Halo Sandra

Motor KLX 250 nya memasuki gerbang rumahnya, sang satpam menutup kembali gerbang kediaman Tuan Kaisar setelah Hazen masuk dan memarkirkan si babon di garasi bersampingan dengan koleksi mobil miliknya.

Di rumah ini, Hazen mempunyai garasi sendiri. Dimana letak semua mobil dan motor KLX nya berada. Garasi Ayah dan Bunda ada di sebelah garasi Hazen.

Hazen memang memiliki beberapa mobil mewah juga, ada yang ia dapatkan dari sang Ayah, Bunda dan Mas Devon sebagai hadiah ulang tahun nya. Ada juga yang ia beli sendiri memakai uang tabungan. Contohnya si babon, itu Hazen membeli sendiri dengan uang tabungannya semasa SMA. Hasil dari menyisihkan uang saku bulanan serta uang ia nge band kesana kemari bersama teman-temannya.

Ia memiliki motor Ninja 4 tack juga btw, tapi favoritnya tetaplah KLX 250 warna hijau, alias si babon.

Hazen memasuki rumah dengan kemeja warna hitam, dua kancing atasnya dibiarkan terbuka kemudian dibalut dengan suit warna merah maroon. Poni di rambutnya ia singkirkan sehingga menampakkan jidat mulus nya. Tangan kirinya dihiasi dengan jam tangan pemberian dari sang Ayah untuk hadiah atas keberhasilan Hazen menjadi juara 1 paralel saat SMA. Jam tangan mahal tentu saja, harganya saja sama dengan harga motor matic terbaru 2021.

Ia memakai skinny jeans warna hitam sehingga bentuk kaki ramping dan panjangnya terbentuk sangat cantik dan indah. Tak lupa ia memakai sepatu boots bertali berwarna hitam.

Penampilan yang sempurna untuk seorang Hazen Aditya Buana, siapapun akan terpukau dengan penampilan Hazen malam ini, jika tidak terpukau, maka orang itu dipastikan buta

Saat Hazen akan membuka pintu, Ayah dan Bunda nya sudah menyambut Hazen duluan.

“Kita berangkat sekarang, sudah hampir jam 6. Jalanan nanti macet mengingat ini hari Sabtu.” Kata Kaisar yang memainkan kunci mobil nya di jari.

Sang Bunda menarik lengan Hazen, menuntun anak bungsu nya itu untuk segera masuk ke dalam mobil.

“Astaga, ini pertemuanku dengan Sandra, tapi yang sangat semangat justru Ayah sama Bunda.” Kata Hazen mengerlingkan matanya lalu menyamankan diri duduk di jok tengah.

Bunda terkekeh lalu menoleh ke belakang, menatap dan menilai penampilan sang putra dari atas ke bawah. “Aduh, anak Bunda ganteng banget, mana keren lagi. Ini kalo Sandra nggak tertarik sama kamu, pasti Sandra sedang rabun.”

Kaisar tertawa, melirik Hazen dari kaca mobil di atasnya. “Benar, Hazen putra Ayah sangat tampan malam ini. Om Noah bilang, dia kangen sama kamu Zen, udah hampir satu tahun dia nggak liat kamu.”

Hazen tersenyum kecut. “Berapa lama Yah nanti?”

Mobil itu berjalan keluar dari kediaman Kaisar dan membelah jalanan Jakarta yang ramai itu.

“Kenapa nanya? Kamu ada janji sama orang?”

“Bukan, aku males lama-lama soalnya.” Batin Hazen menggerutu.

“Enggak Yah, aku pengen istirahat aja. Kemarin aku ngambis sampe tadi pagi. Terus bersih-bersih asrama, nyuci baju, nggak sempet tidur lama.”

Roommate kamu ngapain aja? Kok kamu kerjain sendiri urusan kebersihan asrama?”

“Ada jadwalnya Yah, kebetulan hari ini roommate aku sibuk sama tugasnya. Biasalah, namanya juga kating, Yah. Banyak tugas dan kerjaan. Jadi aku bersihin sendiri.”

Berdusta sekali Hazen ini. Padahal seharian tadi ia hanya main game dan menonton film di dalam kamar karena enggan melihat wajah Marvin.

Ingin mengajak main sahabat-sahabatnya, tapi mereka sedang ngambis tugas yang menumpuk. Bahkan Raden yang biasanya tidak menolak ajakannya pun menolaknya mentah-mentah karena Raden mendapat project dari Dosen untuk membuat mural di dinding fakultasnya seharian penuh.

