Pajama's Party

Sesuai pembagian di awal, di mobil Hazen ada Raden sama Jendra sedangkan di mobil Leo ada Jidan sama Nathan.

Setelah ke-enam lelaki itu belanja piyama bertema Christmas, mereka berpencar. Leo, Jidan dan Nathan kembali ke asrama Leo untuk mendekorasi dan membersihkan tempat yang akan mereka jadikan tempat pesta pajama. Sedangkan Hazen, Raden dan Jendra yang membeli bahan makanan dan snack untuk pesta.

Saat ini, ke-enam nya sedang berada di ruang tamu asrama Leo yang sudah disulap manjadi lebar, tidak ada lagi sofa dan meja lagi disana. Sofa kini diganti dengan 6 kursi plastik dan ada bantal guling di karpet bulu untuk mereka tidur nantinya serta hiasan pohon natal, balon, ornamen Christmas.

Oh jangan lupakan, mereka memakai slipper yang sama juga. Sungguh kompak sekali Golden Boyz ini.

“Pake bandonya, kita main game, buat timnya sesuai sama warna piyama aja,” usul Jidan.

“Mana palu plastik nya?” Tanya Hazen melirik kesana kemari.

“Ini, nanti yang kalah dipukul kepalanya pake ini.” Ucap Nathan mengangkat palu plastiknya.

“Jangan keras-keras nanti, meski plastik gini lumayan juga bisa bikin benjol tulang tengkorak.” Kata Jendra.

“Ah cupu, gitu doang takut. Nggak sakit ini tuh!” Ujar Leo.

“Udahlah malah ribut, ayo game pertama kita mulai aja deh.” Ucap Raden menghentikan pertikaian tak mutu teman-temannya.

Akhirnya, permainan pertama pun dimulai, yaitu permainan meneruskan kata serta gerakan.

Tim dibagi menjadi tim Biru dan tim Hijau. Tim Biru terdiri dari Hazen, Raden dan Jendra sedangjan Tim Hijau terdiri dari Nathan, Leo dan Jidan.

“Batu kertas gunting aja yok ketua timnya buat nentuin siapa dulu yang mulai.” Usul Jendra.

“Oke, Nathan ayo usahakan buat menang.” Jidan mendorong punggung Nathan untuk maju.

“Hazen, lo harus menang, gak mau tau!” Ucap Raden.

“Ssstt, diam kalian biar gue fokus fokus trulala.” Hazen menempelkan jari telunjuknya di bibirnya, memberi isyarat kepada teman-temannya untuk diam.

Nathan dan Hazen berhadapan dan memulai aba-aba bersamaan. “Batu kertas gun—ting!”

Assa!!! gue menang, berarti tim gue duluan yang mulai.” Sorak Hazen begitu riang lalu tos bersama dengan Raden dan Jendra.

Nathan mencibir dan kembali duduk sedangkan Hazen tengah memikirkan kata-kata apa yang akan ia ucapkan.

“Gue pergi ke pasar dengan mengayuh sepeda.” Ucap Hazen sembari menggerakkan tubuhnya dengan gestur sedang mengayuh sepeda, lalu ia kembali duduk dan bergantian Raden yang melanjutkan.

“Gue pergi ke pasar dengan mengayuh sepeda dan melihat pohon-pohon di pinggir jalan.” Kata Raden dengan gerakan yang sempurna untuk memeragakan sebuah pohon.

Lanjut, kini giliran Jendra yang maju. “Gue pergi ke pasar dengan mengayuh sepeda dan melihat pohon-pohon di pinggir jalan serta burung-burung yang terbang di langit.” Jendra mengepakkan kedua tangannya memeragakan seekor burung yang sedang terbang.

Nathan kini maju melanjutkan kata dari Jendra. “Gue pergi ke pasar dengan mengayuh sepeda dan melihat pohon-pohon di pinggir jalan serta burung-burung yang terbang di langit sambil mengelap tetesan keringat.”

Jidan menggaruk tengkuknya, memikirkan apa yang akan ia ucapkan. “Maju Ji, bisa kan?” Tanya Leo menyikut lengan Jidan.

“Bisa bisa, santai.” Jidan maju lalu mulai meneruskan kata Nathan. “Gue pergi ke pasar dengan mengayuh sepeda dan melihat pohon-pohon di pinggir jalan serta burung-burung yang terbang di langit sambil mengelap tetesan keringat dan tak lupa menyapa pejalan kaki.”

Leo tersenyum lebar, merasa bangga dengan Jidan si bocah tengiknya itu. Ia maju setelah Jidan duduk. “Gue pergi ke pasar dengan mengayuh sepeda dan melihat pohon-pohon di pinggir jalan serta burung-burung yang terbang di langit sambil mengelap tetesan keringat dan tak lupa menyapa pejalan kaki dengan tujuan membeli tahu tempe.”

