hortensia


this fic is written to be part of bkpp universe event with stood up date prompt. maybe a little angst and (probably i am) messing around with greek mythology, so please bear with me and my fic.


sepanjang ingatannya yang selalu menyendiri di bengkel besi, billkin tak pernah sekalipun kesepian. bohongnya dia. setiap merindu interaksi, dia akan menyibukkan diri dengan biji besi dan alat tempanya. membakar ujung baju lusuh bau asapnya hingga hitam kuku-kukunya. dan itu dia lakukan hampir dua puluh empat jam setiap harinya.

sebagai anak dewa pandai besi, billkin akan selalu mensyukuri anugerah berupa bakat mengrajinnya. meskipun di mimpi buruk malamnya, dia dihantui perasaan bersalah karena pernah sekali membenci bapanya. bagaimana ia dilahirkan dengan kaki pincang dan kulit kotor hingga tak ada dewa, demi god, bahkan manusia yang sudi berteman dengannya. bagaimana insecurity telah tertanam pada batinnya, ia tak mampu berbaur dengan dunia karena terlalu tahu diri.

billkin hanya merasa dirinya tidak pantas.

hingga suatu malam dalam keterpurukan ketika biji besinya habis dan perisai lapis emas tempaannya ditolak oleh ares, bahkan sebagai hadiah katanya karya istimewa billkin itu dianggap hinaan bagi dewa nan agung. billkin yang merasa satu-satunya hal baik darinya yaitu bakatnya itu sudah tak bisa lagi dijadikan pegangan, hanyut dalam sedih luar biasa di hutan semak marbei dekat danau berbunga narcissus. purnamanya sempurna, aroma alamnya juga indah. hanya billkin saja yang jauh dari kata sempurna. tenggelam ia pada gelap apa gunanya hadir di dunia.

dan sosok itu hadir. pecah gelap hatinya tersapa indah makhluk dewa yang satu itu.

“siapa kau?” dalam angkuh, kata-kata itu dialunkan. suaranya indah yang bahkan gemericik danau dan kicau burung takkan sanggup menandinginya. mungkin kesannya tak ramah, namun apa yang bisa dilakukan jikalau sihir cinta yang menyentuh batin dengan tanpa gelisah.

tanya itu dengan begitu mulus menjungkirbalikkan dunia billkin. pertamanya makhluk di dunia yang mengajaknya bicara. dan luar biasanya, makhluk itu terlalu mempesona. kulitnya remang-remang nampak tersipu ungu dengan aroma alkohol yang menguar di sapu cahaya rembulan. sumpah demi ayahnya yang membangun singgasana hera, billkin tengah jatuh cinta.

“kenapa disini?” mungkin kesal hati si sempurna karena billkin yang masih terpesona. pertanyaan awalnya yang digantung tanpa jawab, dibiarkan menguar dan hilang di atmosfer. bahkan para nymph penyabar pun akan marah bila diacuhkan seperti ini. apalagi dia yang bukan nymph, billkin tahu dalam samar praduganya sosok indah ini juga demi god. demi god dengan keindahan yang tak terpungkiri, yang mampu memabukkan siapapun yang melihatnya. aphrodite's son.

“hanya mencari udara segar” jawab billkin tatkala kesadaran kembali mejemputnya, “ah namaku billkin”.

dia menatap sinis billkin tepat di mata, tak lama memang durasinya namun mampu membuat billkin salah tingkah. geriknya menjadi kaku dan tengkuknya yang tak gatal mengundang untuk digaruk. selama hidupnya, dapat dihitung jari berapa makhluk yang pernah terlibat interaksi dengannya. dan makhluk yang ini berhasil menginvasi seluruh rongga dadanya mengklaim hati billkin menjadi miliknya meskipun ia tak tahu menahu tentang hal itu. bahkan sejak detik pertama, cintanya dilayarkan menjudikan akankah berlabuh atau tidak.

dia mendudukkan dirinya dua hasta jauhnya dari billkin, sandang sutra putih tipisnya bergerak gemulai lalu menyentuh tanah. rambutnya yang tak panjang namun juga tak pendek samar-samar tertiup angin malam perlahan. dipejamkan matanya, indahnya bulu matanya yang panjang bersandar pada kedua tulang pipinya yang tinggi. kagum billkin menenggelamkan dia pada pujian-pujian yang dibisikkannya di dalam batin. sumpah, tak sedetikpun billkin mampu melepaskan pandang darinya. maaf bila mengganggu namun billkin sungguh tak mampu menahannya.

