wonwoo ingin mengutuk diri sendiri. lagi-lagi otak dan tubuhnya seperti punya pikiran masing-masing. kepalanya mengatakan untuk menyerah tapi kakinya justru membawanya ke sini. wonwoo menatap bangunan di depannya. wonwoo beberapa kali lewat tapi gedung FEB nggak pernah terlihat seseram ini.

tapi apa yang wonwoo harapkan dari kedatangannya ke tempat ini? apa yang akan dia lakukan apabila orang yang dicarinya mendadak muncul dari sudut sana dan menyapanya? apakah wonwoo masih bisa memasang wajah ceria dan menyapa balik dengan sama antusiasnya seperti biasa? apakah wonwoo masih bisa berpura-pura semuanya baik-baik saja?

coba kita evaluasi rencana wonwoo. mungkin isinya kira-kira begini; hai mingyu! jadi selain motret gue, ternyata lo tuh hobi motret cewek lain juga ya? nggak pakai baju lagi. sangar!

wonwoo ingin facepalm mendengar rencananya sendiri.

“siang, kak wonwoo.”

suara itu menghentikan wonwoo dari usahanya menjedotkan kepala ke dinding terdekat. dia mengangkat wajah dan mendapati sosok itu memandangnya lucu.

“jaehyun. hai.”

yang disapa hanya membenarkan posisi tas ransel di bahunya dan tersenyum, menunjukkan lesung pipinya. senyum itu mungkin terlihat manis di mata orang lain, tapi entah kenapa semua itu justru membuat wonwoo...risih.

“chat gue nggak pernah dibales nih, sombong ya,” sindir jaehyun, entah apa maksudnya. “kok di sini? tumben. jarang-jarang ada anak FK nyasar sejauh ini. nyari siapa?”

jaehyun benar, apa sih yang dia lakukan di sini? tapi jaehyun nggak bisa mendengar konflik batinnya dan melanjutkan.

“kalo nyari mingyu, anaknya lagi sembunyi,” tambah jaehyun. kepalanya mengedik ke toilet pria di seberang mereka berdiri. kalimat itu sukses menyita perhatian wonwoo.

“sembunyi? kenapa?”

senyum itu lagi. tapi kali ini lebih mirip seringai. dia menarik pundak wonwoo ke sisinya dan meletakkan satu tangan disana tanpa izin—jaehyun lebih pendek darinya selisih beberapa senti—seakan belum cukup, wajahnya tiba-tiba mendekat lalu berbisik di telinga wonwoo yang membuatnya refleks menjauh. jaehyun mengencangkan pegangan di pundaknya.

“don't be too obvious tapi coba liat cewek yang duduk disana, rambut pendek.”

wonwoo menuruti jaehyun dan melirik ke tempat yang dimaksud. benar saja. ada seorang gadis cantik berambut sebahu yang duduk bersama seorang teman. gadis itu terlihat lebih berisi dari yang lain. mereka terlihat gelisah.

“kenapa emang?” tanya wonwoo menyudahi observasinya. dia punya firasat apa yang keluar dari mulut jaehyun selanjutnya nggak akan bagus. baginya, paling tidak.

“namanya sarah. mingyu sama dia punya sejarah—one night stand,” jelas jaehyun nggak sabar pada wonwoo yang bingung. “doi baper, mingyu nggak. sekarang dia ngejar-ngejar mingyu. kasihan, kabar terakhir gue denger dia hamil.”

dan benar saja. jantung wonwoo serasa anjlok ke dasar perutnya. jaehyun akhirnya melepas pundak itu sementara wonwoo hanya bisa mematung. beginikah rasanya jadi manusia paling goblok sedunia?

“jadi? lo belum cerita tujuan lo ke sini,” jaehyun membersihkan debu imajiner di bajunya. “ada yang mau gue sampein ke mingyu? mungkin?”

wonwoo menatap jaehyun yang mengangkat alis. kakinya lemas, tapi dia nggak punya apa pun untuk dijadikan pegangan selain tali strap yang menyilang di dadanya.

“nggak. nanti gue bilang sendiri. thanks jae, gue harus balik.”

jaehyun menatap punggung wonwoo sampai dia hilang di belokan. di sebelahnya, mingyu akhirnya muncul sambil mengibas-ngibas telapak tangannya yang basah.

“lama banget sih lo? diare apa gimana?”

“sorry, nyet. eh barusan kayaknya gue denger suara kak wonwoo deh. dia ngapain ke sini? nyari gue ya?” cecar mingyu, ada harap di kalimatnya.

“nggak ada tuh. ngawur lo. bucin boleh, halu jangan,” jaehyun berbohong. dia berjalan duluan meninggalkan mingyu. ada senyum samar di wajah tampannya. mereka melewati dua gadis yang duduk di kursi lorong. keduanya bahkan tidak mengangkat kepala dan lanjut mengobrol ketika kedua pemuda itu menyapa.