write.as

Unloved

Persetan dengan festival, Jelita dan Hisyam langsung pergi meninggalkan panggung dengan segala hiburannya itu.

Setelah lagu berakhir, Hisyam langsung menarik Jelita keluar dari kerumunan. Mobilnya ia bawa dengan kencang, tangannya tidak melepas genggaman Jelita sama sekali. Mereka membutuhkan tempat yang nyaman untuk mengobrol, dan satu-satunya tempat yang ada di kepala Hisyam hanyalah apartementnya.

Anehnya, bahkan setelah berpelukan tidak ada habisnya seperti tadi, mereka masih saling diam. Bahkan sampai mereka sudah duduk berdampingan di atas sofa seperti ini, Hisyam hanya menunduk diam sambil mengelus kaki Jelita yang berada di atas pahanya.

Jelita mengelus belakang kepala Hisyam, tepat di tempat yang terkena lemparan sepatunya tadi. “Aku salah karena gak bilang ke kamu waktu mau ketemu kak Jo,”

Hisyam hanya mengangguk kecil.

“Tapi aku akhirnya bisa selesain semuanya, Syam. Aku fikir aku bakal ngamuk marah-marah waktu akhirnya bisa berhadapan sama dia, ternyata enggak. Ternyata selama ini yang aku butuhin cuma rasa tanggung jawab dia buat minta maaf.”

Hisyam akhirnya menatap Jelita, tangannya masih bergerak mengusap kaki perempuan itu.

“Terus selama aku ngobrol sama dia aku baru sadar, aku bisa setegar itu ketemu sama dia ya karna ka—“ ucapan Jelita terpotong, Hisyam meraih tengkuknya cepat dan memagut bibir Jelita lembut. Laki laki itu menyalurkan segala rindunya, diangkatnya tangan Jelita untuk bersandar mengelilingi lehernya. Ia terus mengulum bibir Jelita, membiarkan perempuan dihadapannya ini merasakan betapa merindunya ia. Hisyam mengecup bibir bawah Jelita lembut sebelum akhirnya melepaskan pagutannya.

“I know, sayang.. i know.” ujar Hisyam sambil mengangguk pelan.

Ia menatap Jelita sendu, kedua tangannya masih memegang wajah Jelita. “Did i make you suffer?”

Jelita tersenyum, jarinya bergerak membersihkan bekas lipstick yang menempel di ujung bibir Hisyam. “Feels like a fucking hell to me.”

Hisyam menunduk, “I’m sorry… aku bener-bener gila waktu tau kamu ketemu Joel tanpa ngasih tau aku.” ia jeda sebentar. “Aku beneran mikir kamu gabakal balik lagi, Jel.”

Tarikan nafas Jelita terasa berat, wanita itu menengadah untuk menahan air matanya.

Jelita menatap Hisyam lagi, “All this time… it is my fault that i make you feel unloved.” Hisyam menggeleng, tangannya menyisir lembut surai Jelita. “Dont say it.”

perempuan itu mendekatkan tubuhnya, bersandar pada dada bidang Hisyam. “Kamu gak tau udah berapa orang ceramahin aku gara-gara masalah kita.” ujar Jelita, wajahnya cemberut.

Hisyam tertawa, “Aku juga diomelin sama semua orang.”

Jelita membalikkan kepalanya, tangannya menahan dagunya yang masih bersandar di atas dada bidang Hisyam. “Aku liat ya.. tadi kamu nerima minum dari Denandra!”

Hisyam mengecup kening Jelita cepat, “Aku tau.” ucapnya, ujung bibirnya naik membentuk seringaian jahil.

“HAH?!” Jelita langsung menegakkan badannya.

“Pertama, dia ngasih ke semua anak satu tim, tapi khusus aku dia pakein tumblr,” Hisyam jeda sebentar, memerhatikan mimik wajah Jelita yang sudah naik pitam. “Kedua, aku sengaja langsung minum di depan dia. Karna aku tau ada kamu lagi ngeliatin.”

Jelita langsung berdiri mengambil bantal sofa didekatnya, ia memukul Hisyam kencang yang membuat laki laki itu tertawa keras. Hisyam menahan pukulan tersebut dengan tangannya, menarik Jelita untuk duduk diatas pangkuannya. “Do you know that you looked fucking sexy when you get jealous?” ujarnya sambil menyeringai. “I enjoyed it a lot, thanks to you.”

Jelita menatap Hisyam, tangannya berputar melingkari leher Hisyam. “Aku cemburu, banget. Dan kamu tau kan kalo kita cemburu sama seseorang artinya apa?”

Hisyam menyeringai, tau betul arah pembicaraan Jelita. “I dont know. Tell me.”

Perempuan itu menggigit bibir bawahnya pelan, tangannya bergerak mengelus belakang leher Hisyam yang membuat laki laki itu menahan nafas.

“I love you… i fucking love you HOW CAN YOU DOUBT MY FEELINGS YOU SON OF A—“ Jelita kembali memukul dada Hisyam kesal. Wajahnya cemberut kesal melihat Hisyam yang tertawa keras menikmati pukulan demi pukulan yang ia lemparkan padanya.