Haechan sedang suka membaca webtoon. Dalam seminggu, ia bisa merampungkan 6 judul dan menghabiskan ratusan koin untuk membacanya. Awal mulanya memang sekadar membantu Renjun yang baru saja debut sebagai penulis webtoon, ia ingin menyumbang angka views dan memberi bintang, katanya. Tanpa diduga, Haechan malah jadi keranjingan untuk membaca judul-judul lain dan menjadikannya sebagai hobi (setidaknya untuk beberapa bulan ke depan jika ia tak cepat bosan).

Sore ini, ia janji membantu Jeno membeli suplai makanan dan obat-obatan hewan untuk kucing-kucing di tempat penampungan. Haechan masih semangat bercerita tentang alur webtoon yang baru dilahapnya semalam.

“Ceritanya tentang geng berandal sekolahan, tapi bagus banget, lho!” seru Haechan antusias.

“Oh, ya? Kayak gimana?”

“Jadi, si tokoh utamanya ini sengaja pindah sekolah buat nyembunyiin identitasnya sebagai kepala geng remaja di kota tempat dia tinggal sebelumnya. Di sekolah yang baru, dia jadi murid teladan. Dia punya banyak teman baru, tapi di pertengahan semester, ada kejadian tak terduga. Coba tebak apa?”

“Apa?”

“Tebak dulu!”

Jeno tertawa kecil, ia memikirkan jawaban yang agak spektakuler supaya Haechan tidak kecewa. “Dia rupanya pengendali robot?”

Haechan memandangnya dengan mulut setengah terbuka. Jeno kembali memburai tawa.

“Apa dong? Aku nggak bisa nebak.”

“Sahabatnya dari sekolah lama datang!” serunya sambil menggenggam tongkat mainan kucing erat-erat. “Rupanya, sahabatnya itu selalu nyariin dia karena hilang tiba-tiba. Ah, pokoknya, aku ngeship mereka berdua.”

Jeno mengambil tiga karung kecil makanan kucing dan memasukannya ke dalam troli. “Kenapa kamu ngeship mereka?”

“Bondnya! Mereka sahabat dari kecil, paham satu sama lain. Bahkan si tokoh utama kadang nggak sadar sama hal yang dia suka, tapi sahabatnya ini selalu tahu.”

Jeno tersenyum, “Kayak aku sama kamu ya?”

Haechan tertawa, kedua pipinya memerah.