write.as

Rumah joohyun *** "Wan, tunggu" ucap joohyun sambil megang lengan wan yang mau masuk ke dalam rumah. Bogum dan Seulgi melihat ke arah mereka dengan tatapan penuh tanda tanya. "Kalian duluan aja, kita mau ngobrol bentar" lanjut hyun "Tapi joo.." "Gum, ayo temenin ugi main sudoku" ucap seulgi buru-buru, tumben ni anak bisa baca situasi "Eeh sudoku??" Seulgi langsung narik lengan bogum dan bawa dia ke dalam rumah Heran, kenapa dia ga pulang ya? Macam ga punya rumah, tiap hari mampir ke rumah joohyun. Wan menyilangkan tangannya sambil bersender di terali teras rumah. Pandangannya jauh ke arah sawah, iya depan rumah joohyun tuh sawah kalau malem jadi agak serem karena ga ada lampu. "Mau ngomong apa?" Sebenernya wan pengen menyendiri dulu, tapi nanti joohyun makin marah "Kamu kenapa sih bad mood dari tadi?" Tanya joohyun sambil mengerutkan keningnya "Ngga, aku ga bad mood" jawab wan "Ga biasanya kamu diemin aku kaya gini, wan. Ada apa?" "Aku lagi pengen sendiri aja" "Jawaban kamu ga nyambung, apa hubungannya ga bales wa dengan pengen sendiri. Kalau kamu lagi ga pengen diganggu kan tinggal bilang aja, aku pasti kasih kamu space" "...sorry" "Jujur sama aku, kamu kenapa? Sejak kemaren kamu aneh, wan" ucap joohyun dengan nada cemas "Aneh gimana?" Wan mulai defensif "Kamu kemaren sering bengong, malemnya tidur cepet terus hari ini kamu dingin banget sama aku" "Semalem kan aku udah bilang kalo lagi capek" "Wan kita udah pacaran 6 bulan, aku bisa bedain mana yg cape beneran dan mana yg cape karena kesel" "Terus menurut kamu ada yang bikin aku kesel?" "Kamu kesel sama keluarga aku?" Wan memutar bola matanya, makin kesel "Semalem aku udah bilang juga, keluarga kamu baik sama aku" "Berarti kamu keselnya sama aku?" ((Ya Tuhan, tolonggg...)) "Menurut kamu, hyun?" Joohyun tampak bingung dan berpikir keras "Aku masih ga ngerti kenapa kamu kesel sama aku, wan. Kemaren kita kan seharian bareng terus si bogum dateng..." joohyun menggigit bibirnya "kamu kesel karena aku ngobrol sama bogum?" "Hyun, aku ga akan kesel kalau cm ngobrol. Aku pun ngobrol dengan semua orang. Tapi masa sih kamu ga ngerasa kalau bogum itu nyari-nyari perhatian kamu?" "Aku...ngga ngeh" ucap joohyun pelan ((Tolonggg, ga peka banget jadi cewe)) "Aku gatau kalau disini ada bogum yang nungguin kamu karena kamu ga cerita, bahkan ayah kamu akrab banget sama dia" "Aku ga cerita karena itu ga penting wan. Aku bahkan gatau kalau mereka jadi akrab banget, memang bogum dari dulu sering main ke rumah dan ngobrol sama ayah juga. Tapi ga ada apa-apa kok cuma ngobrol" "Kamu ga pernah bilang sama aku kalau ayah kamu pernah nyuruh kamu jadian sama dia" "...Kamu tahu darimana?" "Ugi" jawab seungwan singkat Joohyun menghela napas "itu udah lama banget wan, waktu aku masih SMA. Tapi aku tolak karena aku ga ada rasa sama dia. Aku pikir ini juga ga penting karena aku dan dia ga pernah jadian" "Ini penting buat aku karena aku kan lagi berusaha meluluhkan hati ayah kamu, Hyun. Kamu paham ga sih gimana perasaan aku saat ngeliat orang tua kamu akrab sama cowo lain dan kamu juga keliatan akrab sama dia" "Tapi pacar aku kan kamu, wan" "Untuk saat ini memang iya" jawab wan "tapi kalau orang tua kamu ga setuju dengan hubungan kita, aku bisa apa?" "Orang tua aku pasti setuju sama hubungan kita wan" "Kamu tahu darimana hyun? Apa kamu sempat ngobrol dengan ayah kamu tentang kita??" Joohyun terdiam. Dia memang belum sempat