Jadilah Hazen benar-benar gabut dan nolep.

“Oh, nanti kita bisa bilang ke Om Noah kalau kamu ada tugas banyak. Jadi kita bisa pulang lebih awal.” Kata Kaisar.

“Jam 9 ya Yah? Aku nggak mau lebih dari itu.”

“Iya, jam 9.”

Hazen menghela nafas lega, ia menyandarkan punggungnya dan memasang earphone nya untuk mendengarkan lagu-lagu dari Ed Sheeran sembari memejamkan matanya.


Perjalanan yang macet itu memerlukan waktu 1 jam untuk sampai di tujuan. Restoran milik Noah—Pangestu Resto namanya.

Ini Restoran bintang 5 omong-omong, sudah memiliki cabang di berbagai kota dan provinsi.

“Zen, udah sampai. Bangun kamu.” Kirana mencubit hidung Hazen yang masih memejamkan matanya sembari menyilangkan kedua tangan di dada.

“Shhh sakit Bunda, kok dicubit sih hidung aku?” Gerutu Hazen sembari mengusap hidung nya yang sedikit panas.

Kaisar terkekeh lalu mengusap pucuk kepala Hazen. “Ayo turun, Om Noah sama Sandra udah nunggu kita.”

Hazen menurut, ia melepas earphone nya dan merapikan pakaian serta rambutnya sebentar sebelum mengekori Bunda dan Ayahnya yang sudah berjalan dahulu di depannya.

Kaisar berbicara kepada kasir restoran itu untuk menunjukkan undangan VVIP nya.

“Oh dengan Tuan Kaisar, sudah ditunggu Tuan Noah di lantai tiga, silahkan.” Ucap sang pegawai sembari menuntun keluarga Hazen untuk mengikutinya, masuk ke dalam lift menuju lantai 3.

Setelah mereka sampai di depan ruangan yang tertulis VVIP di pintunya, pegawai tersebut pamit mengundurkan diri meninggalkan keluarga Hazen.

Kaisar menekan bel yang ada di samping pintu.

Ding Dong

Tak lama dari itu, pintu terbuka dengan otomatis.

Kaisar, Kirana dan Hazen masuk setelah pintu itu terbuka. Hazen melihat sekelilingnya, ruangannya begitu besar dan pemandangan kota Jakarta terlihat dengan mata telanjang melalui jendela kaca yang tidak memiliki tirai sama sekali.

Wow, jujur saja Hazen suka sekali jika disuguhi pemadangan seperti ini saat makan. Bisa melihat kerlap-kerlip malam kota Jakarta dari atas sembari mengunyah makananan. Nikmat mana yang mau Hazen dustakan? Tentu saja tidak ada.

Anggap saja langit sudah petang ya wkwkwk

Images

“Selamat datang, Kaisar.” Sambut Noah memeluk Kaisar.

“Terimakasih Noah atas undangan makan malam yang mewah ini, restoranmu sungguh besar dan keren. Lihat, kota Jakarta bahkan bisa dilihat dari sini dengan mata telanjang.” Ucap Kaisar setelah pelukan mereka terlepas.

Noah tersenyum manis hingga dimple nya muncul menghiasi wajahnya. “Ah tidak juga, lebih besar Bar mu tentu saja.”

Kaisar terkekeh lalu mengikuti Noah yang menariknya untuk duduk. Kirana dan Hazen mengikuti sang Ayah dan duduk di sebelah sang Ayah. Hazen ada di tengah-tengah Kaisar dan Kirana.

“Hazen, long time no see, right?” Sapa Noah basa-basi.

“Iya Om, udah hampir satu tahun kan ya Om nggak ketemu saya?”

Noah tertawa, calon menantunya itu memang lucu dan lawak. Mangkanya Noah sangat menyukai Hazen, pribadi Hazen yang memang baik, sopan dan mudah berbaur juga membuat Noah sangat tertarik menjadikannya sebagai menantu. Belum lagi otak Hazen yang encer, cerdas dan inovatif, sudah tidak diragukan lagi Hazen itu memang tipe idaman semua mertua.

“Iya satu tahun. Om sibuk di Inggris sambil mantau Sandra disana soalnya. Sekarang udah nggak perlu kesana lagi, karena Sandra akan wisuda.”

Hazen mengangguk saja sedangkan Kaisar dan Kirana tersenyum.

“Sandra nya dimana No?” Tanya Kaisar setelah tak melihat sosok calon menantunya itu.

