Athena's
TW// Harsh Words
TW// Torture
TW// Trauma
Pandora
#Athenachapter 10
“Apakah sudah siap?” Tanya Soonyoung setelah menghentikan mobilnya di salah satu swalayan dan bergegas mengubah mobilnya ke mode Spy agar informasi yang mereka punya tidak bocor.
“Sudah, Capt. Jupiter sudah memberikan kode akses untuk konferensi.” Sahut Jihoon yang masih sibuk dengan laptop didepannya.
“Bagus, apa kau sudah mengatur rekaman?”
“Belum, Capt. Sedari tadi aku masih sibuk dengan laptop ini.”
“Baiklah, bergeser sedikit.” Ujar Soonyoung dan segera bergerak ke samping Jihoon dan mengutak-atik alat perekam.
Setelah beberapa menit segala sesuatu yang dibutuhkan telah siap. Jihoon kembali bertanya setelah melihat ketuanya itu masih berkutat dengan alat perekamnya.
“Capt, apakah sudah siap?”
“Sebentar lagi, sambungkan saja dengan mereka. Aku rasa mereka masih bersiap-siap. Sisa berapa menit lagi?”
“10 menit, Capt.” Sahut Jihoon seraya menyambungkan panggilan konferensi ke laptopnya.
“Capt, Capt, apa kau mendengarku?” Ujar Jupiter diseberang sana memastikan panggilan sudah terhubung.
“Ya, ini aku Woozi. Sudah tersambung, Ju, terima kasih. Tolong arahkan kameranya menjadi 5 arah pandang. Satu tepat ke arah wajahnya. Sisanya untuk ke seluruh penjuru ruangan termasuk profiler.” Jelas Jihoon seraya mengatur speaker untuk dapat terdengar jelas pernyataan yang diberikan nantinya.
“Siapa profiler yang mewawancarainya?” Tanya Soonyoung setelah menyelesaikan rakitan perekamnya.
“Foxy Jon, Capt.” Sahut Jupiter yang memperlihatkan seluruh ruangan investigasi.
“Halo, Foxy!” Sapa Soonyoung yang melihat rekan kerjanya telah siap dengan pena perekam dan catatannya.
“Yoo, Hosh! Senang bertemu denganmu. Rekan barumu ya?” Tanya Foxy ketika melihat Jihoon yang berada disampingnya.
“Yaps! Penggantimu, Fox.” Sahut Soonyoung dengan tawa kecilnya.
“Haish, aku jadi sebal dengan Devil.” Decih Foxy yang mendengar suara tawa dari rekannya dulu.
“Salah sendiri kau ceroboh. Kalau tidak 'kan, kau masih berada di Tim-nya.”
“Ujar seseorang yang sama posesifnya dengan Devil.” Sahut Foxy dengan rotasi mata kesal setelah mendengar pernyataan Soonyoung.
“Hey, Won! Diamlah.” Seru Soonyoung tak terima.
Jeon Wonwoo adalah rekan seprofesi Soonyoung. Wonwoo atau biasa dipanggil Wonu itu menjabat seperti Jihoon dulunya. Akibat kecerobohannya, ia dipindahkan ke kantor investigasi oleh Kim Mingyu yang merupakan Alpha-nya.
“Hmm, kapan dimulainya ya?” Tanya Jihoon memutuskan pergulatan mereka.
“Oh, hai! Aku Foxy Jon, nanti kita akan mengobrol oke? Nama kau siapa?” Sapa Wonu ketika mendengar suara Jihoon yang sedari tadi hanya diam melihat interaksi dirinya dengan Soonyoung.
“Woozi, aku panggil kamu apa?” Sahut Jihoon seraya bertanya bingung.
“Hahaha, kamu menggemaskan! Pantas Hoshi-“
“Diamlah, Won!” Potong Soonyoung dengan suara Alpha-nya.
“Ohohoho, oke-oke, calm down, Hosh. Panggil aku Jon saja, Wu?“
Jihoon yang mendengar suara Alpha Soonyoung hanya bisa diam dengan tubuhnya bergetar takut dan nyaman? Entahlah, Jihoon pun bingung. Ia hanya merasakan rasa aman jika berdampingan dengan Soonyoung.
“Ah okey, Jon. Senang bertemu denganmu.” Ujar Jihoon dengan senyum lembutnya.
