Sorak Sorai. (Karin dan segala kegemasannya.)

Kini Karin merasa kesal sendiri, setiap kali ia duduk mendekat Wilga selalu bergeser menjauhi dirinya sejak tadi pun Wilga menanggapi Karin dengan jawaban singkat. Kini wajahnya di tekuk ia merasa diabaikan oleh kekasihnya, saat pulang dari kampus Wilga bersikap tak seperti biasanya, aneh.

“Sayang..” Panggil pelan Karin, yang hanya dijawab dengan deheman dari Wilga.

Wilga menoleh sekilas, lalu fokusnya kembali ke arah tv yang tengah menayangkan serial kartun kesukaan Wilga. “Hum?”

“Ishhhh nyebelin banget emang ya lo.” Tangan Karin bergerak mengambil bantal lalu memukul Wilga dengan keras karena sudah sangat kesal dengan kekasihnya, Karin terus memukuli Wilga dengan seluruh tenaga dalamnya.

“Sakit, Karin. Kamu apa-apaan sih kok tiba-tiba mukul gak jelas gini.” Wilga berusaha menghindar tapi tubuh malah terpojok pada ujung sofa, sementara Karin terus memukulnya dengan brutal.

“Lo yang kenapa monyet, sehabis pulang dari kampus lo diemin gue. Ngeselin, ngeselin, ngeselin.” Karin terus memukuli Wilga dengan bantal, mulutnya tak berhenti mengumpat.

Wilga tak mengerti kenapa kekasihnya tiba-tiba memukulnya, padahal dia tidak merasa melakukan kesalahan. Wilga diam sedari pulang kampus karena ia merasa canggung dengan Karin terlebih ia mengingat pesan terakhir dari Karin tadi.

Dengan sekuat tenaga Wilga berusaha menghentikan pukulan Karin, ia menarik pinggul kekasihnya lalu membalikan tubuh gadis itu hingga tubuhnya terpojok pada ujung sofa. Sementara kedua tangannya dicengkram oleh Wilga.

“Kamu kenapa sih Rin? Aku ada salah ya bilang jangan tiba-tiba aggressive kayak gini, dipikir gak sakit apa kamu mukulnya brutal banget.” Tanya Wilga, ia menahan tubuh Karin dengan tubuhnya yang berada diatas tubuh sang kekasih. Posisi yang sangat ambigu jika ada orang yang melihat mereka di posisinya sekarang pasti akan memikirkan hal yang tidak-tidak.

Karin terisak pelan, sepertinya akhir-akhir ini Karin sedang sensitif gampang sekali menangis dan itu membuat Wilga kelabakan dan langsung melepaskan tangan Karin. Takut ia menyakiti lengan kekasihnya hingga membuat Karin menangis.

“Kamu yang kenapa, dari tadi diemin aku. Kalau aku ada salah bilang sama aku Wilga, jangan diem. Aku gak suka.” Karin memukul dada Wilga dengan kedua tangannya.

Wilga merasa bodoh karena sudah mendiamkan Karin dengan alasan canggung, sekaligus gemas melihat kekasihnya yang kesal hingga menangis dan wajahnya terlihat begitu menggemaskan di mata Wilga.

“Aku deketin kamu, terus kamunya ngejauh, aku tanya kamu cuman jawab seadanya, kamu yang kenapa? Kalau aku salah, jangan diemin aku Wilga... Hiks.” Oceh Karin, gadis itu masih terisak.

Wilga hanya terdiam kedua sudut bibirnya terangkat menampilkan senyuman gemas, bibir Karin menggemaskan ketika gadis itu tengah mengoceh.

“Tuh kan kamu malah diem aja, Wilga jawab. Aku salah ap—mph.” Perkataan Karin terpotong karena ciuman mendadak dari Wilga.

