write.as

gagal berduaan

suna memarkir motor vario-nya di depan pagar rumah keluarga miya.

suna turun, memungut batu kecil dari tanah, lalu ia lempar ke jendela kamar osamu di lantai 2.

setelah jendela dibuka, kepala osamu menyembul dari balik tirai, dahinya mengerut karena kesal.

“MANGGILNYA KAYAK ORANG NORMAL AJA SIH GAUSAH LEMPAR-LEMPAR BATU KALO JENDELA GUE PECAH GIMANA.”

selesai teriak-teriak, osamu langsung menutup jendela dengan kasar.

suna ketawa kecil.

5 menit kemudian, osamu keluar dari pintu depan. masih memakai baju tidur we bare bears warna abu-abu miliknya (yang sepasang sama punya atsumu yang warna kuning, waktu itu pernah mereka pakai saat study tour kelas 10).

“kirain lo lama karena ganti baju?” tanya suna, sedikit kecewa.

padahal suna sendiri sampai ganti baju sebelum kesini, meskipun nggak berlebihan dan masih terbilang kasual. cuma jeans hitam, kaos hitam polos, dan kemeja kotak-kotak warna merah yang nggak dikancing. kasual, katanya.

“jelek emang?” osamu membalas dengan pertanyaan.

“enggak,” balas suna jujur. “malah gemes sih, sebenernya.”

suna berani bersumpah kalo dia sempat menangkap pipi osamu memerah, blushing.

rin anjing...

mata suna membola begitu isi pikiran osamu terdengar di kepalanya. suna menggerutu pelan, “kok gue malah dikatain,”

membuang nafas pasrah, suna memutar, membersihkan jok motor yang bakal osamu duduki.

“ayo,” ajak suna setelah mesin motor menyala.

“bentar,” osamu mengintip ke dalam rumah. “TSUMU BURUAN SINI GUE TINGGAL NI YA.”

hati suna terbelah dua.

“bangsat...” lirihnya kecil, sambil membenturkan kepalanya ke stang motor berkali-kali. “bangsat...”