Berantem


Siang itu Hailee berencana memberikan lunch box dan juice yang dibawanya kepada Hayden. Matahari cukup terik siang itu, beruntung jalan menuju gedung jurusan Hayden mempunyai cukup pohon yang bisa melindungi Hailee dari sinar matahari yang menyengat itu. Bersama Hayden selama beberapa bulan kebelakang ini cukup membuat Hailee hafal kebiasaan kekasihnya itu. Hailee menuju kelas Hayden sesampainya dia di Jurusan Teknik Informatika.

Merasa tidak menemukan Hayden dikelas, dia lalu bertanya kepada salah satu teman sekelas Hayden. Berdasarkan informasi yang didapatnya, Hayden saat ini berada di kantin. Tanpa menunggu lagi, Hailee beranjak menuju kantin setelah mengucapkan terimakasih kepada orang yang dia tanyai tadi.

Hailee belum sempat bertemu dengan Hayden, namun dia bergegas berbalik arah. Bermaksud untuk kembali ke kelasnya ketika tiba-tiba Marcell menabraknya. Ralat, bukan Marcell yang menabraknya, melainkan dia yang tidak melihat orang didepannya saat berbalik arah. Marcell dengan sigap meraih tangan Hailee sebelum dia jatuh karena telah bertabrakan dengannya.

“Loh, mau kemana, Lee?” Tanya Marcell.

“Hah.. Eh, mau balik, Kak,” cicit Hailee.

“Heh, lo kenapa deh? Gue mau nyamperin Hayden nih,”

“Mmm, boleh nitip ini nggak, Kak?” Tanya Hailee sambil menyerahkan goodie bag yang dibawanya tadi kepada Marcell.

“Loh, kenapa gak ikut kesana aja?”

“Eh, ini, Kak. Aku lupa kalo siang ini harus ke ruang dosen buat nemuin Bu Rere. Nitip ya, Kak. Makasih!” Bohong Hailee.

“Oh ok deh kalo gitu. Hati hati baliknya, Lee.”

Hailee menjawab hanya dengan acungan kedua jempolnya.


Dia baru berencana untuk pulang ketika mendapati notifikasi di handphonenya. Raut wajahnya berubah menjadi panik ketika dia membaca sebuah pesan masuk tadi. Tak butuh waktu lama, setelah berpamitan dengan teman-temannya dia pergi menuju parkiran fakultas dan melajukan mobilnya. Tebakannya tepat, perempuan itu sedang berbincang dengan salah satu satpam penjaga parkiran. Saat dia membunyikan klakson, perempuan itu segera berpamitan dan melangkah menuju mobilnya. Dia berniat membukakan pintu mobil disampingnya sebelum perempuan itu menggeleng, mengisyaratkan dia agar tetap duduk dibalik kemudi.

“Gue nggak mau tanya lo kenapa, tapi gue pastiin lo mau kopi. Jadi sebelum gue anter lo balik, ayo beli kopi.” Katanya tepat setelah perempuan itu duduk di sebelahnya. Iya, perempuan itu Hailee.

“Hehehe, tau aja sih. Take away aja ya. Gue belom lunch soalnya.”

“Lah, kagak kagak. Makan aja kalo gitu. Kita drive thru mcd aja. Gak ada penolakan ya, yang ada gue dimarahin banyak orang kalo ngebiarin lo minum kopi sedangkan lo belom makan.”

Hailee tertawa melihat lelaki di sebelahnya. Sudah cukup lama mereka tidak menghabiskan waktu berdua. Ketika menyadari lawan bicaranya tertawa, dia membuang muka sambil memanyunkan bibirnya persis seperti anak berusia 5 tahun, kembali fokus menatap jalanan di depannya sebelum membelokkan mobilnya menuju drive thru mcd di depan sana.