ngobrol lebih lanjut dengan orang tuanya, karena bogum datang dan langsung mengajak mereka main. Hari pertama di bandung, bogum ngobrol dengan orang tuanya sampai malam. Hari kedua/hari ini mereka ke art market, singkat cerita Hyun belum menemukan momen yang tepat untuk cerita banyak ke orang tuanya. "Kamu belum banyak ngobrol tentang kita kan sama orang tua kamu?" tebak wan "Aku sama sekali ga nyangka bakal ada bogum disini, seandainya aku tahu dari awal mungkin aku bakal lebih siap menghadapi situasi ini" "Wan, orang tua aku pasti setuju" ulang joohyun lagi untuk meyakinkan wan "kamu ga perlu khawatir karena aku kan cintanya sama kamu" Seungwan menatap ke lantai sejenak sebelum mengangkat wajahnya untuk melihat pacarnya. "Kalau orang tua kamu ga setuju, gimana?" "Aku bakal buat mereka setuju, wan" "Hyun aku bisa ngerasain orang tua kamu lebih nyaman sama bogum, mereka baik sama aku tapi mereka lebih suka bogum buat kamu" "Kok kamu bisa bilang gitu?" Tanya joohyun "memang ayah ada ngomong apa ke kamu?" "Ayah kamu ga ngomong apa-apa, tapi aku bisa lihat dari cara beliau ngomong dan dari gesture tubuhnya. Kalau kamu perhatian, kamu pasti ngeh kalau ayah kamu ga pernah mandang mata aku waktu lagi ngobrol" Joohyun terdiam lagi. Memang ayahnya kalau suka sama seseorang pasti kelihatan dari gerak-geriknya karena beliau cukup ekspresif pun sebaliknya kalau tidak suka sama seseorang juga akan kelihatan. "Tapi bukan berarti ayah aku prefer bogum, beliau hanya belum kenal kamu lebih dalam, wan" "Gimana mau mengenal aku lebih dalam kalau bogum terus muncul diantara kami?" Wan menarik napas "Aku paham ayah kamu pasti khawatir karena putrinya pacaran dengan orang yang ga dikenal cuma aku ngerasa tidak ada kesempatan untuk membuktikan diri" "Wan..." "Hyun, sebelum kita balik ke yogya. Aku bakal minta restu buat pacaran sama kamu, kalau ayah kamu ga merestui...maaf sepertinya hubungan kita cuma sampai disini" Joohyun sontak kaget dengan kata-kata wan. Bagai disambar petir (padahal ga hujan), perkataan wan begitu menyakiti hatinya. "Wan kamu..kamu ga serius kan?" Seungwan menutup matanya sejenak untuk berpikir ulang "aku serius, restu orang tua kamu penting buat aku" Dia menatap hyun dalam-dalam "aku gamau menjalani hubungan backstreet sama kamu" "Wan! Kalaupun ayah aku ga setuju sekarang bukan berarti di masa depan beliau ga akan setuju!" Joohyun mulai frustrasi "kita masih punya banyak waktu buat meyakinkan beliau, dan backstreet? Kenapa backstreet? Beliau tau kok kamu pacar aku" "Hyun" ulang seungwan lagi "kalau ayah kamu ga setuju saat aku minta ijin beliau nanti, maaf, aku ga bisa pacaran sama kamu dengan kata lain kita harus putus" "Putus?" Tanya joohyun dengan nada suara tercekat "putus kata kamu??" "Maaf, aku gabisa jalan tanpa restu orang tua. Aku cinta sama kamu tapi aku gamau menyakiti hati orang tua kamu" "Tapi kamu menyakiti hati aku wan?!!" Ucap joohyun sambil nahan tangis "kamu sadar ga sih dengan apa yang barusan kamu bilang??" "...maafin aku" "Kalau kamu beneran cinta sama aku, kamu bakal perjuangin aku! Dan aku pun sudah bilang bakal ngeyakinin ayah aku kan? kenapa kamu semudah itu menyerah??" Giliran seungwan yang terdiam. Sejujurnya dia ingin berjuang, tapi melihat bogum dia merasa tidak ada apa-apanya. Dia jauh di yogya dan bogum di bandung, dia bisa apa untuk merebut hati ayah joohyun? Semalaman dia tidak bisa tidur memikirkan cara mendekati