Wilga dibuat gemas sendiri dan tak tahan untuk tidak mengecup bibir ranum sang kekasih yang terlihat menggoda ketika ia sedang berbicara, wajahnya mendekat bibir Wilga menempel tepat di bibir Karin membuat gadis itu langsung berhenti berbicara. Kedua matanya mengerjap karena terkejut dengan tindakan Wilga yang tiba-tiba mengecupnya.

“Udah ngomelnya? Aku minta maaf, jujur aku diemin kamu karna aku canggung gegara kejadian yang semalam. Aku minta maaf, ya? Jangan nangis lagi.” Wilga menatap wajah Karin yang semakin memerah, menyeka air matanya.

Karin menjawab dengan anggukan pelan, “Huum.. asal jangan diemin aku lagi kayak tadi, aku gak suka.” Ucap Karin dengan kedua netranya masih berkaca-kaca.

“Iyaa, iyaa. Gemes banget sih kamu.” Saking gemasnya Wilga mendaratkan kecupan di seluruh wajah Karin terakhir kecupan itu mendarat di bibir ranum sang kekasih.

Karin pun tak merasa keberatan dengan itu malah ia ingin lebih dari sekedar kecupan singkat, kini tangannya bergerak lembut mengusap leher Wilga lalu naik mengalung di leher tegas milik kekasihnya. Wilga seakan dihipnotis oleh tatapan sayu Karin, pikiran Wilga saat ini hanya dipenuhi dengan bibir Karin yang begitu menggodanya ditambah aroma tubuh Karin yang membuat Wilga frustasi ingin segera memagut bibir ranum itu.

Perlahan dan pasti wajah Wilga mendekat sementara tangan Karin menarik tengkuk kekasihnya pelan, Karin merasa deru nafas hangat milik Wilga mengenai wajahnya, bibir mereka semakin mendekat hanya beberapa senti lalu netra keduanya terpejam menunggu di detik selanjutnya bibir mereka yang akan menempel.

“Gue kira gak masuk kuliah karena sakit parah, oh jadi gegara sakit pecah telor ya, Rin?” 

“Anjir si Wiltot udah jauh sekarang mainnya, Jek foto cepet bukti nyata nih.” Ujar Jaysa.

Wilga dan Karin tentu terkejut saat mendengar suara Gista dan teman-temannya, Karin langsung mendorong tubuh Wilga membuat lelaki itu tersungkur ke atas lantai. 

“Awwh... Sakit, Rin.” Wilga meringis karena pantatnya lebih dulu jatuh ke atas lantai lalu Wilga mengusap pantatnya pelan.

Karin mengambil bantal lalu melemparkan bantal tersebut ke arah teman-temannya.

“Bacot lo pada, pecah telor pala lo kotak. Orang gue sama Wilga gak ngapa-ngapain.” Ketus Karin, gadis itu langsung mengubah posisinya menjadi duduk seperti awal wajahnya memerah tapi berusaha menampilkan raut wajah kesal.

“Iya gak ngapa-ngapain cuman lagi silaturahmi bibir aja ya gak guys?” Celetuk Winona yang langsung diangguki yang lain.

“Mana mata gue ternodai banget sama adegan tak senonoh lo sore-sore begini.” Gista menimpali ucapan Winona.

“Lagian gak sopan banget masuk rumah orang tuh ketuk pintu dulu, bukan nyelonong gitu aja.” Ucap Karin sinis menatap satu persatu teman-temannya.

“Yaelah kak tadi kita berlima udah ketuk pintu, gak ada yang nyaut juga. Taunya lagi pada kisseu-kisseu tuan rumahnya.” Jawab Jaysa sembari membantu Wilga untuk bangun.

“Iya kak tadi aku sama yang lain udah ketuk pintu dulu kok, eh ternyata kak Karin nya lagi ciuman sama Wilga makannya gak kedengeran kali.” Goda Nindy, sementara wajah Karin kini sudah merah seperti tomat karna teman-temannya memergoki dirinya dan Wilga hampir berciuman.

