tawaniesm

disclaimer: contains harsh and explicit words, bxb.

—————————————————

Joss Wayar bisa-bisa gila jika tahu tingkat kenekatan New Thitipoom dalam mendekati targetnya. Well, dia benar benar tidak ingin bermain kali ini.

Sebut dia gila, tapi sejak sore hari itu ketika New melihat Joss, sahabat yang dia kenal sejak semester 1 nya itu berbicara dengan laki-laki berkacamata yang entah mengapa terlihat seksi dimatanya, dia tidak bisa berhenti memikirkannya. Apa yang New inginkan, harus dia dapatkan.

Semua orang mengenal New Thitipoom dan Joss Wayar. Duo malapetaka. Sumbernya masalah sejak awal kuliah hingga sekarang, yang mana tahun terakhir keduanya di bangku perkuliahan. Mulai dari melanggar peraturan-peraturan kampus, hingga hobi mereka yang senang berganti-ganti pasangan kencan. Oh, atau pasangan tidur.

Tapi pandangan New berubah ketika dia mulai mendekati Tay Tawan, laki-laki yang keberadaannya baru dia ketahui minggu lalu. Entah laki-laki itu memang pandai bersembunyi, atau bagaimana. New menemukan kebenaran yang baru.

Tay Tawan tidak mengenal New Thitipoom.

Dipertemuan pertama mereka, Tay melengos begitu saja. Meninggalkan New yang menganga, terkejut tidak menyangka bisa-bisanya si cupu yang selalu pakai kemeja kotak-kotak lusuh itu melewati dia begitu saja.

Maka di pertemuan kedua mereka, New benar-benar melakukan hal yang besar. Dewi keberuntungan pasti sedang berpihak pada New, karena menemukan keduanya di dalam toilet yang sepi.

New menarik Tay Tawan ke salah satu bilik toilet. Mengabaikan teriakan tertahan dari yang ditarik lalu memojokkannya. Kedua tangannya mengurung tubuh Tay cupu Tawan, yang anehnya terlihat lebih besar dari tubuhnya.

“Sekarang lo udah tau gue?” bisik New seduktif.

Wajahnya terlalu dekat dengan sang lawan bicara, mau tak mau membuatnya menahan nafas.

“Lepasin gue,” ujarnya.

New menggeleng, sebelah tangan kirinya bergerak menyentuh dada Tay naik turun, berniat menggoda. “Hm, i guess you’re already knew me. Lo juga pasti tahu gue mau apa sama lo kan?”

Dahi Tay Tawan berkerut, “Gue gak ngerti. Please, lepasin gue. Ini udah hampir gelap gue pengen pulang.”

SOMETHING NEW

disclaimer: contains harsh and explicit words, bxb.

—————————————————

Siang itu terik. Matahari benar-benar menyengit sampai-sampai menyilaukan mata yang menatap sang mentari pun tidak. Semua raga menghindar, tidak ingin terkena sengatan mentari. Sama halnya dengan dia, New Thitipoom, yang asik berteduh di meja kayu dibawah pohon rimbun dengan milkshake coklatnya. Di sela jari telunjuk dan tengahnya terselip sebatang nikotin, candunya sejak bertahun-tahun yang lalu.

“Lima belas menit lagi gue cabut ke ruang dosen,” Joss, sahabatnya memecah keheningan.

New yang awalnya sibuk memperhatikan sepasang kucing kasmaran di dekat kakinya, menoleh. “Oh, mau bimbingan?”

“Hooh, bener-bener ngejar Pak Adum. Dia mau ke Belanda anjir, gue udah serasa di uber-uber setan.” Joss membalas dengan diulangnya lagi kata-kata umpatan andalannya.

New tersenyum miring, lebih ke mengejek karena dia tahu seribet apa Pak Adum sebagai dosen pembimbing yang perfectionist tapi jarang di tempat itu. Berbeda dengan Bu Gillian, yang kerap disapa Bu Gil oleh New, dosen paling baik yang ada di fakultasnya.

“Yah makanya jadi anaknya Bu Gil, dong lo.” kekeh New yang dibalas Joss lagi-lagi dengan umpatannya.

“Gue gak sehebat lo yang selalu dapat nasib bagus ya anjing,”

Miris memang. Meski Joss dan New sudah mengenal satu sama lain sejak semester satu, tetap saja yang namanya Joss akan bernasib buruk dan New sebaliknya. Satu kampus bahkan sangat mengenal baik keduanya. Siapa sih yang gak kenal New Thitipoom dan Joss Wayar? Si duo malapetaka? Sejak awal kuliah hingga hampir lulus selalu buat gempar satu kampus. Mulai dari melanggar peraturan-peraturan kampus, sampai ke hobi mereka yang senangnya ganti-ganti teman kencan. Oh, atau teman tidur.

New menggeser gelas kosong bekas milkshakenya ke samping, beralih menghisap batang nikotin favoritnya. Menghirupnya pelan, dan dia hembuskan sembari menatap dalam sahabatnya yang kini asik menatap ponsel.

“Kalau lo bimbingan, berarti ketemu Tay?”

“Kenapa? Mau gue salamin?” Joss membalas dengan senyuman miringnya, berniat mengejek sahabat satu-satunya itu.

Yang diejek terbahak, malah menyombongkan diri. “Malu lo kalau tau gue sama Tay udah sejauh apa,”

Friends with Benefits?

Warn: Explicit Language, 21+


Pukul sebelas malam. Bisa dibilang, masih terlalu sore untuk mereka yang terbiasa aktif di malam hari. Orang-orang dikamar sebelah mungkin sudah terlelap dan berada di alam mimpi -berhubung mereka berada di salah satu kamar hotel bintang lima di kota- berbeda dengan keadaan keduanya saat ini.

Tawan Vihokratana dan New Thitipoom, adalah dua orang yang bersembunyi di balik status sahabat. Keduanya saling mengenal sejak bangku SMA, hingga saat ini berada di bangku perkuliahan semester 6.

Kisah ini berawal dari Off Jumpol, salah satu dari enam sahabat lain yang dimiliki keduanya, terus mengata-mangatai mereka yang sudah menginjak usia 21 tahun namun belum juga merasakan yang namanya bercinta. Walau dengan penuh rasa bangga, keduanya mengaku masih perjaka.

Tawan tahu dengan jelas bahwa dirinya tertarik kepada laki-laki, namun tidak berani asal memilih partner sex nya.

Well, Tawan tidak seberani Joss yang selalu berganti-ganti pasangan dan membawa mereka ke apartmentnya

Sangking desperate nya, Tawan sampai sampai mendapat ide untuk mengejar New dan meyakinkan sahabatnya itu untuk melakukan hal tersebut dengannya. Bukan hal yang mudah, karena butuh waktu dua bulan. Demi dirinya yang masih bersih dan dia yang tidak rela melepaskan status perjakanya pada sembarang orang, entah mengapa membuat Tawan memilih New.