“Senang juga kalau gitu! Mari kita selesaikan Misi ini, Wu!” Ujar Wonu bersemangat.
“Baiklah, baiklah. Apakah sudah siap semua?” Tanya Soonyoung jengah melihat tingkah mantan rekannya itu.
“Sedang menuju ke sini, Capt.” Sahut Jupiter yang sedari tadi hanya mendengarkan percakapan dua arah mereka.
“Baiklah, siap-siap sana Fox! Rekanmu siapa kali ini?” Tanya Soonyoung.
“Anak ini, siapa lagi? Mungkin Xuhao?” Sahut Wonu dengan menunjuk ke arah Jupiter dan Xuhao disebelahnya.
“Hai, Capt! Sudah lama tidak berjumpa!” Sahut Xuhao seraya melambaikan tangannya.
“Halo, senang melihatmu kembali, Xu.” Sahut Soonyoung seraya menampilkan senyumannya.
“Siap, Capt! Mohon kerjasamanya.” Ujar Xuhao seraya membungkukkan badanya, hormat.
“Ya, Xu. Hati-hati kalian, pasang in ear kalian. Ju, jangan lupa mintalah penjagaan ketat dari pihak kepolisian.”
“Siap, Capt!“
______
Tepat pukul 1 siang, jalannya investigasi sudah dimulai. Wonu dan Jupiter yang masuk dalam ruangan investigasi merasa geram dengan tingkah pelaku yang ditunjukkan.
Pelaku masih enggan menjawab jadwal atasan mereka. Soonyoung yang melihat jalannya investigasi berlangsung alot, segera ia membuka suara untuk menyambungkan suaranya ke ruangan tersebut.
“Halo, Seungkwan. Bagaimana kabarmu?”
Seungkwan yang mendegar hal itu pun langsung berjengit kaget. Ia mengenali suara ini, sangat.
“Kakak..” bisik Seungkwan lemah yang masih bjsa terdengar oleh mereka.
“Kwan-ah, bagaimana kabarmu?”
“Takut..“
“Kenapa takut, hm?” Tanya Soonyoung dengan tenang.
“Kwan, takut. Mereka.. mereka menyuruhku mengambil ornamen-ornamen itu..“
“_...kalau tidak diambil, Kwan disiksa, sakit.. hiks..” lanjut Seungkwan dengan suara yang terbata-bata dan diakhiri suara tangisan kecil.
“Kwan-ah, mau jadi anak baik?” Tanya Soonyoung dengan lembut yang masih berusaha menahan tangisannya sedari tadi.
“Mau.. Kwan mau bertemu dengan kakak..” Bisik Seungkwan yang masih sesenggukan dengan tangisannya.
“Baiklah Kwan-ah, kita akan bertemu. Tapi Kwan harus jawab pertanyaan kakak. Bagaimana?” Tawar Soonyoung dengan lembut.
“Susah.. tidak??” Tanya Seungkwan dengan matanya yang menghadap kearah Jupiter dan Wonu.
“Tidak susah kok, mau 'kan Kwan menjawabnya?” Tanya Wonu lembut.
“Mau.. tapi nanti Kwan bertemu Kakak, 'kan?” Jawab Seungkwan dengan ragu.
“Nanti kita ketemu, Kwan-ah. Tapi Kwan harus jadi anak baik dulu ya?” Sahut Soonyoung dengan sabar menjawab pertanyaan Seungkwan.
“Mau.. mau jadi anak baik..” Sahut Seungkwan dengan anggukan kecil dari kepalanya.
“Kwan-ah.. Jangan menangis lagi ya? Nanti kita bertemu setelah ini. Oke?” Balas Soonyoung.
“Iya, tidak menangis. Kwan, sudah siap jawab soal kakak!” Sahut Seungkwan dengan semangat seraya menghapus air matanya yang mengalir.
“Baiklah, dengar pertanyaan teman kakak ya, Kwan?” Suruh Soonyoung dengan suara yang gemetar.
“Oke!! Kwan siap!” Seru Seungkwan.
Mendengar seruan Seungkwan, Soonyoung segera mematikan suaranya dan menelungkupkan kepalanya pada lipatan kakinya.
Jihoon yang melihat interaksi keduanya pun hanya bisa diam. Dirinya semakin bingung setelah melihat reaksi sang Alpha yang menangis pilu di sampingnya.