“putra hephaestus harusnya berada di bengkel besi di malam hari dan bepergian saat helios sedang menyombongkan sinar mentarinya” ucapnya tetap sambil memejamkan mata, sungguh nampak menikmati sapuan angin di kulit mulusnya. “kau aneh mengapa malam hari malah berkeliaran begini” lanjutnya.

tertegun sejenak billkin dibuatnya, dalam sekali pandang makhluk indah ini mengetahui bahwa ia putra hephaestus. apakah dia berpakaian terlalu lusuh? apakah baunya terlalu seperti arang yang terbakar dan gosong menyelimutinya? apakah penampilannya nampak sangat kotor dengan kulit buruk penuh debu?

malu billkin, ia ciumi lengan dan ujung bajunya bergantian. ia tata rambutnya yang agak panjang dan membaui telapaknya setelahnya. sedihnya, billkin memang bau bengkel besi.

“kau bukannya bau atau lusuh, aku tahu karena banyak kunang-kunang api berloncatan di atas danau” dia mungkin melihat kegelisahan pada diri billkin maka diliriknya sekilas billkin dan dilanjutkannya ucapannya, “sebelum kutukan echo dan narcissus membelenggu tempat ini, para kunang-kunang api sering berterbangan di udara bersama nymph hutan yang menari. tapi amarah hera dan nemesis menakuti makhluk kecil itu dan membuat mereka bersembunyi, melihat mereka muncul seperti ini -pasti seorang penguasa api sedang berada di dekat sini”

billkin menatapnya yang masih duduk jauh darinya yang saat ini tengah memandang titik-titik cahaya merah yang memantul di atas permukaan air danau yang tenang. kunang-kunang api memang sedang berterbangan disana dan bahkan billkin tak menyadari kehadiran mereka.

“tapi aku bukanlah penguasa api, aku hanya seorang pecundang” rendah diri billkin, insecurity mengambil alih dirinya.

namun jauh dari apa yang pernah terbayang pada diri billkin, reaksi si sempurna benar-benar di luar ekspektasi. ia tertawa kecil tapi terdengar renyah. indahnya sangat indah, cantiknya sangat cantik. terpesona lagi ia dibuatnya.

“kau tau saat aku ke olympus tadi, dewa ares yang sombong itu memamerkan pada ibuku perisai bersepuh emas, dari gosip anak-anak aphrodite lainnya yang kudengar perisai itu ditempa oleh pecundang sepertimu” kali ini ia berucap dengan mata setengah sabitnya yang masih tertawa melihat ke arah dimana billkin berada, “dia bilang akan berlatih perang besok dengan perisai itu, katanya perisai itu akan mampu menyilaukan helios dengan cahaya yang dipantulkannya”

billkin sangat bahagia, sangat sangat sangat bahagia. bahkan langit ketujuhpun akan silau dengan rasa suka citanya. bakat dan cintanya ia temukan kembali hari itu.

dan begitulah malam itu berlalu, purnama benderang saat itu terasa indah walau fana sekejap. billkin harap ia mampu bertemu kembali dengan putra aphrodite yang membiusnya malam itu di lain waktu.

hampir setiap malam, billkin datang ke hutan semak marbei dengan lokasi duduk yang sama. ia menantikan datangnya si pujaan hati sambil menikmati tarian kunang-kunang api di muka air danau. satu dua malam berlalu dan tiada hadir yang sosok yang dinanti.

hingga purnama berikutnya menyapa, billkin yang duduk di antara belaian aroma marbei matang merasa mengantuk karena tiada istirahat hampir sebulan penuh. tiap siang ia sibukkan diri di bengkel besi dan malamnya menanti ujung hidung putra aphrodite di dekat danau berbunga narcissus. masih sama ia rasa, tiada putus asa dalam kamusnya. meskipun kemungkinan bertemu kecil namun paling tidak billkin berusaha, barang kali bertemu maka ia akan sangat mensyukurinya.