Entah siapa yang memulai, keduanya berakhir di atas kasur yang sprei nya sudah tidak serapi tadi. Kamar hotel 1005 hening, hanya terdengar suara yang dihasilkan oleh pagutan penuh nafsu namun lembut dari keduanya.

Tawan mengurung New dibawah tubuhnya, sibuk mengeploitasi seisi mulut laki-laki dibawahnya. Tubuh bawah keduanya rapat -bahkan terlalu rapat-, sampai-sampai dengan kurang ajarnya bergesekan. New melenguh. Permainan Tawan ternyata tidak payah seperti yang dibayangkan. Masih dengan penuh kesadaran, New melesakkan jari-jarinya diantara rambut Tawan. Meremasnya, selagi Tawan menurunkan kecupannya pada leher New.

“Hin, anjing, gue gak tau lo bisa semanis ini.” ujar Tawan dengan suara paraunya.

New tertegun, dengan segera mendorong tubuh Tawan. Terlalu larut dengan nafsu, sampai lupa bahwa sejak menginjak kamar 1005 mereka belum juga berbicara.

“Bentar, Te.” New bangkit untuk duduk, sembari merapikan kaosnya yang sudah tersingkap sampai dada. “Lo udah tau mesti ngapain aja, kan?”

Mau tak mau, Tawan ikut duduk dihadapan New. Mengusap wajah dan tersungut, Tawan mengangguk. “Gue udah mati-matian nahan malu sama Off buat nanya apa aja yang mesti gue lakuin buat siapin lo, Hin. Gue serius banget sekarang. Kita main pelan aja ya? Gue janji gak bakal bikin lo kesakitan,”

Masih belum terbiasa dengan pembahasan mereka, terlebih ini adalah Tawan, sahabatnya sejak SMA, New bersemu.

Malu anjing. Bisa-bisanya lo debut ngewe sama Tay, New. Bakal jadi bottom pula

“Thitipoom? Lo okay?” Ternyata, tanpa sadar New terlarut dalam lamunannya. “Walaupun gue emang udah ngarep banget buat ngewe, lo bisa berhentiin gue kapanpun kok.”

Cepat-cepat New menggeleng. Enggak lah. Kan dia juga mau. “Gak ya anjir. Udah ngeluarin duit demi main di hotel biar gak kena cengcengin anak-anak kalo ketauan di kontrakan, masa mau batal.”

Tawan terkekeh, setuju. “Ya itu. Ayok lanjut.”

“Yok.”

New mengangguk, tanpa perlu diminta segera melepaskan atasannya. Menunjukkan tubuh atas atletisnya dengan bangga. Tawan meneguk ludah. Tidak pernah sekalipun dalam beberapa tahun ini menganggap laki-laki di hadapannya menarik dalam hal seksual. Namun entah mengapa, sejak menggoda New dengan mati-matian, Tawan jadi sering membayangkan New yang tidak-tidak.

Sumpah, persetan pertemanan. New ini indah banget batin Tawan bersuara.

Disentuhnya dada kanan New dengan tangan kirinya. Lembut, terlalu lembut sampai New merinding hanya dengan sentuhan Tawan. Jari-jari panjang itu mulai berjalan, menggerayangi tubuh New. Dengan sengaja menggota puting kemerahan milik New.

“Te..” bisik New seduktif.

Sialan. Tawan hilang akal. Didorongnya tubuh New, untuk kedua kalinya, dan dia kurung dibawah tubuhnya.

Bibir keduanya kembali bertemu, kali ini terkesan tergesa-gesa. Bunyi kecapan mulai memenuhi ruangan. Lagi. Ingin mengimbangi, tangan New melingkari leher Tawan. Menariknya semakin mendekat. Lidah mereka bertemu, saling membelit satu sama lain. New tercekat, nafasnya hampir habis. Tapi ini terlalu nikmat. Dapat dia rasakan, lidah Tawan yang kini sedang mengabsen barisan gigi New, masih dengan bibirnya yang sibuk memberikan kecupan. Ini gila. New tidak tahu Tawan bisa melakukan hal senikmat ini padanya. Jari-jari panjang itu kini sibuk menekan puting New, sukses membuatnya tegang. Dengan tempo yang tepat, memilinnya.

Pertahanan New runtuh. Desahan pertamanya keluar.

“Ahh.. Te,” desahan New makin menjadi saat Tawan melepas pagutan mereka, untuk turun bermain dengan putingnya.

Tawan memulai dengan menggesekkan hidungnya diatas puting New, sebelum meniup, menjilat dan menghisap puting kemerahan tersebut.

“Seneng putingnya diginiin? Iya?” tanya Tawan. Kepalanya menengadah, mengawasi wajah penuh nikmat New. Tangannya masih sibuk memilin puting New.

“Hhh— Te, Iya.”

Tawan berhenti, berdiri diatas kedua kakinya untuk melepas sisa pakaiannya. “Lepas baju lo sendiri,” yang seketika dituruti New.

Sesaat tubuh keduanya sudah sama-sama polos, Tawan menyuruh New melebarkan kedua kakinya. Dengan sabar, membantu New dengan posisinya.

Tangan Tawan menyapu betis hingga paha dalam New, sebelum menemukan penis New yang belum bangun sepenuhnya. Menggenggamnya sebentar, membuat New sempat terkesiap. “Hin, gue masukin jari gue, lo mainin punya lo sendiri, ngerti?”

New mengangguk. Merapikan bantal yang menyanggah kepalanya sebentar, sebelum menggantikan jari-jari Tawan untuk menggenggam miliknya sendiri. Meludah sebagai pelumas, karena gerakan setelahnya adalah New yang memainkan tangannya naik dan turun diatas penisnya sendiri. Tawan bertumpu dengan lutut, masih diantara kedua paha New. Memperhatikan sahabat tercintanya dengan penuh nafsu.

“Good.” komentar Tawan sebelum mulai memasukkan jari tengahnya di lubang milik New.

Dikeluar masukkan jarinya, dengan tempo pelan lalu kelama-lamaan berubah cepat. New lemas, kedua kakinya sampai bergetar. Pergerakan tangannya yang naik turun, dan jari Tawan yang kini sudah bertambah dua jari lain, membuatnya gila. Kepalanya serasa ingin pecah, sangking nikmatnya. Perutnya mulas, terasa kupu-kupu berterbangan dalam perut. New hampir sampai pada klimaksnya. Ditambah pula dengan jari Tawan yang menemukan letak prostatnya.

New terkejut, spontan berteriak. “AH! Te, d-disitu.”

Tawan tersenyum miring, “Hm, disini?”