“Minumlah,” tawar Jihoon seraya memberikan sebotol airnya ke arah Soonyoung yang masih menangis pilu.
“Terima kasih..”
Mendengar hal itu, Jihoon hanya menganggukkan kepalanya dan segera melihat kembali jalannya sesi investigasi itu. Jihoon berpikir mengapa anak ini yang disuruh mencuri. Apa karena anak ini memiliki kekurangan?
“Selesaikan saja untuknya, ia sudah lelah, Jon.” Sahut Soonyoung pada in ear setelah menyelesaikan tangisannya.
Mendengar arahan Soonyoung, Wonu segera menyelesaikan investigasinya dan segera mengantarkan Seungkwan ke ruangan selnya bersama Xuhao.
Melihat tidak ada siapapun selain Jupiter di ruangan itu. Soonyoung kembali berbicara pada rekannya itu.
“Ju, tolong panggil pelaku selanjutnya.”
“Eh? Kau tak apa, Capt?“
“Tidak, lebih cepat lebih baik.” Ujar Soonyoung dingin.
“Baiklah, Capt.“
Hening melanda diantara Soonyoung dan Jihoon.
Jihoon yang masih enggan bertanya ke Soonyoung siapa Seungkwan dan Soonyoung yang bingung bagaimana menjelaskan hubungannya dengan Seungkwan ke Jihoon hanya bisa diam seraya mengingat peristiwa itu.
Bagaimana bisa dirinya melupakan adik sepupunya dan kembali bertemu setelah sekian lama ketika sang adik dijadikan tumbal oleh si brengsek itu.
Soonyoung hanya bisa menghela napasnya lelah.
Bodoh, ternyata mereka membantai keluargaku habis-habisan. Brengsek.
Pikir Soonyoung geram dan tidak sengaja mengeluarkan geramannya membuat Jihoon terlonjak kaget di kursinya.
“Hey, tenanglah..” Ujar Jihoon seraya mengelus lembut tangan Soonyoung yang terkepal erat.
“Kau tau? Aku benar-benar marah melihat adikku seperti itu..” Ujar Soonyoung dengan mata yang menerawang jauh.
“Dulu.. anak itu tidak seperti itu. Aku baru bertemu dengannya setelah sekian lama di sini. Di tempat ini. Aku kira mereka tidak membantai keluarganya. Ternyata..”
“Ternyata mereka menghabisinya juga.. aku terkejut melihat dirinya ada di sel tahanan. Jujur setelah melihat adikku di sini. Aku semakin yakin jika kasus ini juga masih ada sangkut-pautnya dengan kasus pembantaian keluargaku.” Jelas Soonyoung yang masih geram ketika mengingat peristiwa keluarganya.
Jihoon yang hanya bisa mendengarkan seraya menenangkan sang Alpha yang secara tidak sengaja mengeluarkan aroma pekatnya.
Ah, aroma ini ternyata punya Soonyoung? Pikir Jihoon seraya mengeluarkan aromanya yang menenangkan.
Semoga aromaku dapat membantunya. Pikir Jihoon.
“Maka dari itu mari kita tuntaskan segera kasus ini, Soonyoung. Mari kita berjuang demi keluargamu dan keluarga Seungkwan.” Ujar Jihoon seraya tersenyum meyakinkan.
Melihat tekad yang ada pada mata sang Omega, Soonyoung yang telah merasakan semangatnya menggebu-gebu semakin membara.
“Baiklah, kita selesaikan semuanya hari ini, Wun.”
“Baiklah!! Fighting!!!”
“Fighting!!”
Mendengar hal itu, mereka berdua tertawa bersama. Menertawakan kekonyolan mereka dalam menyemangati satu sama lain.
Setelah menertawakan satu sama lain, Jihoon menawarkan perbekalannya yang masih banyak tersisa untuk mengganjal perut mereka.
“Hey,”
“Hm?”
“Berguna juga perbekalanmu.” Ujar Soonyoung seraya terkekeh meihat raut Jihoon yang menyebalkan setelah mendengar pernyataannya.
“Memang! Coba kalau aku tidak membawa makanan ini. Pasti kau lapar.”
“Ya, ya, ya. Terima kasih sudah berinisiatif.” Ucap Soonyoung malas.