dan penantian itu berbuah manis.

aroma wangi buah-buahan dan madu serta susu tercium indera billkin. dia datang. yang ditunggu-tunggunya setiap malam itu datang. matang marbei pun tak terendus hidungnya lagi hanya wangi si indah yang membelainya manja.

sandangnya masih sama sutra putih tipis yang rentan terbang jika tertiup angin. rambutnya pun masih sama tak panjang namun juga tak pendek. aromanya sama dengan karisma membuai yang mengoyak atmosfer. iya, itu semuapun masih sama. putra aphrodite dengan alunan pujian segala makhluk atas hadirnya.

mereka kembali duduk dengan rumput liar sejauh dua hasta yang memisahkan di antara mereka. awalnya tiada interaksi namun tatkala bulan naik tinggi mengisyaratkan pergantian hari, si manis memecah hening memulai konversasi.

ia membicarakan bagaimana kacaunya olympus selama beberapa hari belakangan karena ares dan helios yang terang-terangan terlibat pertengkaran. ia juga menceritakan perjalanan ibunya yang kabur dari olympus dan mengunjungi kota athena mencari pria-pria tampan nan kekar untuk dirayu. ia bahkan membagikan kisahnya siang tadi saat ia mengelilingi kota dan mencicipi anggur merah yang ditawarkan oleh putra dionysus yang berusaha keras merayunya. katanya sebenarnya anggur itu terasa manis dan nikmat namun ia tak suka sosok si pemberi. terlalu flirty dan pantang menyerah bahkan setelah ditolak berkali-kali.

billkin mendengarkan dalam diam dan dengan bunga di hati yang rimbun bermekaran. inilah yang ia tunggu pada malam-malam sebelumnya, bahkan ini melebihi batas imajinya. penantiannya terbalas dengan cara yang luar biasa indah.

“bagaimana dengan kau? tidak ada yang ingin kau katakan?” tanya si putra aphrodite, ia memandang billkin dari sudut matanya. pada sosok yang hanya diam saja atau sekedar mendengung tatkala membalas segala ucapannya.

“hm..” billkin membasahi tenggorokannya sebelum berucap, “hariku biasa saja, setiap hari ku habiskan di bengkel besi dan tiap malamnya akan menghabiskan waktu disini”.

si manis mengangguk kecil, “membosankan”.

“iya, membosankan” setuju billkin pada reaksi singkatnya. seharusnya satu kata itu dapat menyakiti hati seseorang yang tengah menceritakan harinya, namun bagi billkin tetap menyenangkan. bagaimanapun juga dia adalah satu-satunya makhluk yang mau menginisiatifkan konversasi dengannya.

“oh, apakah aku boleh bertanya satu hal?” tanya billkin.

“tentu, tanya saja”

ada rasa di dalam diri billkin yang haus untuk dipuaskan, maka dengan segala keberaniannya ia ujarkan tanya, “apakah aku boleh tahu namamu?”

ia tertawa, tawanya panjang dengan merdu mengalun indah tepat ke telinga billkin.

“kita sudah berbincang panjang lebar dan bahkan kau belum tahu namaku?” ia kembali tertawa, “ku kira seluruh orang di kota tau aku. namaku kritt, pp kritt”.

baiklah, namanya telah terukir di hati billkin. pp kritt: nama si cantik, nama si indah, nama si sempurna. senang hatinya karena telah memberanikan diri untuk bertanya. rasanya makin dekat mereka berdua setelah malam ini.

rembulan hampir tenggelam setengah tergantikan merah-oranye mentari yang malu-malu ingin terbit. kritt beranjak berdiri dan menepuk-nepuk sandangnya lembut, mencoba menghilangkan tanah atau rumput kering yang menempel. billkin mengikuti segala geriknya, ikut berdiri dan membersihkan pakaian.

“hanya saat purnama” billkin menautkan alisnya mendengar ucapan kritt, ia tak cukup mengerti apa sirat maknanya.

