe aku dapet taiyaki yang enak, kamu harus selalu di samping aku,”

Orang orang yang mendengarkan tertawa, astaga bocah.

Takemichi mengangguk pelan, masih bingung tapi yaudahlah. Mereka berjabat tangan dan pulang ke gang Takemichi tinggal.

Baru ingin bertanya dimana rumah Mikey, anak itu sudah membuka pagar rumah di samping Chifuyu. Ia lambaikan tangan dan masuk ke rumah meninggalkan Takemichi yang mematung.

“Chi! Chi! Katanya kita punya tetangga baru loh!” Baji entah darimana langsung menyeret Takemichi masuk ke rumahnya dimana Chifuyu juga sudah menunggu.

Sano Manjirou Mikey

• XI IPS 1 • selalu dipanas panasin anak STM sebelah jadi langganan tawuran • pinter, tapi kalo udh bucin jadi goblok

“Kata Michi gaboleh berantem, lu semua bubar sekarang,”

Hanagaki Takemichi

• XI MIPA 3 • curhat di akun priv adalah kewajiban • ketua klub masak, bisa masak karena ortu jarang pulang

“Anjg.... Salah jurusan gua kayanya,” keluh Takemichi setelah melihat hasil raportnya yang kebakaran.

Baji Keisuke

• XI MIPA 7 • nangis pas salah pencet masuk jurusan MIPA • sohib Mikey langganan tawuran • sayang Chifuyu banget tapi selalu ada di zona temen tapi mesra

“YaAllah gua ga yakin lulus ini mah, puy, lo gua nafkahin dari hasil ngepet gapapa ‘kan?” Habis liat raportnya yang kebakaran juga ternyata.

Matsuno Chifuyu

• XI MIPA 5 • peke j dulu baru kamu • ketua PMR hobi marahin adek kelas yg ga suka sarapan

“Lain kali kalo lu pada gasuka sarapan setidaknya jangan pingsan anjir UKS kaga muat etdah,”