“Capt? Kau masih disana?” Tanya Jupiter yang sudah kembali dari sel tahanan.
“Masih, kenapa? Sudah siap?”
“Sudah, Capt. Mereka sedang menuju ke ruangan ini. Tadi sedikit lama karena Seungkwan kambuh karena mendengar pukulan, Capt.” Jelas Jupiter yang membuat Soonyoung menghela napasnya lelah.
Membuat Jihoon yang disebelahnya segera menenangkan sang Alpha.
Melihat perlakuan kecil Jihoon, Soonyoung segera menyunggingkan senyumnya yang menampilkan bahwa ia baik-baik saja.
“Bisakah kau pindahkan Seungkwan di ruangan yang sesuai dengannya? Penyidik lain juga sudah mengetahui bahwa Seungkwan memiliki trauma?”
“Baik, Capt. Nanti akan aku urus.“
“Terima kasih, segera bawa pelakunya. Aku sudah lelah.”
“Baik, Capt.“
Pintu ruangan investigasi terbuka. Menampilkan sosok pelaku yang membuat Soonyoung semakin geram.
Belum sempat pelaku duduk di kursinya, ia berbicara dengan maksud mengobarkan api amarah Soonyoung.
“Apa kabar Soonyoung? Sudah lama kita tidak bertemu?“
Mendengar suaranya yang menggema di ruangan itu membuat Soonyoung menggeram rendah.
“Aku tau, kau ada disini Soonyoung. Mengambil kasus ini dengan menggunakan nama samaran tidak membuatku tak mengenalimu.“
“Jika kau tidak ingin diam,“
“Apa? Kau akan apa, hah?!” Putus pelaku dengan berteriak marah mendengar pernyataan Jupiter.
Wonu kali ini ada di belakang kaca ruangan investigasi karena ia tahu kemampuan dirinya yang tidak mampu menangani pelaku ini.
“Diam dan jangan berteriak! Kau tidak mau diperlakukan seperti di sel kan?” Ujar Jupiter marah.
“Tenang dan jawablah pertanyaanku dengan baik agar investigasi kali ini berjalan kondusif.” Ujar Jupiter dingin.
“Cih, baiklah. Aku jugsa sudah malas berada di ruangan ini.“
“Apa yang kau lakukan di museum itu?” Tembak Jupiter.
“Mencurilah, apalagi yang aku lakukan?“
“Untuk siapa kau mencuri?“
“Apakah kau mencuri untuk menutupi tingkah ketuamu?” Lanjut Jupiter.
Mendengar hal itu, pelaku menjadi tegang. Duduknya gelisah dan matanya yang menyorot tak fokus.
“Tidak, aku tidak melakukan hal itu.“
“Lantas, mengapa kau hanya mencuri ornamen-ornamen tua dan berbau lapuk?“
“Itu suruhannya, aku hanya menjalankan tugas.“
“Aku tau selain mencuri ornamen tua, kau juga mencuri ornamen lain kan?“
“Tidak, aku hanya mencuri ornamen tua.“
“Ornamen dalam tubuhmu bisa saja aku ambil untuk menjualnya ke atasanmu.” Ujar Soonyoung tiba-tiba menginterupsi jaannya investigasi.
“Siapa Ilios?” Lanjut Soonyoung dengan suara dinginnya.
“Aku tidak tahu.“
“Cepat katakan!” Teriak Soonyoung marah.
“Aku masih mengenal dirimu. Keluargamu pun masih hidup dengan tenang sedangkan keluargamu yang lain menanggung beban atas keangkuhanmu!” Ujar Soonyoung.
“Kau tidak perlu menyuruh anakmu untuk memata-matai ku,” lanjut Soonyoung yang masih menggeram marah.
“Jon, tunjukkan anaknya ke si tua itu.” Suruh Soonyoung dengan suara dinginnya.
“Baik, Capt.” Sahut Wonu yang sedari tadi hanya diam.
Melihat anaknya yang sedang tersiksa oleh beberapa orang, membuat sang pelaku berjengit kaget dan berteriak.
“Apa yang kau lakukan pada anakku!!!“
“Akibat kecerobohannya, dia menjadi seperti itu.” Ujar Soonyoung tenang.
“Kau! Kau menjebaknya kan?!!“
“Tidak, itu murni kecerobohannya.” Ujar Soonyoung santai.
