I'm Yours

Sesuai janji mereka berdua setelah ujian blok, Jevan dan Olla merencanakan untuk pergi refreshing berdua. Mereka pergi ke puncak sesuai permintaan Olla yang ingin melihat hijau-hijuan biar seger katanya. Pagi hari mereka sudah berangkat, biar bisa menghabiskan waktu seharian.

Di sepanjang perjalanan entah sudah berapa kali lagu ‘I like me better – Lauv’ berputar, tidak ada yang ingin mengganti lagu. Entah karena vibes lagu yang cocok atau entah karena liriknya yang sesuai yang dengan mereka sekarang.

“La, langitnya cerah deh”

“Iya kak cantik, views nya juga cantik”

“Iya cantik, tapi tetep kamu lebih cantik”

“Terus kak, bisaan banget”

Jevan dan Olla keduanya tertawa sekarang.

“Udah sampai cantik yuk turun”

Mereka telah sampai di suatu tempat yang sangat indah, sejuk, terdapat air terjun disana dan tempatnya sepi tidak banyak dikujungi orang. Mungkin karena ini bukan hari libur makanya tidak ada orang disana.

“Wow indah, kak Jevan kok tau tempat seindah ini”

“Ayah dulu sering ngajak kesini kalo aku lagi ngambek”

“Ngambek? Kak Jevan suka ngambek apaan ?

“Ngambek minta adek’'

“Seriously?”

“Hahahah ya engga lah, ngambek karena ayah suka sibuk La. Ayah jarang libur makanya aku suka ngambek yaudah deh dibawa jalan-jalan sama ayah ke gunung, ke sungai, pantai atau air terjun gini. Rasanya tenang La, adem aja hawanya”

Olla mengangguk setuju “Baru tau kalo kak Jevan suka ngambek, pasti lucu banget hh”

“Mana ada orang ngambek lucu, kesana yuk La” Jevan menunjuk batu besar di tepi sungai dekat air terjun. Lalu mereka duduk melihat indahnya air berjatuhan, dengan biasan cahaya pelangi di tengahnya.

“Waah enak banget disini kak, ga pernah deh aku jalan-jalan kaya gini”

“Masih banyak tempat yang kaya gini La, nanti kalo ada waktu kita kesana ya”

“Boleh kak, Kak Olla boleh turun main air ngga?”

“Boleh kok La, tapi kamu ngga bawa ganti kan? Jangan deket-deket air terjun nanti basah disini aja”

“Okay boss”

Jevan tersenyum melihat Olla main air, Olla tampak sangat bahagia yang membuat hati Jevan turut bahagia juga.

“Kak ngapain sih disitu sini dong, ada ikan lo kak”

“Oh ya?” Akhirnya Jevan turun menghampiri Olla.

Karena terlalu asik bermain air tanpa sadar jam sudah menunjukkan pukul 4 sore.

“La naik yuk udah sore, kita makan terus ketempat lain mau ngga?”

“Kemana kak?” Jevan tidak menjawab, ia naik terlebih dahulu dari air, lalu membantu Olla agar naik juga.

Mereka memasuki mobil, dan melanjutkan perjalanan, hingga matahari sudah tenggelam dan digantikan oleh rembulan Keduanya turun dari mobil, entah dimana ini Olla tidak tahu, yang ia tahu tempat ini indah. Mereka berada di dataran tinggi, ia dapat melihat lampu-lampu kota yang sangat indah, bahkan bintang-bintang dilangit terlihat begitu terang dan indah berbeda dengan langit Jakarta yang selalu tertutup kabut, udaranya sejuk.

“Waaah bagus banget kak, kakak kalo ngambek juga suka kesini?”

“Hahaha ngga, kalo ini tempat bersejarah La”

“Tempat bersejarah? Kok Olla gatau”

“Iya bersejarah, dulu ayah ngelamar bunda disini”

“Oooh, romantis” Olla mengangguk-angguk

“Mau duduk disana ngga?” Jevan menunjuk sebuah kursi panjang di depannya. Mereka berdua berjalan dan duduk dikursi itu, melihat indahnya view malam ini.

“La”

“Iya kak?”

“Lucu ngga sih kamu dulu kenapa suka remed ya? Padahal kamu pinter tuh”

“Gatau kak, aku ngerasa susah banget. Padahal ya aku sering ngga tidur buat belajar anatomi doang, eh paginya tetep remed. Terus yang nge-remed in kakak terus duh tambah malu”

“Hahaha kenapa malu?”

“Ya malu kak, masa tiap hari senin remed mulu”

“Terus lebih lucu lagi ternyata kamu adeknya Jerricho, kok bisa ya aku gatau kalo kamu adeknya Jerricho”

“Hahaha aku juga gatau kalo kakak temennya kak Jerri, tiap temennya kak Jerri main ngga ada kakak tuh”

“Semenjak kuliah udah jarang ikut nongkrong La, mungkin lebih asik nongkrong depan laptop dengan tumpukan tugas kali ya”

“Oooh iya sih pasti kakak sibuk”

“Kangen di remed sama kakak ngga La?”

“YA NGGA LAH, AMIT-AMIT SAMA REMED”

“Hahahaha, kalo remednya sama aku tetep ngga mau?” Jevan melihat Olla menggesek-gesekkan tangannya sepertinya Olla kedinginan. “La dingin ya?”

“Hmm iya lama-lama dingin ya kak”

“Tunggu ya kakak ambilin jaket di mobil”

Jevan berlalu meninggalkan Olla untuk mengambil jaket, tidak hanya jaket yang ia ambil tapi Jevan juga mengambil sebuah buket bunga mawar yang sangat cantik yang sudah ia siapkan sedari pagi.

Jevan menarik nafasnya kasar, mengumpulkan keberaniannya. Melangkah mendekati Olla, ia memakaikan jaket yang ia bawa ke tubuh Olla dari belakang. Ia tetep dibelakang Olla untuk beberapa saat, Jevan gugup menarik nafasnya berkali-kali dan menyakinkan dirinya. Lalu ia melangkahkan kakinya untuk berada di depan Olla, ia berlutut didepan Olla. Olla bingung.

“La.. jangan pernah ngerasa kamu ngerepotin aku ya, jangan pernah merasa aku terlalu baik, jangan pernah merasa kamu ngga pantas untuk aku ya, aku seneng bisa selalu ada buat kamu, La.. jangan minta aku buat jauhin kamu lagi ya?”

“La.. If you're hurting , please tell me . I don't know what it feels like , but I want to be here for you . I want to understand what you're going through . I'm on your side. I really love you . I never planned on loving you this much . Or liking you this much . But my feelings for you are absolutely insane. Sorry im falling in love with You”

“Paulla Ivander, please be mine?” Jevan memberikan bunga yang sedari tadi ia genggam.

Olla hanya diam, tidak tau harus berkata apa. Olla menarik nafasnya.

“I’m Yours” Olla menerima bunga yang Jevan bawa.

Jevan sudah tidak dapat lagi menyembunyikan senyumnya, ia berdiri melihat wajah Olla yang nampak malu-malu, ia mengecup puncak kepala Olla lalu membawanya ke dalam pelukannya. Udara puncak yang tadinya dingin kini menjadi hangat melebur bersama pelukan mereka.