“aku kemari hanya saat purnama, selain itu tidak” ia tersenyum. segera setelah berucap, kritt melenggang pergi meninggalkan hutan semak marbei.

billkin yang tertinggal sendiri, tertegun lalu lebar senyumnya terukir di wajahnya. itu jelas adalah ajakan dari kritt baginya untuk purnama berikutnya saling bertemu kembali. gila, hampir gila billkin dibuatnya. ia bahagia bukan kepalang.

purnama-purnama selanjutnya, billkin dan kritt bertemu di tempat biasanya. saling berbagi cerita dan tertawa bersama apabila humor dan kekonyolan tersirat pada kisah mereka berdua. kritt memang masih mendominasi konversasi, namun kini billkin mulai cair dan ikut aktif berinteraksi. jaraknya pun tak lagi dua hasta, sepertinya sehastapun kini tak lagi ada.

“tiga hari lagi akan ada pesta rakyat di kota athena” kritt mengunyah pelan buah marbei yang dipetikkan billkin sebelumnya. rasanya manis dan sedikit masam, namun matang sempurna dan terasa sangat enak. entah karena marbei memang seenak itu atau karena sosok yang memetikkan dan menemaninya makan saat ini.

“ah, pesta rakyat tahunan itu ya” billkin memang pernah mendengar tentang pesta itu, namun tak pernah sekalipun dalam hidupnya ia kesana. tak ada teman, kekasih maupun kerabat yang mengajak atau sekedar menemaninya untuk pergi merayakannya.

“mau bertemu denganku disana?” kritt berucap dengan tanpa melihat billkin sedikitpun, masih menyibukkan diri dengan marbei-marbei matang di tangannya. mungkin malu atau entahlah.

bukankah ini ajakan kencan? bukankah ini ajakan kencan kritt untuk billkin? kembang api meletus meriah di dalam rongga dada billkin. ia hampir tak tahu mau bereaksi apa karena terlalu senang.

“mau tidak?” kritt kembali bertanya karena hening tanpa suara billkin yang menyambut tanyanya.

billkin tak bodoh namun mendadak menjadi lambat. dan sebelum semua terlambat ia raih tangan kritt hingga jatuh marbei-marbei di tangannya ke tanah, “mau, aku mau, tentu saja aku mau!!”

malam kali itu diakhiri dengan tawa malu-malu menguar di antara keduanya, mungkin dengan atmosfer merah muda mengantung di atas kepala mereka. janji kencan telah terpatri dalam benak dua putra dewa tersebut.

pada hari perayaan ketika bahkan matahari belum nampak di ufuk, billkin sudah mematut diri di hadapan cermin besar di rumahnya. billkin harap dirinya tak bau arang, minimal tak berbau apapun namun baiknya bila ia wangi nektar. kemarin ia susah payah meminta nymph hutan mencarikannya nektar dan menjadikannya parfum. untuk duabelas tetes nektar, billkin harus membuat duabelas pula hiasan rambut berbahan palladium untuk para nymph hutan yang membantunya sebagai barter usaha mereka.

billkin meninggalkan rumah begitu memastikan penampilannya tidak memalukan. berdiri dia di depan gerbang kota athena sendirian. kotanya masih sepi karena memang perayaan pesta dilangsungkan ketika udara sudah hangat. namun, billkin yang begitu excited hanya ingin dirinya tak terlambat pada ajakan kencan pertamanya yang beruntungnya diajak oleh sosok indah yang didambakan hatinya.

dalam tiap debaran jantungnya yang berpacu cinta, ia lantukan nama kritt yang diamini dengan pujian kesempurnaan. sekuntum hydrangea merah muda di genggamannya dirangkai indah menunggu untuk berpindah tangan dan dibelai lembut oleh tiap jemari lentik kritt. ah semoga kritt suka, ah semoga kritt lekas datang: do'anya.

akan tetapi, hingga kota penuh manusia dan musik-musik meriah mulai terdengar, kritt masih belum muncul.

bahkan ketika matahari sudah naik tinggi dan kulit manusia yang menari dalam pesta mulai merah terbakar mentari, kritt tetap masih belum muncul juga.

sendunya, ketika aroma alkohol menguar kuat dengan tawa menggema di seluruh penjuru kota di bawah jingga langit sore hari, billkin masih di depan gerbang sendirian mengenggam setengah layu kuntum hydrangea di tangannya yang mulai lemas.