“Aku tidak menyangka orang yang selalu aku banggakan karena kecekatannya, ternyata tak layak untuk dibanggakan.” Lanjut Soonyoung dengan nada meremehkan.
“Memata-matai rekan kerjanya, melakukan kekerasan pada rekannya dan menghambat proses kasus yang sedang di investigasi oleh pemerintah.” Jelas Soonyoung.
“Kira-kira hukuman apa yang pantas untuk penghianat pemerintahan?” Lanjut Soonyoung seraya memperlihatkan ketuanya atau bisa dibilang mantan ketuanya yang sedang mendapat hukuman dari pihak kepolisian.
“Brengsek!! Kurang ajar kau! Lepaskan anakku!!“
“Penghianat negara bagaimana bisa lepas?” Tanya Soonyoung meremehkan.
“Konyol.” Lanjut Soonyoung.
“Apa yang kau mau brengsek!!“
“Siapa Ilios?” Tanya Soonyoung.
“Tidak menjawab, heh?” Lanjut Soonyoung.
“Jon, lepaskan suara anaknya.” Titah Soonyoung
“Baik, Capt.“
Mendengar rintihan sang anak, akhirnya sang pelaku yang notabenenya adalah kaki tangan sang paman pun menyerah.
“Jika kau bisa menebak ini, kau akan segera bertemu pelakunya.“
“Matahari tidak mengitari poros bumi. Bumilah yang mengitarinya. Ilios adalah sang matahari yang jauh namun dekat karena ada disekitarmu.“
“Kwon Jungyoung.” Geram Soonyoung setelah mengetahui siapa pelaku sebenarnya.
“Dimana dia sekarang?”
“Teliti kembali kalimatku. Kau akan mengetahuinya.“
Belum selesai ia bertanya, Soonyoung melihat segerombolan orang menghampiri mobilnya.
Dengan segera ia berpindah ke kemudinya dan menyuruh Jihoon untuk berlindung.
“Simpan semua data yang didapat, Wun. Segeralah berlindung. Aku akan membereskan orang-orang ini.” Ujar Soonyoung seraya memasukkan gigi mobilnya dan menancapkan gasnya kencang.
“Baik, Capt.“
✨✨✨
Suasana di dalam mobil sangat mencekam. Tidak terkecuali suasana diluar pun tak kalah mencekamnya.
Soonyoung yang fokus menyetir dan Jihoon yang fokus menghubungi rekannya.
“DK! Kirim pasukan ke arah kota Sparta! Kami di kepung!”
“Baik, kirim titik koordinat kalian. Aku akan membantu dari sini.“
“Baik, terima-arghh, siall-nghh..” Rintih Jihoon.
“Woozi!” Teriak DK diseberang sana yang sudah terdengar oleh Jihoon.
“Wun!” Teriak Soonyoung yang merasakan aroma manis nan pekat.
“Lanjhut- kann, H-hoshi. A-aku b-bisa menahannyarghh.” Rintih Jihoon seraya memegang perutnya.
“Sial, sial, bertahanlah, Wun!” Teriak Soonyoung frustasi dan semakin mengencangkan laju mobilnya.
Soonyoung segera mengeluarkan aromanya agar dapat mengunci aroma Jihoon dari luar dan dengan cekatan pula, ia membuka jasnya.
“Pakailah, itu sudah ku scenting. Tambah juga dengan sweeter di kursi belakang. Kamu bisa mengambilnya 'kan?” Tanya Soonyoung dengan suara gemetar.
“Eunghh, yes, Soonnh.” Sahut Jihoon yang masih bisa menahan jiwa Omeganya.
“Shhh, jangan mendesah seperti itu.”
“Yaakh!! Maanahh, bisaahmm..”
“Sial! Kamu masih saja galak di situasi seperti ini.”
“Cepatlahh!! Aku sudah tidak tahan!! Soonhmm..”
“Aishhh, tahan lah sebentar!! Jangan mendesahkan namaku!”
“Hmm, A-alphaa...”
Sialll,
Tahan Soonyoung, tahan!
Kau Alpha, kau harus tahan!!
Arghh, matilah kau hormon keparat!!
—To be Continued—
Kasian banget lagi situasi genting malah ada gangguan dari hormon😂
Selamat membaca semuanyaa✨✨