Pergerakan tangan Tawan semakin menjadi, ketiga jarinya menubruk prostat New dengan kuat. Lubang New mengetat, tanda empunya hampir keluar.

“Tahan,” perintah Tawan.

Laki-laki itu mengeluarkan jarinya, merangkak mengambil kondom dan lube. Memompa penisnya sendiri dengan cepat, membuat dirinya sendiri siap. New memperhatikan, menggigit bibir sangking terangsangnya dengan pemandangan Tawan dan kegiatannya saat ini.

“Te, cepetan.”

“Wait,” sekiranya Tawan siap, laki-laki itu segera merobek bungkus kondom, memasangkan karet tersebut padanya. Lalu dengan gerakan pasti, mengoleskan lube di sekitaran lubang New. Mempersiapkan laki-laki dibawahnya.

Sekarang, keduanya siap. Bahkan lebih dari siap. Tawan mengangkat kaki New sejajar dengan kepalanya. Mencari posisi yang mudah untuk memasuki New. Sebelah tangannya menahan kaki New, sebelah tangan lainnya menuntun penisnya ke lubang hangat milik New.

Tawan mendorong masuk dengan pelan. Memejamkan matanya, menghayati persatuan mereka. Lubang New sempit, sangat sempit. Penisnya terasa terjepit. Lubang New mengetat. Maka, Tawan tahu harus menunggu New terbiasa dengan miliknya didalam sana. Mengelus pinggang New, berharap dapat membuat laki-laki dibawahnya rileks. Pikirannya terbagi-bagi, antara ingin menuntaskan nafsunya dengan segera, dan memastikan New baik-baik saja. Saat Tawan berkata tidak ingin menyakiti, dia bersungguh-sungguh dengan kata-katanya yang itu.

I'm okay now, Te. Lo bisa lanjut,” New bersuara.

Tawan mengerti. Pinggulnya lalu mundur, menarik setengah miliknya yang tadinya sudah sepenuhnya masuk untuk keluar, lalu disentaknya dengan tiba-tiba. Penis Tawan menusuk, masuk dengan tiba-tiba. New memekik, yang dilanjut dengan protesannya.

“Sakit, anjing? Sadar gak sih?”

Tawan buru-buru meminta maaf, nyatanya dia lepas kendali. “Hin sumpah sorry gue kepingin banget gitu dari tadi. Kepikiran. Sorry,”

New mengacuhkannya, tidak ingin banyak berbincang. Maka, kini dia yang memulai. Tubuhnya bergerak pelan, memuaskan dirinya sendiri dan Tawan. Dengan usahanya, maka penis Tawan menusuk masuk dan keluar dengan tempo pelan. Mengernyit, masih terasa aneh ada benda yang memasuki dirinya. Tawan menunggu, belum ingin bergerak hingga New benar-benar menikmati miliknya. New menggeram, mengetatkan lubangnya berkali-kali, seakan mengurut penis milik Tawan.

“Ahh, Hin..”

“Te, lanjut. Cepetin, ya?”

Tanpa diminta juga pasti Tawan akan bergerak cepat. New tentunya sudah terbiasa. Menggantikan New yang memulai dengan pelan, maka Tawan memompa dengan gerakan cepat. Melanjutkan persatuan keduanya. Napas keduanya tersengal, mabuk ditelan nafsu. Kedua tangan New sibuk memainkan putingnya sendiri, maniknya memutih, kepalanya menengadah kebelakang, terbenam ke bantal.

“Ahnn...Ahh, Te—.”

Lenguhan New memenuhi ruangan, semakin membuat Tawan turn on dan mempercepat gerakan pinggulnya. Menurunkan sebelah kaki New dan menekuknya, membuat akses Tawan tetap terbuka. Tawan membungkuk, mencari bibir New untuk dilumat yang diterima dengan girang. Yang dibawah mengangkat kedua tangannya yang tadi berada disisi tubuhnya, bergerak merangkul tubuh laki-laki yang kini sedang menggaulinya.

Tawan terus berbisik di samping telinganya, berkali-kali memuja, sesekali pula mendesah. Keduanya bergerak bersamaan, tidak ada yang berniat untuk berhenti. Yang ada dipikiran hanya mereka berdua, Tawan dan New, tak ada yang lainnya. Peluh membasahi tubuh keduanya, panas tubuh yang dihasilkan keduanya berhasil mengalahkan pendingin ruangan. New melenguh, Tawan menggeram. Di sentakan kesekian, New mencapai orgasmenya. Jari-jari kakinya menekuk kedalam, lalu dengan tidak sadarnya mencakar punggung lebar Tawan. Meneriakkan nama laki-laki diatasnya, New benar-benar merasa diatas awan.

Tawan mengeluarkan miliknya, belum juga merasakan orgasme. Cepat-cepat ditarik kondom dan dibuangnya ke kaki kasur, sebelum memompa penisnya sendiri dengan tangannya. Tawan mendesahkan nama New, asik dengan kegiatannya sendiri. New mengerti, Tawan butuh bantuannya. Maka New menyangga dirinya dengan lengan, hingga memudahkan tangannya yang menjulur kearah Tawan. Ikut menyentuh milik Tawan, meremas dua bola kembar milik laki-laki tersebut. Hingga akhirnya Tawan sampai pada pelepasannya, Tawan mendesah keras.

“Ahh, Hin—”

Tawan ambruk disamping tubuh New, napas keduanya masih tersenggal. Sisa permainan keduanya yang terlalu panas. Ini terlalu hebat. Ekspetasi keduanya terhadap seks pertama mereka tidak sehebat ini, yang nyatanya keduanya sama sekali tidak seperti pemula.

Tawan mendekatkan tubuhnya pada New, mendekat untuk berbisik, “Lo hebat banget, New.”

New tersenyum kecil, sebelum mengangguk. Tangannya mengusap peluh di kening Tawan. “Lo mesti traktir Off gak sih, njing? Sampai diajarin se detail ini. Gila itu orang.”

“Gak sia-sia emang gue nahan malu.”

New terbahak, membayangkan Tawan yang harus berbincang dengan Off perihal kegiatan seks mereka. “Tapi Off bakal cepu ke yang lain gak sih?”

“Ah anjir gamau mikir lah, itu orang gak ada benernya.” Tawan menangkap jari-jari New yang masih berada diwajahnya, lalu mencium buku-buku jarinya. “Kita masih temen kan, Hin?”

“Ya iya lah yakali musuhan? Bego.” New menoyor kepala Tawan pelan.

“Ya udah temen lo mau lagi nih, Hin.”

“Hah? Heh anjing sadar!”

Telat, New. Telat banget. Soalnya udah keburu Tawan yang menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya, dan Tawan yang kini menaiki tubuh New kembali.