akhirnya dalam gelap malam bulan cembung yang membumbung tinggi, tatkala pesta rakyat sudah tak terdengar riuh rendah keramaiannya akibat satu persatu manusia sudah pulang atau pingsan karena mabuk, billkin meletakkan karangan bunganya di tanah. dia katakan pada dirinya sendiri bahwa akan menyerah apabila kritt tak datang hingga tangkai bunga hydrangea terakhirnya layu sempurna.

dan begitulah, billkin memutuskan untuk pergi sekitaran pukul dua dini hari. kesemua bunga yang diharapkannya mampu mengundang senyum kritt itu telah layu. jadi, sebenarnya apa yang billkin harapkan dari sosok putra dewa yang begitu indah dan sempurna. putra aphrodite itu memang akan lebih wajar bila mengingkari janjinya. makhluk mana yang akan dengan tulus sudi berhubungan dengan billkin. menemui si pincang bau arang pasti akan sangat memalukan.

enggan hati billkin kembali ke rumah maupun bengkel besinya. dia terlalu patah hati untuk berada di tempat sempit yang terasa seperti penjara dunia untuknya. takutnya dia makin gila dan entahlah apa yang dapat dilakukan oleh hati yang terluka dengan sangat parah.

dibawa kakinya melangkah pada tempat dimana ia keluhkan kesahnya, hutan semak marbei dekat danau berbunga narcissus. tempat gundahnya ia haturkan dan juga tempat dimana hatinya digadaikan. sekarang bukan purnama, billkin takkan mengharapkan bertemu kritt di sana. meski dapat bertemu sekalipun, billkin tak dapat memastikan reaksi apa yang akan ia ekspresikan.

namun seakan memang mempermainkan adalah nama tengah dari takdir, kritt berdiri di tempat biasanya. memandang kosong pada danau gelap tanpa arus maupun angin malam yang menyejukkan. billkin hilang kuasa atas dirinya, dia hanya mematung menatap subjek yang mematahkan hatinya itu.

hingga terlihat pergerakan dari kritt, ia menolehkan dirinya ke kanan dan ke kiri nampak mencari kenampakan sosok yang memunculkan kunang-kunang api di atas muka air danau. kritt seyakinnya tahu bahkan ada billkin di dekatnya. dan ia menemukannya, berdiri kaku jauh darinya di luar jangkauan dedauan semak marbei. atmosfernya dingin, baik kedua belah pihak tahu bahwa tak ada hal yang baik dari pertemuan mereka malam ini.

kritt berjalan mendekati billkin, mengikis jarak antara keduanya dengan tanpa senyum atau sapaan. bolehkah billkin jujur? hatinya terasa teriris dan ditaburkannya di atas luka tersebut garam oleh kritt. sumpah, sakit sekali.

tepat di hadapan billkin, kritt berhenti. dia ambil sebuah bunga hydrangea biru yang terselip di telinga kanannya. membawanya mendekat pada dada kiri billkin dan menekannya tepat diatas debaran jantung tak beraturannya.

masih dengan mata yang sulit diartikan makna tersiratnya kritt berucap, “hydrangea biru melambangkan penolakan dan hati yang dingin”. tangan kritt yang bertempat di atas dada kiri billkin meremat bunga di genggamannya hingga mengotori pakaian yang satunya, “kau mengerti kan apa maksudku?”

“kau-” billkin terhenyak, satu getaranpun tak ia tangkap dari gerak pupil dan suara yang terlontar dari bibir kritt, “sangat jahat”.

hening. baik billkin maupun kritt tiada lagi yang berucap lebih. campur aduk perasaan di antara keduanya, namun tak ada yang mencoba memisah jarak. tangan kritt pun masih di tempat yang sama, masih bisa merasakan debar jantung marah billkin.

“iya, aku jahat” akhirnya kritt kembali bicara, “aku memang jahat” namun kini ucapan kritt terujar dengan tanpa suara tenangnya lagi. kini suaranya bergetar, mata yang memandang billkin itupun ikut bergetar. pelupuk matanya basah, berkaca-kaca kedua bola mata indah itu. kritt menahan tangisnya.

antara sesak menyakitkan dan amarah yang hampir membeludak, billkin makin tak mengerti apa-apa. yang pasti kini ia ikut merasakan matanya yang memanas, apakah dia juga akan ikut menangis?

