“Bagaimana cara Jaemin mencintaimu?”

Bulir tapioka berhenti di tengah sedotan, Renjun urung menghisapnya. Ia mengalihkan pandangan yang semula berpaku pada angka-angka di tabel ke wajah Haechan yang juga sama membingungkannya. Tidak biasanya ia bertanya perihal macam itu. Mungkin rumor tentang ia yang tengah naksir seseorang itu benar adanya, dan sekarang ia mencoba mengumpulkan bahan belajar.

“Apa dia memberimu bunga setiap Sabtu?” Tanya Haechan lagi, sedikit gemas karena pertanyaan pertama hanya digubris dengan sebuah telisik.

“Tiap kali hujan turun, dia akan mengetuk pintu kamarku, lalu masuk, menengadah ke langit-langit, memastikan tidak ada air yang merembes dari situ.”

“Begitu saja?”

“Begitu saja.”