“Oh, Sandra tadi ke toilet sebentar. Paling bentar lagi dateng.”

Selang beberapa detik, suara pintu terbuka mengalihkan atensi 4 orang disana.

“Nah itu Sandra, sini sayang cepetan duduk samping Papa.” Noah melambaikan tangannya kepada sosok gadis cantik, tinggi semampai dan terlihat elegan itu.

Sandra memakai dress selutut warna putih dan bercorak polkadot hitam serta rambut hitam nya yang ditata sedemikian rupa sehingga membuat wajah cantiknya nampak anggun dan manis.

Gadis yang dipanggil Sandra itu pun menyunggingkan senyum dan menghampiri Noah, kemudian duduk di samping sang Papa.

“Astaga, Sandra makin cantik aja kamu. Tante terakhir lihat kamu itu 3 tahun lalu kan ya sebelum kamu berangkat ke Harvard?”

Sandra mengangguk dan tersenyum. “Iya Tan, setelah aku pergi ke Harvard kan memang aku nggak pulang ke Indonesia sama sekali.”

Kaisar terkekeh. “Kamu udah gede aja San, perasaan Om dulu liat kamu waktu masih SMA nggak setinggi ini. Waktu itu, Hazen baru aja masuk SMA pas kamu lulus SMA.”

“Aku makan dan minum yang mengandung kalsium dan zat besi terus sih Om di Inggris, jadi gitu deh nambah kayak tiang gini hehe.”

Noah, Kirana dan Kaisar tergelak tawa. Kaisar tidak bohong jika Sandra adalah gadis unik dan lucu. Kalau Kaisar boleh jujur, Hazen dan Sandra itu satu server. Sama-sama lucu dan random person. Sangat cocok pokoknya.

“Oh iya San, kamu belum pernah ketemu Hazen sama sekali kan sejak dulu? Ini nih anaknya udah jadi mahasiswa, udah gede.” Ujar Kirana memperkenalkan Hazen.

Manik mata Sandra bertemu dengan iris hazel Hazen. Keduanya terdiam sesaat saling menatap, sampai Hazen yang mengalihkan dahulu.

“Gue—Hazen Aditya Buana, Kak. Putra bungsunya Ayah sama Bunda.” Ucap Hazen mengulurkan tangan kanan nya, mengajak Sandra berjabat tangan maksudnya.

Sandra terkikik lalu menjabat tangan Hazen. “Nggak usah panggil Kak, panggil nama aja. Gue Sandra Jelita Pangestu, bisa dipanggil Sandra atau Jelita. Biasanya orang terdekat gue manggilnya Jelita.”

Hazen mengangguk dan meringis canggung. “O-oke, Sandra. Lo bisa panggil gue Hazen. Diawali dengan Zen, jangan Haz kalo manggil.” Ucapnya melepaskan jabatan tangan keduanya.

Para orangtua hanya diam sambil mengamati sesi perkenalan itu sembari menahan senyum.

“Kenapa gitu?” Tanya Sandra penasaran.

“Ya—nggak enak didenger San, coba deh lo panggil gue Haz Hazen. Emang enak ngomongnya?”

Para orangtua tergelak tawa begitupun juga dengan Sandra.

“Lo lucu ya Zen, kayaknya kita satu frekuensi deh.”

“Ya? Maksudnya gimana?” Hazen tak mengerti apa maksud dari perempuan di depannya ini.

“Nanti kamu juga akan tau Zen, kenali Sandra pelan-pelan. Dan kamu akan tau maksud Sandra dari kalian itu se frekuensi.” Ucap Noah.

Sandra mengangguk menyetujui ucapan sang Papa.

“O-oh iya Om saya paham.”

Lalu makanan pun mulai berdatangan tersaji di meja makan itu, memenuhi meja panjang yang diisi 5 orang. Mata Hazen berbinar melihat makanan lezat begitu banyak tersaji di depannya.

Sandra diam-diam memperhatikan segala tingkah Hazen, lelaki 2 tahun lebih muda darinya ini.

Sandra seharusnya masih semester 5, namun karena otak sang Papa yang kelewat cerdas itu menurun padanya, Sandra bisa mengambil sks lebih daripada teman satu angkatannya, sehingga kini ia sudah semester 7 dan telah lulus skripsi. Tinggal melaksanakan wisuda minggu depan.