ayahnya dan semalaman juga pikiran-pikiran negatif menghampiri dirinya. Dan ketika hari ini dia melihat joohyun dan bogum tampak serasi, hobby dan kesukaan mereka sama, membuat dia semakin merasa tidak berdaya. Dia berpikir seandainya joohyun tidak kuliah di yogya, mungkin dia akan jadian sama bogum. Seandainya joohyun tidak bertemu wan di yogya, mungkin dia akan menerima cinta bogum. Singkatnya, seungwan cemburu dan merasa kalah dari bogum. "Jawab aku wan!" "Aku...merasa ga ada apa-apanya dibandingkan bogum" "Wan, aku milih kamu bukan karena kamu orang terhebat di dunia ini. Aku milih kamu karena cuma kamu yang bisa bikin aku jatuh cinta" suara joohyun mulai bergetar "Aku pikir kamu cinta sama aku, aku ga nyangka kamu semudah ini menyerah. Nampaknya aku salah menilai kamu wan" "Aku cinta sama kamu hyun!" ucap wan, mulai merasa bersalah setelah melihat joohyun yang mulai meneteskan air matanya "Aku bakal tetep berusaha ngeyakinin ayah kamu, tapi kalau ayah kamu ga ngijinin kita pacaran, aku gamau kita backstreet" "Aku cuma gamau beliau jadi semakin kecewa sama aku. Meskipun nanti kita harus putus bukan berarti aku stop sayang sama kamu, aku bakal tetep berusaha mendekati ayah kamu tapi tanpa status pacaran. Aku akan mulai dari awal, mulai dari teman lagi sampai ayah kamu percaya sama aku" Joohyun sudah terlanjur emosi dan kecewa, tidak mau mendengar kata-kata wan lagi. Bagi dia, Seungwan tidak mau berjuang untuk dia. "Ga usah buang waktu kamu buat aku, ataupun buat ngeyakinin orang tua aku kalau kamu sendiri ga bisa percaya sama aku dan sama hubungan kita" ucap joohyun getir "kamu dengan mudahnya berpikir untuk putus tanpa mempertimbangkan soal ini sama aku, hubungan ini bukan cuma milik kamu, wan" "Hyun, bukan itu maksud aku. Aku cuma gamau kamu ada masalah dengan orang tua kamu" "Kamu bisa balik ke yogya besok" "Hyun..." "Ga usah minta restu lagi. Kita putus hari ini" ucap joohyun dingin tanpa menunggu jawaban wan, dia langsung balik badan masuk ke rumah (sambil menangis) "Joohyun!" Seungwan kaget, ga nyangka akan berakhir seperti ini. Dia bahkan belum sempat minta restu ke ayahnya. Apakah memang harus berakhir seperti ini? Tubuh wan jadi lemas, dia merasa baru saja melakukan kesalahan bodoh karena perasaan insecure yang berlebihan. Bodoh banget kamu, seungwan. Ucapnya dalam hati. *** Makan malam dengan keluarga joohyun diwarnai dengan perasaan tegang dan bersalah. Joohyun tidak ikutan makan malam dengan alasan pusing. Ayah joohyun banyak mengobrol dengan bogum (yang somehow masih betah di rumah joohyun) dan tercetuslah ide untuk mancing bersama di suatu sungai yang sedang viral. Seulgi menyenggol tangan wan, dia tidak sadar kalau ayah joohyun sedang bertanya ke dia. "Eh? Iya Om?" "Kamu bisa mancing? Besok saya, seulgi dan joohyun akan pergi mancing dengan bogum" "Bisa om" jawan seungwan pelan "Oke besok kita jalan jam sembilan, peralatan mancing disiapkan bogum" kata ayah hyun sambil menepuk pundak bogum "Siap om" jawab bogum dengan nada bahagia Seungwan cuma bisa menghela napas dan pikirannya kembali lagi ke pacarnya. Joohyun memang bilang putus tapi bukan berarti seungwan setuju. Selesai makan malam, dia kirim sebuah pesan ke joohyun, pesan itu dibaca namun tidak dijawab. Seungwan cuma bisa berharap, keadaan akan membaik sebelum mereka kembali ke yogya. Dia sadar sudah menyakiti hati joohyun, karena itu dia akan berusaha memperbaiki kesalahannya.