Kediaman Luffy

Sejak pagi tadi suasana di dalam rumah sudah ramai. Saudara serta sepupu luffy satu persatu mulai berdatangan. Sekiranya ada 10 anggota yang sudah berkumpul.

Jujur saja, luffy tidak terlalu akrab oleh mereka. Satu-satunya orang yang luffy kenal dekat hanya nico robin.

Jangan tanyakan keberadaan sang ayah, monkey d dragon. Sudah jelas dia tidak akan datang, luffy bahkan tidak tahu dia sedang berada dimana. Ya, setidaknya dragon mengirimkan salah satu anak buah kepercayaannya, yaitu sabo.

Luffy mengenal sabo sejak usianya remaja. Sabo lah yang sering mengambilkan rapor atau hadir di rapat orang tua, kalau-kalau sang kakek sedang berdinas di luar kota. Mereka berdua cukup dekat, sabo bahkan menganggap luffy selayaknya adik kandung sendiri.


Pintu kamar luffy terketuk dari luar. Luffy berteriak untuk masuk, dan ternyata orang yang mengetuk pintunya ialah sabo.

“Luffy?” Tegur sabo.

Luffy yang sedang sibuk membongkar isi lemari pakaian menoleh ke sumber suara.

“Sabo!” Seru luffy kaget sekaligus senang.

Lantas saja ia berlari menghampiri sabo lalu memeluk pemuda berambut pirang itu.

“Baru sampai?” Luffy bertanya setelah melepas pelukan rindunya.

“Iya, luffy.” Sabo mengangguk. “Aku kaget banget loh rufi, kamu tiba-tiba mau dilamar!” Papar sabo terus terang.

“Aku kan dijodohin, sabo.” Luffy menyeringai.

Bola mata sabo melotot terkejut. “Dijodohin?!”

“Aku pikir kamu udah tau!?”

Kepala sabo menggeleng. “Aku enggak tau.. aku cuman dikasih info kalau hari ini kamu mau di lamar, coba ceritain ke aku kronologis kenapa kamu bisa dijodohin?”

“Well...” luffy tersenyum kecut. “Aku yakin ini emang salah satu rencana jichang yang udah dari lama.”

“Kamu tau kan? Kalo aku enggak bisa buat nolak permintaan jichang? Bahkan dari dulu aku selalu nurut buat dimasukin ke sekolah yang jichang pilih.

Sabo, aku sadar kok, kalau hampir seluruh keputusan dalam hidupku tuh jichang yang pilih. Aku enggak pernah tau rasanya buat milih sesuatu... pegangan hidup aku cuman sugesti begini, “turutin apapun pilihan jichang, fy. Kamu tau dia bakal milih yang terbaik buat kamu.”

Luffy berujar dengan suara serak. Kepalanya menunduk mencoba untuk tidak menumpahkan air mata yang mati-matian ia tahan.

jangan nangis luffy, jangan nangis, jangan nangis. Ada sabo di hadapan lu.

luffy sebisa mungkin membujuk hatinya.

“Luffy?”

Luffy tidak menjawab. Kalau ia membuka mulutnya sudah dapat dipastikan air matanya akan jatuh.

“Luffy... tumpahin aja semuanya. tumpahin emosi kamu. Enggak apa, aku gak bakal bocorin ke orang lain.” Sabo membujuk luffy dengan suara yang sangat lembut.

Lalu luruh-lah air mata yang sedari tadi luffy tahan. Ia menangis dengan posisi kepala tertunduk.

Sabo yang melihatnya segera memeluk hangat tubuh luffy, tangannya mengusap lembut punggung luffy yang bergetar.

“Luffy, kamu anak berbakti paling hebat yang pernah aku kenal.” Bisik sabo mencoba untuk menenangkan hati luffy.


Setelah membasuh wajahnya agar terlihat segar, luffy duduk di kursi rias kamarnya. Ia sedang berkaca guna mengecek kondisi matanya sehabis menangis. Sabo masih berada di sini. Sibuk memilihkan pakaian untuk luffy.

“Ace mana, fy? Kok dari tadi aku enggak liat batang hidungnya?” Tanya sabo heran.

Luffy mengedikkan bahunya. “Au dah, masih tidur kali.” Jawabnya cuek.

Sabo semakin keheranan. “Loh emang dia enggak tau ini hari apa?!”

Belum sempat luffy menjawab sabo, pintu kamarnya terbuka lebar. Di sana orang yang mereka berdua bicarakan muncul.

Ace dengan langkah kesal memasuki kamar luffy.

“Lo kenapa gak bilang kalo hari ini lamarannya?!” Rutuk ace kepada luffy.

Luffy yang tengah duduk manis sambil mulai merias dirinya menjawab dengan santai.

“Gue udah bilang semalem. Lu aja yang lupa.”

“Asal lo tau fy, tadi gua turun ke dapur niat mau ngambil minum malah diketawain satu kelurahan!” Ace masih melanjutkan acara me-misuhnya.

Sabo yang sejak tadi menyimak mereka pun tertawa. “Pantes aja diketawain. Orang lu cuman pake celana boxer.”

Ace berpaling dari luffy. Menoleh ke arah suara tadi.

“SABO?!” Seru ace tidak percaya.

Tiba-tiba saja tubuh sabo sudah dipeluk oleh si pemuda berambut gondrong tersebut. Sabo pun membalas pelukannya, sambil kembali tertawa.

“Udah lama ya HAHAHAHA.”

“LAMA BANGET ANJIR. terakhir lu ke sini tuh pas wisuda luffy.”

“Maaf deh, gua beneran sibuk kerja”

“Gak dimaafin.” Ledek ace.

Sabo mencubit pelan pinggang ace. Ace mengaduh kesakitan lalu melepaskan pelukan mereka.

“Kata gua lu mending cepet-cepet mandi sebelum dihajar jichang.”

Ace lantas terburu-buru memasuki kamar mandi di dalam kamar luffy.

“LUFFY GUA NUMPANG MANDI DI SINI! KERAN KAMAR GUA LAGI ADA MASALAH.” teriak ace saat sudah berada di bilik kamar mandi.

Luffy hanya membalas dengan gumaman.

“LUFFY GUA PINJEM HANDUK LO.”

Sontak luffy segera bangkit dari duduknya. Ia mengedor pintu kamar mandi dengan brutal.

“GAK GUA IZININ!! ACE IH JANGAN PAKE HANDUK GUA!”

Sabo hanya tertawa melihat keributan yang mereka buat.