Pukul sebelas malam. Bisa dibilang, masih terlalu sore untuk mereka yang terbiasa aktif di malam hari. Orang-orang dikamar sebelah mungkin sudah terlelap dan berada di alam mimpi -berhubung mereka berada di salah satu kamar hotel bintang lima di kota- berbeda dengan keadaan keduanya saat ini.

Tawan Vihokratana dan New Thitipoom, adalah dua orang yang bersembunyi di balik status sahabat. Keduanya saling mengenal sejak bangku SMA, hingga saat ini berada di bangku perkuliahan semester 6.

Kisah ini berawal dari Off Jumpol, salah satu dari enam sahabat lain yang dimiliki keduanya, terus mengata-mangatai mereka yang sudah menginjak usia 21 tahun namun belum juga merasakan yang namanya bercinta. Walau dengan penuh rasa bangga, keduanya mengaku masih perjaka.

Tawan tahu dengan jelas bahwa dirinya tertarik kepada laki-laki, namun tidak berani asal memilih partner sex nya.

Well, Tawan tidak seberani Joss yang selalu berganti-ganti pasangan dan membawa mereka ke apartmentnya

Sangking desperate nya, Tawan sampai sampai mendapat ide untuk mengejar New dan meyakinkan sahabatnya itu untuk melakukan hal tersebut dengannya. Bukan hal yang mudah, karena butuh waktu dua bulan. Demi dirinya yang masih bersih dan dia yang tidak rela melepaskan status perjakanya pada sembarang orang, entah mengapa membuat Tawan memilih New.

Entah siapa yang memulai, keduanya berakhir di atas kasur yang sprei nya sudah tidak serapi tadi. Kamar hotel 1005 hening, hanya terdengar suara yang dihasilkan oleh pagutan penuh nafsu namun lembut dari keduanya.

Tawan mengurung New dibawah tubuhnya, sibuk mengeploitasi seisi mulut laki-laki dibawahnya. Tubuh bawah keduanya rapat -bahkan terlalu rapat-, sampai-sampai dengan kurang ajarnya bergesekan. New melenguh. Permainan Tawan ternyata tidak payah seperti yang dibayangkan. Masih dengan penuh kesadaran, New melesakkan jari-jarinya diantara rambut Tawan. Meremasnya, selagi Tawan menurunkan kecupannya pada leher New.

“Hin, anjing, gue gak tau lo bisa semanis ini.” ujar Tawan dengan suara paraunya.

New tertegun, dengan segera mendorong tubuh Tawan. Terlalu larut dengan nafsu, sampai lupa bahwa sejak menginjak kamar 1005 mereka belum juga berbicara.

“Bentar, Te.” New bangkit untuk duduk, sembari merapikan kaosnya yang sudah tersingkap sampai dada. “Lo udah tau mesti ngapain aja, kan?”

Mau tak mau, Tawan ikut duduk dihadapan New. Mengusap wajah dan tersungut, Tawan mengangguk. “Gue udah mati-matian nahan malu sama Off buat nanya apa aja yang mesti gue lakuin buat siapin lo, Hin. Gue serius banget sekarang. Kita main pelan aja ya? Gue janji gak bakal bikin lo kesakitan,”

Masih belum terbiasa dengan pembahasan mereka, terlebih ini adalah Tawan, sahabatnya sejak SMA, New bersemu.

Malu anjing. Bisa-bisanya lo debut ngewe sama Tay, New. Bakal jadi bottom pula

“Thitipoom? Lo okay?” Ternyata, tanpa sadar New terlarut dalam lamunannya. “Walaupun gue emang udah ngarep banget buat ngewe, lo bisa berhentiin gue kapanpun kok.”

Cepat-cepat New menggeleng. Enggak lah. Kan dia juga mau. “Gak ya anjir. Udah ngeluarin duit demi main di hotel biar gak kena cengcengin anak-anak kalo ketauan di kontrakan, masa mau batal.”

Tawan terkekeh, setuju. “Ya itu. Ayok lanjut.”

“Yok.”

New mengangguk, tanpa perlu diminta segera melepaskan atasannya. Menunjukkan tubuh atas atletisnya dengan bangga. Tawan meneguk ludah. Tidak pernah sekalipun dalam beberapa tahun ini menganggap laki-laki di hadapannya menarik dalam hal seksual. Namun entah mengapa, sejak menggoda New dengan mati-matian, Tawan jadi sering membayangkan New yang tidak-tidak.

Sumpah, persetan pertemanan. New ini indah banget batin Tawan bersuara.

Disentuhnya dada kanan New dengan tangan kirinya. Lembut, terlalu lembut sampai New merinding hanya dengan sentuhan Tawan. Jari-jari panjang itu mulai berjalan, menggerayangi tubuh New. Dengan sengaja menggota puting kemerahan milik New.

“Te..” bisik New seduktif.

Sialan. Tawan hilang akal. Didorongnya tubuh New, untuk kedua kalinya, dan dia kurung dibawah tubuhnya.

Bibir keduanya kembali bertemu, kali ini terkesan tergesa-gesa. Bunyi kecapan mulai memenuhi ruangan. Lagi. Ingin mengimbangi, tangan New melingkari leher Tawan. Menariknya semakin mendekat. Lidah mereka bertemu, saling membelit satu sama lain. New tercekat, nafasnya hampir habis. Tapi ini terlalu nikmat. Dapat dia rasakan, lidah Tawan yang kini sedang mengabsen barisan gigi New, masih dengan bibirnya yang sibuk memberikan kecupan. Ini gila. New tidak tahu Tawan bisa melakukan hal senikmat ini padanya. Jari-jari panjang itu kini sibuk menekan puting New, sukses membuatnya tegang. Dengan tempo yang tepat, memilinnya.

Pertahanan New runtuh. Desahan pertamanya keluar.

“Ahh.. Te,” desahan New makin menjadi saat Tawan melepas pagutan mereka, untuk turun bermain dengan putingnya.

Tawan memulai dengan menggesekkan hidungnya diatas puting New, sebelum meniup, menjilat dan menghisap puting kemerahan tersebut.

“Seneng putingnya diginiin? Iya?” tanya Tawan. Kepalanya menengadah, mengawasi wajah penuh nikmat New. Tangannya masih sibuk memilin puting New.

“Hhh— Te, Iya.”

Tawan berhenti, berdiri diatas kedua kakinya untuk melepas sisa pakaiannya. “Lepas baju lo sendiri,” yang seketika dituruti New.

Sesaat tubuh keduanya sudah sama-sama polos, Tawan menyuruh New melebarkan kedua kakinya. Dengan sabar, membantu New dengan posisinya.

Tangan Tawan menyapu betis hingga paha dalam New, sebelum menemukan penis New yang belum bangun sepenuhnya. Menggenggamnya sebentar, membuat New sempat terkesiap. “Hin, gue masukin jari gue, lo mainin punya lo sendiri, ngerti?”

