write.as

Sepatu

Pertandingan sudah memasuki kuarter keempat, tatapan Jelita terfokus pada laki laki dengan nomor punggung 13 yang berakhir bermain dengan para pemain inti di lapangan. Laki laki itu berlari mengejar bola, matanya terus berusaha untuk berkomunikasi dengan rekan satu tim-nya. Bekerja sama dan berusaha mengecohkan pemain lawan. Ia merebut bola basket dengan lincah dan berakhir dengan memberikan skor kemenangan kepada tim-nya.

Jelita melompat dari tempat duduknya, begitu pula dengan penonton yang lain. “WOOOAAAAHHHHH SHOOOTTTT!!!!!!” teriaknya kencang, perempuan itu melompat gembira. “NARRRR MENANG NAR HISYAM MENAAANGGGG!!!” tangannya tak berhenti memukuli bahu Dinar.

Laki laki itu hanya mendesah pasrah dipukuli Jelita, matanya mengikuti arah pandangan Jelita yang gak selesai-selesai ngeliatin Hisyam. Perempuan itu akhirnya duduk, juri mengumumkan skor akhir pertandingan yang dimenangkan oleh FTSP dengan skor 78-70 melawan FEB. Ia berteriak senang, matanya masih terus tertuju kepada Hisyam yang sedang berjalan ke arah bangku pemain.

Hari ini Jelita sengaja gak duduk ditempat yang bisa Hisyam lihat dengan mudah, ia memilih duduk di pojok kanan atas karna jujur aja, Jelita masih takut buat berhadapan langsung dengan Hisyam.

Iya, masih tentang masalah di FTSP minggu lalu.

Beberapa penonton mulai meninggalkan lapangan pertandingan, Jelita ikut berdiri, kakinya menuruni anak tangga satu persatu sambil matanya terus menatap ke arah Hisyam yang sedang sibuk merayakan kemenangan dengan pemain lainnya. Ia tersenyum lebar, sampai senyumannya menipis ketika dilihatnya seorang perempuan mendekati Hisyam dengan botol tumblr ditangannya.

Perempuan itu, dengan segala keberaniannya menghampiri Hisyam sambil memberi minuman energi yang disiapkannya dari rumah. Jelita menghentikan langkahnya tepat di anak tangga terakhir, Dinar yang berjalan tepat dibelakangnya ikut berhenti dan mengikuti arah tatapan Jelita.

Waduh.

Lebih bikin emosinya lagi, Hisyam langsung nerima minuman tersebut tanpa pikir panjang, ia membuka botol tumblrnya dan langsung meminumnya di hadapan Denandra. Jelita mendengus, ingin rasanya ia menghampiri Hisyam namun Dinar menghalanginya, “Ntar aja Jel, ntar. Mereka baru aja menang, jangan diganggu dulu.”

•••

Hisyam berjalan keluar dari pintu masuk GOR bersama dengan rekan tim-nya, badannya terasa sangat lelah hingga kakinya tak sanggup berjalan dengan cepat. Handuk dipundak kanannya sudah bersimbah keringat, ingin rasanya ia segera mandi namun coach-nya menyuruh mereka semua untuk berkumpul terlebih dahulu sebelum ikut merayakan festival.

Dari kejauhan Hisyam dapat melihat Daren yang melambai ke arahnya, dia melambai balik sampai tiba tiba —BUG! sebuah sepatu mendarat tepat dibelakang kepala Hisyam. “Agh,” Hisyam refleks mengusap kepalanya.

Hisyam membalikkan badannya, matanya menatap sepatu yang baru saja mengenai kepalanya.

Dior.

Dan Hisyam gak perlu bingung lagi tentang siapa pemilik sepatu tersebut.

Perempuan itu menatap Hisyam dengan wajah yang sudah merah menahan amarah, jaraknya dengan Hisyam hanya terhitung 3 meter. “Lo kalo udah capek sama gue bilang sekarang, gausah kabur-kaburan mulu!” seru Jelita kesal.

Hisyam menyisir rambutnya kebelakang, ia meraih sepatu Jelita yang tergeletak di tanah dan berjalan mendekati mantan kekasihnya tersebut.

Jelita menahan nafasnya, pada setiap langkah yang Hisyam ambil ia ikut melangkah mundur, menghindari Hisyam. Sampai Hisyam tiba tiba menunduk, mengambil posisi jongkok dan menahan kaki Jelita untuk bergerak lebih jauh. Hisyam memasang sebelah sepatu Jelita, tangannya mengikat tali sepatu tersebut sampai Jelita membuka suara, “AW!” Hisyam menengadah, matanya akhirnya bertemu dengan mata perempuan yang sudah sangat dirindukannya itu. “Kekencengan ih,” Lanjut Jelita.

Hisyam melonggarkan tali sepatu Jelita sebelum berdiri, kalo gak inget dengan dirinya yang bersimbah keringat saat ini, mungkin dia sudah menghujani Jelita dengan pelukan dan ciuman di pipinya. Tapi nggak, seenggaknya Hisyam harus tampil ganteng dan wangi dulu, soalnya wanita didepannya ini lagi bener-bener keliatan cantik, banget. Alhasil yang hanya dilakukan Hisyam adalah mengacak-acak puncak kepala Jelita, senyum diwajah Hisyam tak bisa disembunyikan. “Aku mandi dulu.” ujarnya sebelum pergi meninggalkan Jelita yang mematung di tempat.