“selamat tinggal” kritt lepaskan genggamannya pada pakaian billkin, menjauhkan dirinya dan dengan tanpa memandang billkin bahkan dari ekor mata sekalipun, kritt melangkah melewati billkin yang masih terpaku dingin. semakin jauh dirinya, hanya meninggalkan aroma wangi menguar yang terbawa hembusan angin malam.

ditandai dengan ucapan terakhir yang kritt katakan pada billkin, maka malam itupun menjadi malam terakhir bagi mereka berdua. takkan ada lagi tukar cerita di antara keduanya, takkan ada lagi purnama-purnama selanjutnya. mengapa cintanya harus berakhir dengan begitu menyedihkan seperti ini?

“ah bangsat” lirih billkin sendirian di antara sepoi angin dan kunang-kunang api yang terbang rendah di sekitarnya. kali ini demi dirinya sendiri, billkin bersumpah takkan pernah membuka dirinya untuk makhluk lain lagi.


setahun terlewati, duabelas purnama berlalu begitu saja tanpa makna bagi billkin yang hatinya terlanjur hampa. hari ini hari pesta rakyat kota athena dilangsungkan, suasana luar rumah dan bengkel besinya terlalu ramai. billkin benci interaksi antar makhluk yang saling bahagia.

tanpa sadar, langkahnya membawanya kembali ke tempat terakhir yang menoreh kenangan brutal tentang cinta pertama dan terakhirnya. tempat dimana ia menguburkan cita-cita indah bersimbiosis dengan makhluk manapun. hutan semak marbei dekat danau berbunga narcissus.

bagaimanapun juga di tempat itulah, suka duka billkin disuakan.

ia dudukkan dirinya di antara rimbun indah bebungaan narcissus. memainkan jemari kakinya menyentuh permukaan air danau yang cukup dingin. satu persatu kenangan menyeruak dalam ingatannya. pertemuan dan perpisahan dengan kritt terlalu indah serta terlalu menyakitkan untuk terlupa begitu saja. sejujurnya, kritt benar-benar menjungkir balikkan dunia billkin. dia juga meyakinkan billkin bahwa tiada makhluk di dunia yang pantas untuk berteman dengan si buruk rupa putra hephaestus.

kunang-kunang api terbang mengitarinya, meloncat-loncat di atas air dekat kakinya. seakan penghiburan bagi kehampaan yang dirasa billkin saat ini.

“putra hephaestus? itukah kau?” sebuah suara memecah hening, tiada wujud yang tertangkap mata billkin.

“benar, aku putra hephaestus. siapa kau? tampakkan dirimu”

sosok nymph hutan dengan mata terpejam keluar ragu-ragu dari balik pohon di ujung danau berseberangan dengan billkin. nymph itu melangkahkan kakinya di atas permukaan air dengan perlahan seolah takut kehilangan keseimbangan.

“apakah aku berada di arah yang tepat?” ia bertanya sambil menggapai-gapai udara kosong, matanya masih dipejamkan.

“iya, kau tepat di hadapanku namun masih jauh di tengah danau”

“tak apa-apa” nymph itu menghentikan langkahnya, berdiri di tengah danau dengan ujung gaun yang basah tenggelam dalam air.

billkin beranjak berdiri dari tempat duduknya. kunang-kunang api masih berterbangan mengitarinya. ia merasa janggal dengan nymph hutan yang tak mau mendekatinya, padahal seingat billkin dia merupakan salah satu nymph yang membantunya mencari nektar tahun lalu. hal lain yang janggal tentu saja kenyataan bahwa, dia terus memejamkan matanya.

“ada perlu apa kau memanggilku?”

“ah ada sesuatu yang harus ku katakan padamu, ini tentang putra aphrodite yang dulu selalu bertemu denganmu disini” kata-kata yang diucapkan nymph itu mengundang helaan nafas billkin, apakah ia siap mendengar nama kritt lagi setelah susah payahnya melupakan sosok itu.