New mengangguk. Merapikan bantal yang menyanggah kepalanya sebentar, sebelum menggantikan jari-jari Tawan untuk menggenggam miliknya sendiri. Meludah sebagai pelumas, karena gerakan setelahnya adalah New yang memainkan tangannya naik dan turun diatas penisnya sendiri. Tawan bertumpu dengan lutut, masih diantara kedua paha New. Memperhatikan sahabat tercintanya dengan penuh nafsu.

“Good.” komentar Tawan sebelum mulai memasukkan jari tengahnya di lubang milik New.

Dikeluar masukkan jarinya, dengan tempo pelan lalu kelama-lamaan berubah cepat. New lemas, kedua kakinya sampai bergetar. Pergerakan tangannya yang naik turun, dan jari Tawan yang kini sudah bertambah dua jari lain, membuatnya gila. Kepalanya serasa ingin pecah, sangking nikmatnya. Perutnya mulas, terasa kupu-kupu berterbangan dalam perut. New hampir sampai pada klimaksnya. Ditambah pula dengan jari Tawan yang menemukan letak prostatnya.

New terkejut, spontan berteriak. “AH! Te, d-disitu.”

Tawan tersenyum miring, “Hm, disini?”

Pergerakan tangan Tawan semakin menjadi, ketiga jarinya menubruk prostat New dengan kuat. Lubang New mengetat, tanda empunya hampir keluar.

“Tahan,” perintah Tawan.

Laki-laki itu mengeluarkan jarinya, merangkak mengambil kondom dan lube. Memompa penisnya sendiri dengan cepat, membuat dirinya sendiri siap. New memperhatikan, menggigit bibir sangking terangsangnya dengan pemandangan Tawan dan kegiatannya saat ini.

“Te, cepetan.”

“Wait,” sekiranya Tawan siap, laki-laki itu segera merobek bungkus kondom, memasangkan karet tersebut padanya. Lalu dengan gerakan pasti, mengoleskan lube di sekitaran lubang New. Mempersiapkan laki-laki dibawahnya.

Sekarang, keduanya siap. Bahkan lebih dari siap. Tawan mengangkat kaki New sejajar dengan kepalanya. Mencari posisi yang mudah untuk memasuki New. Sebelah tangannya menahan kaki New, sebelah tangan lainnya menuntun penisnya ke lubang hangat milik New.

Tawan mendorong masuk dengan pelan. Memejamkan matanya, menghayati persatuan mereka. Lubang New sempit, sangat sempit. Penisnya terasa terjepit. Lubang New mengetat. Maka, Tawan tahu harus menunggu New terbiasa dengan miliknya didalam sana. Mengelus pinggang New, berharap dapat membuat laki-laki dibawahnya rileks. Pikirannya terbagi-bagi, antara ingin menuntaskan nafsunya dengan segera, dan memastikan New baik-baik saja. Saat Tawan berkata tidak ingin menyakiti, dia bersungguh-sungguh dengan kata-katanya yang itu.

I'm okay now, Te. Lo bisa lanjut,” New bersuara.

Tawan mengerti. Pinggulnya lalu mundur, menarik setengah miliknya yang tadinya sudah sepenuhnya masuk untuk keluar, lalu disentaknya dengan tiba-tiba. Penis Tawan menusuk, masuk dengan tiba-tiba. New memekik, yang dilanjut dengan protesannya.

“Sakit, anjing? Sadar gak sih?”

Tawan buru-buru meminta maaf, nyatanya dia lepas kendali. “Hin sumpah sorry gue kepingin banget gitu dari tadi. Kepikiran. Sorry,”

New mengacuhkannya, tidak ingin banyak berbincang. Maka, kini dia yang memulai. Tubuhnya bergerak pelan, memuaskan dirinya sendiri dan Tawan. Dengan usahanya, maka penis Tawan menusuk masuk dan keluar dengan tempo pelan. Mengernyit, masih terasa aneh ada benda yang memasuki dirinya. Tawan menunggu, belum ingin bergerak hingga New benar-benar menikmati miliknya. New menggeram, mengetatkan lubangnya berkali-kali, seakan mengurut penis milik Tawan.

“Ahh, Hin..”

“Te, lanjut. Cepetin, ya?”

Tanpa diminta juga pasti Tawan akan bergerak cepat. New tentunya sudah terbiasa. Menggantikan New yang memulai dengan pelan, maka Tawan memompa dengan gerakan cepat. Melanjutkan persatuan keduanya. Napas keduanya tersengal, mabuk ditelan nafsu. Kedua tangan New sibuk memainkan putingnya sendiri, maniknya memutih, kepalanya menengadah kebelakang, terbenam ke bantal.

“Ahnn...Ahh, Te—.”

Lenguhan New memenuhi ruangan, semakin membuat Tawan turn on dan mempercepat gerakan pinggulnya. Menurunkan sebelah kaki New dan menekuknya, membuat akses Tawan tetap terbuka. Tawan membungkuk, mencari bibir New untuk dilumat. New menerima dengan girang, dirangkulnya tubuh laki-laki yang kini sedang menggaulinya.

Pukul sebelas malam. Bisa dibilang, masih terlalu sore untuk mereka yang terbiasa aktif di malam hari. Orang-orang dikamar sebelah mungkin sudah terlelap dan berada di alam mimpi -berhubung mereka berada di salah satu kamar hotel bintang lima di kota- berbeda dengan keadaan keduanya saat ini.

Tawan Vihokratana dan New Thitipoom, adalah dua orang yang bersembunyi di balik status sahabat. Keduanya saling mengenal sejak bangku SMA, hingga saat ini berada di bangku perkuliahan semester 6.

Kisah ini berawal dari Off Jumpol, salah satu dari enam sahabat lain yang dimiliki keduanya, terus mengata-mangatai mereka yang sudah menginjak usia 21 tahun namun belum juga merasakan yang namanya bercinta. Walau dengan penuh rasa bangga, keduanya mengaku masih perjaka.

Tawan tahu dengan jelas bahwa dirinya tertarik kepada laki-laki, namun tidak berani asal memilih partner sex nya.

Well, Tawan tidak seberani Joss yang selalu berganti-ganti pasangan dan membawa mereka ke apartmentnya

Sangking desperate nya, Tawan sampai sampai mendapat ide untuk mengejar New dan meyakinkan sahabatnya itu untuk melakukan hal tersebut dengannya. Bukan hal yang mudah, karena butuh waktu dua bulan. Demi dirinya yang masih bersih dan tidak rela melepaskan status perjakanya pada sembarang orang, entah mengapa membuat Tawan memilih New.

Kamar hotel 1005 hening, hanya terdengar suara yang dihasilkan oleh pagutan penuh nafsu namun lembut dari keduanya. Entah siapa yang memulai, keduanya berakhir di atas kasur yang sprei nya sudah tidak serapi tadi.