Permainan itu berlanjut lancar hingga Nathan lupa gerakan di tengah-tengah dan waktu berpikir Nathan habis. Tim Biru bersorak gembira, apalagi Hazen. Dengan sekonyong-konyongnya ia menghampiri tim Hijau lalu memukul satu persatu kepala Nathan, Jidan dan Leo.

Raden dan Jendra jadi tim hore saja sambil ketawa ngakak.

Game itu mereka lakukan hingga dua kali dan berganti-ganti susunan kata sampai lelah.

“Anjing capek, laper. BBQ an sekarang aja yuk.” Ajak Hazen yang perutnya sudah keroncongan minta diisi.

“Yang kalah kupasin buah sama buat minumnya, yang menang kita masak BBQ dan ramen nya.” Usul Jendra.

“Setuju, kupasin semua buahnya loh ya. Semangka, melon, apel, jeruk, pear, pokoknya semua kupasin boss.” Peringat Raden kepada tim Hijau.

“Iya babi, nggak usah diingetin. Gue kupas sampe isi-isinya biar lo semua makan ampas doang.” Sungut Leo.

Jendra ketawa sampai matanya hilang, Nathan melihat itu lalu ikut tersenyum.

Tim Hijau berkutat dengan buah-buahan dan minuman, mereka akan membuat smoothie buah untuk menemani malam mereka hari ini. Sedangkan tim Biru sedang memanggang daging, sosis, ayam, marsmellow, bahkan ubi juga ada mereka bakar.

Malam itu, mereka ber-enam menikmati malam di halaman belakang asrama milik Leo.

Btw, setiap kamar memang di desain seperti mini apartemen sehingga terdapat halaman belakang di setiap kamar. Ini asrama elit asal kalian tau, jadi jangan heran.

“Besok gimana Jen? Jadi nge band kita?” Tanya Hazen saat semua temannya sudah duduk lesehan mengitari pemanggang BBQ untuk makan.

“Jadi, gue udah konfirmasi sama Faris kok, dia bilang seneng banget kita mau tampil disana.”

“Mau tampilin berapa lagu kita?” Jidan bertanya sembari menyeruput ramen yang masih mengepul uap panas nya.

“Kata Faris sih 3-4 lagu bisa.”

“Banyak ya, dibayar berapa kita?” Ini Nathan yang bertanya.

“1,5 juta.”

“Lumayan per orang dapet 250 ribu, buat hedon makanan di cafetaria bisa dapet se abrek.” Ucap Hazen dengan mata berbinarnya membayangkan makanan cafetaria yang ingin Hazen beli.

Leo geleng-geleng kepala. “Urusan makanan aja lo nomer 1 dasar babi emang.”

Pletak

Hazen menjitak kening Leo. “Mulut lo lemes amat, oli nya lagi banyak atau gimana?”

Jidan tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Nathan sama Jendra lagi suap-suapan buah-buahan yang udah dikupas. Raden mengerlingkan matanya melihat ke-uwuan di sampingnya.

“Gini nih, kalau udah resmi aja pamer kemesraan, bajingan,” batin Raden menggerutu jengah melihatnya.

Oh ya, Jendra dan Nathan sudah official beberapa hari lalu. Setelah Nathan mengejar Jendra habis-habisan setiap harinya meminta penjelasan, akhirnya Jendra yang cupu pun mengaku dan mengatakan perasaannya kepada Nathan di taman kota saat malam hari Nathan memaksa Jendra keluar rumah dan menyeretnya bagai anak sapi.

Hazen, Jidan dan Leo sih tidak kaget saat kemarin Nathan dan Jendra mengaku sudah berpacaran, karena memang harusnya begitu. Nathan saja yang dongo sedangkan Jendra yang cupu. Jadi lama prosesnya, dan saat keduanya sudah official tentu saja mereka senang dan tidak kaget sama sekali justru mereka lega, karena tidak lagi uring-uringan soal kepekaan.

Dan untuk Jidan sama Leo, mereka masih HTS, karena Leo masih denial gak mau akuin perasaannya sendiri, padahal Jidan udah hampir tiap hari nembak Leo. Tapi Leo nya pura-pura budeg aja sampai sekarang. Jidan cuma bisa sabar dan ngelus dada, kata Jidan, “Nggakpapa, kalo awalnya nolak terus gini biasanya nanti kalo udah jadian bakalan susah pisah alias langgeng dan awet.”

Aminin aja sih kalo temen-temennya, tapi Leo nya jadi depresot dan tertekan.

Lalu kini sisalah dua tokoh utama kedua kita, Hazen dan Raden. Status mereka jelas, hanya saja memang menyakitkan karena begitu jelas bahwa ini hanyalah perasaan sepihak untuk Raden.

Bodohnya, Hazen masih percaya bahwa Raden tidak pernah menginginkan dirinya dalam romansa, benar-benar bodoh. Mari kita tunggu sampai kapan kebodohan Hazen menguap dan Raden mendapatkan jawaban atas cinta sepihaknya.

Flo·ᴥ·