“Ini mah Hazen cocoknya jadi sobat gue, lucu begini yakali jadi suami gue? Yang ada gue gemes pengen nguyel-nguyel dia kayak adek kesayangan.” Batin Sandra memperhatikan Hazen yang sedang makan.

“Ya emang cakep banget sih, tapi—Hazen bukan tipe gue. Ishh kenapa gue malah suka modelan es batu kayak Marvin gitu deh?” Gerutunya dalam hati, kesal sendiri jika mengingat calon adik tirinya itu.

Sandra pun memilih ikut mencicipi makan malamnya, karena perutnya pun juga berdemo minta diisi.

Noah, Kaisar dan Kirana sejak tadi memperhatikan Sandra yang sedang menatap Hazen sejak tadi. Ketiga orangtua itu saling melirik dan tersenyum penuh arti.


Kini Hazen dan Sandra sedang duduk di balkon ruang VVIP itu sembari melihat gemerlap kota Jakarta yang nampak indah, apalagi dengan sinar bulan dan ribuan bintang di langit. Menambah kesan romantis.

“Zen, jujur sama gue. Lo pasti nggak suka dijodohin sama gue kan?”

Hazen tersentak sedikit dan melirik Sandra yang duduk di sampingnya yang dibatasi oleh meja kecil di tengah.

“Er—bukannya nggak suka, tapi gue—”

“Gue suka sama seseorang Zen.”

Lagi, Hazen terkejut dengan ucapan gadis cantik di sampingnya. Sebelum Hazen sempat menjawab, Sandra memotong nya.

“Tapi sayangnya gue sama dia nggak bisa bersatu, karena dia bakalan jadi adek tiri gue.”

Sekarang, Hazen tidak tau harus merespon seperti apa. Ini—complicated menurutnya.

Sandra menoleh untuk menatap Hazen. “Gue nggak akan maksa lo buat nikahin gue nantinya, gue nggak mau menikah karena terpaksa. Gue—berekspetasi punya keluarga bahagia, Zen. Dimana suami gue beneran cinta sama gue dan punya anak-anak yang lucu.”

Rasanya Hazen sampai tak sanggup menelan saliva nya sendiri. Tenggorokannya terasa kering mendadak.

“San, gue—bukannya nggak suka sama lo. Gue masih nggak terbiasa aja tetiba dijodohin sama orang yang nggak gue kenal, gue juga sama kayak lo kok. Gue juga mimpiin keluarga kecil bahagia, punya pasangan yang bener-bener gue cintai sepenuh hati, bukan karena perjodohan kayak gini.”

Sandra terkekeh. “Gimana kalo kita buat kesepakatan?”

“Kesepakatan apa?”

“Kita bakalan coba saling mengenal kayak maunya orangtua kita, tetapi kalau dalam waktu pdkt itu sampai berbulan-bulan kita nggak ada yang punya perasaan satu sama lain, kita usaha buat gagalin perjodohan ini. Gimana?”

Demi apapun Hazen terkejut, ia pikir Sandra akan dengan senang hati menerima perjodohan seperti ini. Biasanya, anak perempuan memang cenderung menurut jika dijodohkan, tidak seperti laki-laki yang suka memberontak.

“Lo—serius?”

Sandra mengangguk mantap. “Dua rius malah.”

“Kalo aja, cuma salah satu dari kita yang punya perasaan, gimana?” Tanya Hazen ragu, bukannya ia percaya diri, tetapi Hazen tipe susah jatuh cinta sama orang, termasuk kepada Sandra. Hazen rasa, akan sulit untuk menumbuhkan perasaan kepada Sandra, apalagi berawal karena perjodohan seperti ini.

“Yang udah jatuh cinta duluan harus bilang, kalo perasaannya memang bakalan sepihak, kita tetap akhiri aja hubungan perjodohan ini, gimanapun caranya.”

Hazen kagum, ia betulan kagum dengan pemikiran dewasa Sandra.

“Oke, gue setuju.”

Dengan kesepakatan itu, Hazen dan Sandra akan menjalani garis takdir yang ditakdirkan untuk keduanya. Entah itu berakhir bersatu atau berpisah, Hazen dan Sandra hanya berdoa yang terbaik untuk keduanya kelak.

Sandra yang masih sangat menyukai Marvin, belum berniat untuk move on meski mereka akan menjadi keluarga. Sedangkan Hazen, yang masih merapalkan doa agar jodohnya segera datang dan bisa membatalkan perjodohan ini.

. . . . . Hi, meet Sandra Jelita Pangestu Images

Flo