Tawan mengurung New dibawah tubuhnya, sibuk mengeploitasi seisi mulut laki-laki dibawahnya. New tanpa sadar melenguh. Permainan Tawan ternyata tidak payah seperti yang dibayangkan.

Kali Pertama

————————————-

“Gue cuma bawa kondom. Lo prepare lube, New?” tanya Tay.

New mengangguk, lalu beranjak untuk membuka rak meja nakas, dan mengambil beberapa sachet lube. “Banyak.”

Tay tersenyum miring, lebih seperti menggoda. Merilekskan tubuhnya, kini tangannya berada di kanan dan kiri, menopang tubuhnya. Posisi yang menantang untuk ditunggangi.

Dengan suara rendah, Tay bersuara. “Come

Hanya dengan satu kata dan nada perintah, batin New melonjak kesenangan. New maju tanpa ragu.

Dinaiki tubuh Tay, tangannya tidak tinggal diam, kini sibuk meraba-raba dada bidang laki-laki tersebut. Wajahnya maju, menyapu rahang Tay dengan hidung bangirnya. Sesekali juga mengecupkan ciuman singkatnya.

Tangan Tay yang sudah bersarang di pinggang New, menariknya semakin mendekat. Ia mendongak, meraih wajah New dan mencium bibirnya dalam.

“Manis.” komentar Tay akan bibir New sebelum membanting tubuh laki-laki tersebut kesebelah kiri.

Tay kini diatas, sebelah kakinya berada diantara dua paha New. Kembali berciuman, deru nafas keduanya terdengar memburu. Tay dan New sedang berperang lidah, dan tangan keduanya saling melepaskan pakaian satu sama lain.

Mengindahkan lagu dari playlist sex milik Tay Tawan yang dimainkan dengan volume rendah, keduanya hanya fokus pada bunyi kecapan dan lenguhan satu sama lain.

Beralih ke leher New, Tay menjilat, menghisap, dan menggigit leher putih bersih tersebut. New melenguh keenakan, tangannya meremas surai milik Tay serasa menariknya semakin mendekat, seakan meminta lebih.

Tay berdiri untuk melepaskan jeans dan dalamannya, juga membantu New melepaskan sisa pakaian yang masih melekat ditubuhnya. Saat keduanya polos tanpa sehelai kain pun, Tay tertegun.

Tubuh putih bersih itu, tubuh New Thitipoom, dan bagian-bagian tubuh yang tidak pernah Tay lihat sebelumnya, semuanya terasa sempurna.

“New, lo cantik banget.” celetuk Tay.

Bersemu malu, New berusaha menutupi pipi merahnya dengan menarik Tay mendekat. Mencium Tay. Dengan sengaja, mengangkat tubuh bawahnya hingga membuat penis keduanya bertemu dan bergesekan.

Gila. Hanya dengan gesekan yang terus New lakukan, bisa membuat keduanya setegang ini.

Tay menggeram rendah, matanya sayu tertelan nafsu. “Lo buat gue gila, New. Gue masukin jari gue, ya? Let me get you ready first.”

“Do it.”

Mendapat persetujuan New, Tay mulai memasukkan satu jarinya ke dalam lubang hangat milik New.

“Tambah lagi. Please.” New memohon, membuat Tay kelewat bahagia.

Tak tanggung-tanggung, Tay menambahkan dua jarinya. Matanya mengawasi, menunggu New terbiasa dengan hadirnya jari miliknya disana. Sesaat New terbiasa, Tay mulai menggerakkan jarinya. Mengobrak-abrik milik New, mencari prostatnya.

“A-ahh.. Te, iya disitu.”

Gila lo, Tay Tawan. Enak banget.

New tidak kuat. Rasa ini sangat nikmat. Selagi Tay yang terus mengocok lubangnya, New meludah pada tangan kirinya, lalu menyentuh penisnya sendiri. Menggerakkannya keatas dan kebawah. Sedangkan tangan kanannya, sibuk menekan-nekan puting kemerahannya yang menonjol.

“Te,enak banget.”

Tay yang menyaksikan aksi New dibawahnya, menggila. New gila. New parah. Bisa-bisanya memancing Tay dengan cara begitu. Dikeluarkan jarinya. Tangan Tay menyentuh penisnya sendiri, mengocoknya sebentar agar semakin keras lalu merobek bungkusan kondom dan mengenakannya.

“Gue masukin lo sekarang, oke?”

New mengangguk, sudah tidak bisa mengeluarkan satu kata pun. Dengan sadar diri, ditekuknya sebelah kakinya, membantu Tay yang kini sudah mengangkat sebelah kakinya yang lain tinggi sejajar dengan wajah Vihokratana tersebut. Posisi terbaik untuk memasukinya.

Tay memaksa masuk, membuat New tercekat sangking anehnya lubangnya yang terasa penuh.

“Ahh! Tay Tawan, lo gede banget.” puji New lengkap dengan ringisannya.

Itu. Itu dia.

Dengan pujian yang dilontarkan New, Tay tambah menggila. Tanpa aba-aba, digenjotnya tubuh New. Tay bergerak maju mundur, masih mencari letak prostat yang bisa membuat New gila.

Tay merasakannya. Ketika lubang New mengetat dan New tersentak, Tay tahu bahwa dia sudah mencapai prostat New.

Semakin mempercepat genjotannya, Tay menghantam prostat New terus menerus. Membuat New hilang akal, hanya bisa mendesah sedari tadi.

“Mmh, enak banget Tay. Faster..”

“Ahh, New. Lo rapet banget.”

Setelahnya, Tay sudah tidak bisa berkata apa-apa. Hanya gerakan pinggulnya yang semakin cepat. Tidak sekalipun memelan, memberi New celah untuk beristirahat. New harus berpegangan pada lengan laki-laki yang sedang menggaulinya, sangking cepatnya gerakan Tay.

Keduanya mendesahkan nama satu sama lain. Terlalu nikmat. Dunia serasa berputar disekeliling mereka. Tay dan New, menumpahkan segala nafsu mereka.

Perut keduanya serasa mulas, tahu bahwa mereka sudah dekat dengan pencapaian mereka.

“Ahh—Te, I’m Close. Faster.”

“Mhh, New...”

New semakin mendesah keras, dengan gerakan Tay yang semakin cepat. New keluar lebih dulu, memuncratkan spermanya hingga mengenai perutnya dan juga Tay. Pandangannya memutih, pelepasannya barusan terlalu menguras tenaga.

Tay menyusul tidak lama kemudian, menghujam prostat New terakhir kalinya dengan kuat bersamaan dengan penisnya yang memuntahkan sperma.

Mengeluarkan penisnya, Tay melepas kondom yang membalutnya dan mengikatnya. Berjalan ke ujung ruangan, untuk membuang kondom bekas pakainya.