“bisakah kita tak membicarakannya? aku tak ingin mendengar apapun tentangnya”

“tapi kau harus mendengarnya, aku telah menunggu setahun lamanya untuk bisa bertemu denganmu” sang nymph terdengar gelisah, “dengan begitu nemesis akan membatalkan kutukan kami” lanjutnya kemudian membuka matanya. nymph itu bermata putih dan kosong, ia buta.

kutukan? nemesis mengutuk para nymph menjadi buta dan akan membatalkannya bila mereka menceritakan sesuatu tentang kritt pada billkin. billkin sama sekali tak mengerti.

“apa maksudmu? apa hubungan kutukan nemesis dengan kritt?”

“dengarkan aku, saat tadi kau kemari, apa kau menyadari keberadaan rerimbun rumpun bunga hydrangea biru di sepanjang jalanmu?” nymph itu memulai ceritanya dengan tanya.

“tidak, aku tak melihat bunga apapun” jujur billkin tak memperhatikan sekitarnya, maka ia menggeleng dalam bingung sebagai jawaban.

“itu adalah putra aphrodite, pp kritt” sunyi sejenak sebelum suara-suara kembali terdengar. billkin kehilangan kata mendengarnya, mana mungkin hal itu benar. bagaimana bisa demi god menjadi bunga?

“apa kau sedang main-main denganku?” dirasa atau tidak, ada peningkatan intonasi pada suara billkin, dia marah. tanpa sadar, ia melangkah ke depan hingga menenggelamkan kedua mata kakinya di danau. rasanya ingin billkin meraih nymph itu dan entahlah billkin tak tau lagi, emosinya terlalu campur aduk.

“biar kulanjutkan ceritaku” sang nymph mundur satu langkah, nampaknya ketakutan pada suara-suara yang ia dengar.

hephaestus telah bersumpah atas namanya sendiri apabila ada anak turun aphrodite yang jatuh cinta pada keturunannya, maka ia akan menghanguskannya dengan api agungnya” cerita dijeda sejenak, “pada malam sebelum pesta rakyat, ribuan kunang-kunang api mendatangi rumah putra aphrodite, mereka membawa titah untuk membakarnya sesuai dengan kutukan hephaestus

“namun ia meminta waktu pada hephaestus untuk mengucapkan selamat tinggal padamu.. karena ia tahu kau juga mencintainya”

billkin benar-benar tak tahu apa yang ia rasakan setelah mendengar perkataan sang nymph. ia marah pada dunia, ia marah pada ayahnya, ia marah pada dirinya sendiri. ia marah hingga rasanya ingin menangis.

“jadi dia tak datang waktu itu..” menyelesaikan ucapannya saja billkin tak lagi mampu. campur aduk dirinya, emosinya tak karuan, didefinisikanpun terlalu susah.

“iya, dia terus berada di sini hingga kau tiba, ia mengingkari janji kencan yang dibuatnya sendiri karena ia tahu kalau akan lebih mudah bagimu melupakannya jika kenangan terakhirmu tentangnya hanyalah tentang betapa jahatnya dia”

“hah HAHAHAHAHAHAHAHA” tawa billkin menggema di seluruh hutan, menakuti seluruh makhluk penghuni hutan. tawanya nyaring namun kesedihan tersirat jelas. rasanya seperti ribuan tombak es dilemparkan tepat di jantungnya. sensasi nyeri itu membuatnya gila.

air mata menetes jatuh menuruni pipi billkin, matanya memerah dengan tawanya yang masih menggelegar. hingga terjatuh dirinya, meremat dadanya sendiri begitu kuat. sakit sakit sekali, billkin tersedu. tubuhnya panas meskipun setengah tubuhnya yang meringkuk terendam dalam danau.

“kau bilang kritt menjadi rumpun bunga kan?” mata merah billkin menyalang tajam menatap nymph hutan yang gemetaran. bahkan dari gema tawa dan tangis yang ia dengar, nymph itu tau bahwa billkin berada dalam batas pengendalian dirinya.

billkin berdiri dan lekas melangkahkan kakinya menuju tengah danau, melawan massa air yang menyulitkan geraknya. hingga tenggelam ia dan akhirnya berenang, lalu menarik kaki sang nymph dan ikut menenggelamkannya ke dalam danau tatkala ia mencapai tengah danau.