Sekembalinya ke ranjang, Tay mengecup kening New yang setengah sadar. Memeluknya erat seakan-akan tidak ada hari esok. Pergaulan mereka baru saja, juga merupakan pembuktian akan keseriusan Tay kepada New.

“New Thitipoom, gue sayang sama lo.”

New tersenyum kecil, sempat menggumamkan kalimat selamat tidur kepada Tay, sebelum hilang ditelan kantuk.

Kali Pertama

————————————-

“Gue cuma bawa kondom. Lo prepare lube, New?” tanya Tay.

New mengangguk, lalu beranjak untuk membuka rak meja nakas, dan mengambil beberapa sachet lube. “Banyak.”

Tay tersenyum miring, lebih seperti menggoda. Merilekskan tubuhnya, kini tangannya berada di kanan dan kiri, menopang tubuhnya. Posisi yang menantang untuk ditunggangi.

Dengan suara rendah, Tay bersuara. “Come

Hanya dengan satu kata dan nada perintah, batin New melonjak kesenangan. New maju tanpa ragu.

Dinaiki tubuh Tay, tangannya tidak tinggal diam, kini sibuk meraba-raba dada bidang laki-laki tersebut. Wajahnya maju, menyapu rahang Tay dengan hidung bangirnya. Sesekali juga mengecupkan ciuman singkatnya.

Tangan Tay yang sudah bersarang di pinggang New, menariknya semakin mendekat. Ia mendongak, meraih wajah New dan mencium bibirnya dalam.

“Manis.” komentar Tay akan bibir New sebelum membanting tubuh laki-laki tersebut kesebelah kiri.

Tay kini diatas, sebelah kakinya berada diantara dua paha New. Kembali berciuman, deru nafas keduanya terdengar memburu. Tay dan New sedang berperang lidah, dan tangan keduanya saling melepaskan pakaian satu sama lain.

Mengindahkan lagu dari playlist sex milik Tay Tawan yang dimainkan dengan volume rendah, keduanya hanya fokus pada bunyi kecapan dan lenguhan satu sama lain.

Beralih ke leher New, Tay menjilat, menghisap, dan menggigit leher putih bersih tersebut. New melenguh keenakan, tangannya meremas surai milik Tay serasa menariknya semakin mendekat, seakan meminta lebih.

Tay berdiri untuk melepaskan jeans dan dalamannya, juga membantu New melepaskan sisa pakaian yang masih melekat ditubuhnya. Saat keduanya polos tanpa sehelai kain pun, Tay tertegun.

Tubuh putih bersih itu, tubuh New Thitipoom, dan bagian-bagian tubuh yang tidak pernah Tay lihat sebelumnya, semuanya terasa sempurna.

“New, lo cantik banget.” celetuk Tay.

Bersemu malu, New berusaha menutupi pipi merahnya dengan menarik Tay mendekat. Mencium Tay. Dengan sengaja, mengangkat tubuh bawahnya hingga membuat penis keduanya bertemu dan bergesekan.

Gila. Hanya dengan gesekan yang terus New lakukan, bisa membuat keduanya setegang ini.

Tay menggeram rendah, matanya sayu tertelan nafsu. “Lo buat gue gila, New. Gue masukin jari gue, ya? Let me get you ready first.”

“Do it.”

Mendapat persetujuan New, Tay mulai memasukkan satu jarinya ke dalam lubang hangat milik New.

“Tambah lagi. Please.” New memohon, membuat Tay kelewat bahagia.

Tak tanggung-tanggung, Tay menambahkan dua jarinya. Matanya mengawasi, menunggu New terbiasa dengan hadirnya jari miliknya disana. Sesaat New terbiasa, Tay mulai menggerakkan jarinya. Mengobrak-abrik milik New, mencari prostatnya.

“A-ahh.. Te, iya disitu.”

Gila lo, Tay Tawan. Enak banget.

New tidak kuat. Rasa ini sangat nikmat. Selagi Tay yang terus mengocok lubangnya, New meludah pada tangan kirinya, lalu menyentuh penisnya sendiri. Menggerakkannya keatas dan kebawah. Sedangkan tangan kanannya, sibuk menekan-nekan puting kemerahannya yang menonjol.

“Te,enak banget.”

Tay yang menyaksikan aksi New dibawahnya, menggila. New gila. New parah. Bisa-bisanya memancing Tay dengan cara begitu. Dikeluarkan jarinya. Tangan Tay menyentuh penisnya sendiri, mengocoknya sebentar agar semakin keras lalu merobek bungkusan kondom dan mengenakannya.

“Gue masukin lo sekarang, oke?”

New mengangguk, sudah tidak bisa mengeluarkan satu kata pun. Dengan sadar diri, ditekuknya sebelah kakinya, membantu Tay yang kini sudah mengangkat sebelah kakinya yang lain tinggi sejajar dengan wajah Vihokratana tersebut. Posisi terbaik untuk memasukinya.

Tay memaksa masuk, membuat New tercekat sangking anehnya lubangnya yang terasa penuh.

“Ahh! Tay Tawan, lo gede banget.” puji New lengkap dengan ringisannya.

Itu. Itu dia.

Dengan pujian yang dilontarkan New, Tay tambah menggila. Tanpa aba-aba, digenjotnya tubuh New. Tay bergerak maju mundur, masih mencari letak prostat yang bisa membuat New gila.

Tay merasakannya. Ketika lubang New mengetat dan New tersentak, Tay tahu bahwa dia sudah mencapai prostat New.

Semakin mempercepat genjotannya, Tay menghantam prostat New terus menerus. Membuat New hilang akal, hanya bisa mendesah sedari tadi.

“Mmh, enak banget Tay. Faster..”

“Ahh, New. Lo rapet banget.”

Setelahnya, Tay sudah tidak bisa berkata apa-apa. Hanya gerakan pinggulnya yang semakin cepat. Tidak sekalipun memelan, memberi New celah untuk beristirahat. New harus berpegangan pada lengan laki-laki yang sedang menggaulinya, sangking cepatnya gerakan Tay.

Keduanya mendesahkan nama satu sama lain. Terlalu nikmat. Dunia serasa berputar disekeliling mereka. Tay dan New, menumpahkan segala nafsu mereka.

Perut keduanya serasa mulas, tahu bahwa mereka sudah dekat dengan pencapaian mereka.

“Ahh—Te, I’m Close. Faster.”

“Mhh, New...”

New semakin mendesah keras, dengan gerakan Tay yang semakin cepat. New keluar lebih dulu, memuncratkan spermanya hingga mengenai perutnya dan juga Tay. Pandangannya memutih, pelepasannya barusan terlalu menguras tenaga.

Tay menyusul tidak lama kemudian, menghujam prostat New terakhir kalinya dengan kuat bersamaan dengan penisnya yang memuntahkan sperma.

Mengeluarkan penisnya, Tay melepas kondom yang membalutnya dan mengikatnya. Berjalan ke ujung ruangan, untuk membuang kondom bekas pakainya.

Sekembalinya ke ranjang, Tay mengecup kening New yang setengah sadar. Memeluknya erat seakan-akan tidak ada hari esok. Pergaulan mereka baru saja, juga merupakan pembuktian akan keseriusan Tay kepada New.

“New Thitipoom, gue sayang sama lo.”

New tersenyum kecil, sempat menggumamkan kalimat selamat tidur kepada Tay, sebelum hilang ditelan kantuk.

Kali Pertama

————————————-

Tay dan New, keduanya tahu pasti apa yang akan mereka lakukan saat ini. Sesaat setelah memasuki condo milik New, maka tidak akan ada kata mundur lagi. Jam di dinding menunjukkan pukul tiga dini hari, waktu yang semestinya digunakan keduanya untuk bergelung dibawah selimut dan terlelap. Bukannya duduk bersebelahan diatas ranjang king size milik New dan saling bertatapan.

Baru saja, New kembali dari kamar mandi setelah membersihkan diri.

“Gue cuma bawa kondom kemana-mana. Lo prepare lube, New?” tanya Tay.

New mengangguk, lalu beranjak kearah meja nakas disamping tempat tidurnya. Membuka rak, dan mengambil beberapa sachet lube. “Banyak.”

Tay tersenyum miring, lebih seperti menggoda. Merilekskan tubuhnya, kini tangannya berada di kanan dan kiri, menopang tubuhnya. Posisi yang menantang untuk ditunggangi.

Dengan suara rendah, Tay bersuara. “Come

Hanya dengan satu kata dan nada perintah, batin New melonjak kesenangan. New maju, tersenyum kecil memperhatikan wajah Tay yang menunggu.

Dinaiki tubuh Tay, tangannya tidak tinggal diam, kini sibuk meraba-raba dada bidang laki-laki tersebut. Wajahnya maju, menyapu rahang Tay dengan hidung bangirnya.

Menikmati, tangan kanan Tay bersarang di pinggang New, menariknya mendekat. Mengikis jarak diantara keduanya. Badannya ditegakkan, wajahnya mendongak, mencari-cari letak bibir ranum New Thitipoom berada.

Dikecupnya pelan bibir New, sebentar,

THE PARTY

——————————

Tepat pukul sebelas malam, New tiba di depan Raikan Club. Tidak sendiri, melainkan bersama dengan Krist Perawat, sahabat tercintanya dan juga Singto, yang ngakunya dateng cuma buat jagain pacarnya.

Berbarengan dengan Singto yang menurunkan rem tangan mobil, New melirih “Huhuhu, To! Makasih banget ya, cinta banget gue kalo udah di setirin lo soalnya alus banget. Disetirin mobil aja enak gimana—“

“Gue tampar ya lo, anjing!”

Kalau Krist udah ngomong gitu, baru deh New Thitipoom ketawa. Seru banget emang ngegodain Kit tercinta yang posesif kalau udah ngomongin Kak Singto nya ini.

Singto terkekeh, “Udah ayok, ditungguin Gun sama Win kan?”

Nurut banget dua sahabat ini, soalnya abis denger Singto ngomong ya manut manut aja. Masuk ke Raikan Club, ternyata udah ramai banget. Gun gak main-main waktu bilang Off rajanya party, semua orang dia undang soalnya. Apalagi setelah tweet Arm Weerayut, artisnya FH Univ GMM yang terlihat pastinya bakal dateng ke party ini, ya tambah ramai.

Emang Off Jumpol doang yang paling tau caranya panjat dengan baik.

Menemukan teman-temannya, ternyata gak susah-susah banget. Dengan Win yang kelewat jangkung , dan Bri yang tampangnya UGD banget alias yang liat hatinya gawat beneran, tentunya menjadi pusat perhatian.

Di pojok sana, keduanya berdiri didekat sofa-sofa panjang berwarna merah yang diisi oleh Off dan kawan-kawannya, beserta Gun.

Itu dia! batin New berteriak sesaat menemukan sosok Tay.

Ada ya orang yang gantengnya gak ngada-ngada? Modal celana jeans sama kaos hitam polos doang udah kayak malaikat. Walaupun Lah iya emang malaikat, soalnya bisa bawa New ngerasain surga. Ngaco! Pikiran New Thitipoom malam ini ngaco banget!

Saat tersadar, New sudah bergabung dengan yang lainnya. Gun mendumel, bercerita panjang lebar tentang Win yang malu karena ini perdana ketemu sama temen-temennya Off dan perdana bawa Bri, tunangannya, buat dikenalin ke yang lain.

“Sok iya banget, pake malu-malu.” komentar New.

Gun tidak melanjutkan, soalnya udah sibuk banget nyeret mereka buat deketan ke sofa merah tadi. Mau ngenalin ke yang lain, katanya. Niat banget emang untuk membuat genk.

————————————————

Pukul dua pagi hari, kondiri Raikan Parah. Makin malam ini party makin kacau. Yaa asik! Apalagi Genk Off jika digabungkan dengan Genk Gun juga Bri dan Singto nyatanya cocok banget!

Gak ada yang tau kalo Singto, Arm dan Alice ternyata nyambung banget kalo ngomong. Krist mulai mabok, udah ngobrol ngalur ngidul bareng Win dan Bri yang sadar jadinya ngakak banget. Gun dan Off hilang gak tau kemana, and then there’s Tay, and New.

Dua bucin yang baru netas banget, dari awal ketemu udah mepet, entah Tay yang daritadi ngelus pinggang New mulu, atau New yang entah emang efek alkohol atau sengaja doang, nyender-nyender di bahu tegapnya Tay.

“Te?” New yang daritadi sibuk mengemil kentang goreng akhirnya bersuara.

“Hm?”

“Ke Toilet yuk?”

“Hah, ngapain? Mual lo?”

“Capek gak sih makan minum dong daritadi?” tanya New sambil menunjuk kentang gorengnya dan jejeran alkohol diatas meja.

Tay mengernyit, “Capek? Mabok ya lo?”

New menggeleng, ternyata orangnya sadar banget. “Gak mau makan yang lain, gitu? Makan gue contohnya.”

“Hah? New?”

Gila. Tay Tawan Vihokratana udah mau gila. Saat dia menoleh, ternyata New udah senyum senyum jahil kearahnya, sebelum bangun dan menarik tubuhnya untuk ikut melangkah ke arah Toilet.

Anjir beneran makan New Thitipoom ini mah namanya

Pengen nangis aja rasanya, ini New kesambet apa? Dikodein berhari-hari dicuekin. Gak mungkin bercanda kan?