“katakan bagaimana bisa, KATAKAN” sumpah demi dewa manapun, sang nymph tak pernah merasa setakut ini sebelumnya. ketika seorang demi god mengenggam kedua bahunya hingga rasanya hampir remuk tulang-tulangnya dan berteriak tepat di depan wajahnya. seolah mungkin ini akan menjadi akhir hidupnya, kemarahan billkin menakuti hingga sukmanya.

nemesis yang merasa bahwa kutukan hephaestus terlalu kejam bagi kalian berdua, meminta pengampunan hephaestus untuk kritt. ia mengubah kritt menjadi bunga ketika kunang-kunang api mulai membakar tubuh kritt. setidaknya ia takkan kesakitan dan kau takkan melihat tubuh hangus kritt saat kau meninggalkan hutan malam itu” dijelaskannya kronologinya secara terbata dengan nafas tercekat, “kemudian ia mengutuk kami para nymph yang menyaksikan kematian kritt dengan kebutaan dan berjanji mengangkat kutukannya ketika kau tahu kebenaran di balik ini semua”

“tunggu dulu” billkin mencoba menghubungkan cerita-cerita dengan kejadian malam perpisahannya dengan kritt, “kritt.. dia diba-dibakar di depan hutan saat aku masih di dalam hutan?” sang nymph menganggukkan kepalanya.

billkin melepaskan bahu nymph itu dan kembali menuju daratan tepi danau. dalam basah bajunya, ia berlari keluar dari hutan. kalutnya luar biasa, apa-apaan takdir ini menganggap hidupnya sebagai lelucon.

benar saja, di luar hutan, di sepanjang sisi jalan terhampar rimbun rumpun hydrangea biru. bagaimana mungkin ia tidak menyadarinya. kakinya melemas seiring dengan makin dekatnya ia dengan bunga-bunga indah itu.

matanya bergerak gelisah, kepalanya pening dan seluruh tubuhnya gemetar. marahnya teredam dalam ketidakmengertian dan ketidakmampuannya. ia kembali menangis dalam sunyi sendiri dengan jemari yang mencoba menyentuh kelopak hydrangea birunya dengan tanpa keyakinan. ini krittnya, ini krittnya yang ia cintai dengan seluruh hatinya. sosok yang coba ia lupakan, sosok yang coba ia benci namun malah berbalik menyakiti dirinya sendiri. dan sedihnya, krittnya telah tiada di dunia ini.

hydrangea biru memiliki makna penolakan dan hati yang dingin” nymph tadi mengikutinya keluar dari hutan. matanya berkilat hijau dan cokelat bumi, sepertinya kutukan kebutaannya telah diangkat.

billkin menatap nymph itu, basa-basinya semakin menjadi karena penglihatannya telah kembali. billkin tahu apa makna hydrangea biru, bagaimanapun juga ucapan kritt saat mengatakannya tak pernah sirna dari kepala billkin.

“tapi hydrangea biru juga bermakna penyesalan” sang nymph melanjutkan ucapannya dalam jarak yang ia jaga jauh dari billkin, “ia mengatakan bahwa ia menyesal kau mengenalnya dan membuatmu jatuh cinta padanya, hingga kau harus merasakan patah hati karenanya”

“namun ada satu hal yang kritt ingin kau ketahui, dia tak pernah menyesal jatuh cinta padamu. dia bahagia bahwa padamulah kritt menggadaikan cinta dan hidupnya. hingga kematiannya, seluruh semestapun tahu bahwa ia sangat mencintaimu”

katanya seluruh semesta tahu, padahal billkin saja tak mengetahuinya.

maka di akhir malam perayaan pesta rakyat kota athena, setahun setelah tragedi kematian putra aphrodite, seorang kembali direnggut ajalnya. sang putra penguasa api itu membakar dirinya sendiri dikelilingi kunang-kunang api, ia menjemput orang terkasihnya yang pergi lebih dulu.


[ib: Bunga hydrangea atau hortensia memiliki makna permintaan maaf, ungkapan rasa syukur, perasaan tulus sepenuh hati, namun ada pula yang mengatakan bahwa bunga ini memiliki makna kesombongan. Bunga hydrangea merah muda memiliki makna cinta dan pernikahan. Hydrangea biru melambangkan hati yang dingin, penolakan dan penyesalan.]


sryngeryin