Wilga jangan ditanya, wajahnya tak berbeda jauh dengan Karin yang sudah memerah. Terlebih Jaysa dan Jeki terus menggoda Wilga. Rasanya Wilga ingin pergi ke belahan dunia lain karena rasa malunya begitu besar. Wilga hanya bisa terdiam, ia bingung harus mengatakan apa karena sudah tertangkap basah oleh temannya dan teman Karin.

“Wil, gimana rasanya ciuman? Anjir temen kita udah dewasa Jay.” Ucap Jeki pada Jaysa di bersamaan dengan gelak tawa keduanya.

“Sensi amat sih Rin, kayak abis digerebek lagi zina aja lo. Santai aja kali sama kita mah, gak usah malu-malu. Lagian tadi kita mau nengokin lo, yaudah gih lanjut lagi deh ciumannya. Kita disini cuman mau numpang makan.” Ujar Gista, gadis itu berlalu begitu saja ke arah dapur diikuti dengan Winona dan Nindy di belakangnya persis seperti anak ayam yang mengikuti induknya.

Sementara Jaysa dan Jeki duduk di sofa diikuti Wilga yang lebih memilih duduk diatas karpet, Karin menyadari bahwa kekasihnya tidak banyak bicara sejak tadi.

“Wil lu bawa gitar gak? Asik nih sambil ngemil sore gini gitaran.” Tanya Jaysa pada Wilga.

“Ada di mobil, kemarin gua bawa ke Bandung soalnya. Nih kunci mobilnya, lu ambil sendiri aja Jay.” Wilga melemparkan kunci mobilnya ke arah Jaysa yang langsung ditangkap oleh temannya itu.

Jaysa beranjak bangun lalu berjalan keluar untuk mengambil gitar milik Wilga, tersisa Jeki, Wilga dan Karin diruang tv. Karna Jeki yang merasa tak enak mengganggu pasangan kekasih ini, lelaki itu berinisiatif menyusul ketiga gadis yang terlihat tengah mengacak-ngacak dapur Karin.

“Kak gua haus, minta minum yak. Sekalian makan dah sabi sih.” Jeki langsung berjalan ke arah dapur menyusul Gista, Winona dan Nindy.

Kelima teman Karin dan Wilga memang sudah terbiasa menganggap rumah Karin seperti rumah mereka sendiri, memang tidak tahu diri sekali teman-temannya itu. Sudah mengganggu waktu berdua Karin bersama Wilga, dengan tidak sopannya mereka mengacak-ngacak dapur. Karin hanya bisa menghela nafas lalu ia turun dari sofa ikut duduk disamping kekasihnya.

“Sayang.. pasti sakit banget ya tadi? Maafin aku ya, tadi aku reflek dorong kamu. Habisnya mereka tiba-tiba banget datangnya, terus tadi juga aku udah mukul kamu. Aku beneran minta maaf.” Ucap Karin penuh khawatir, matanya kembali berkaca-kaca karena merasa bersalah kepada Wilga.

Wilga tersenyum manis ke arah Karin, sebelah tangannya bergerak menggenggam tangan kekasihnya. Ditatap jari Karin yang terbalut plester, lalu pandangannya kini jatuh pada iris hazel indah milik Karin. “Aku gak apa-apa, sayang. Udah jangan nangis nanti temen-temen kamu lihat kalau ternyata Katherine Gladyna Hermawan aslinya cengeng.”

“Ish, iya deh gak nangis. Aku khawatir tau.” Wilga terkekeh melihat bibir Karin yang mengerucut gemas, lelaki itu melirik kearah sekitar sepertinya teman-temannya sibuk di dapur. Wilga mendekatkan wajahnya lalu mencuri kecupan singkat di bibir Karin. Sementara yang dicium tersenyum senang, Karin memperhatikan Wilga yang terus mengecupi tangannya dengan lembut. Perasaannya kembali menghangat, keduanya seakan tak peduli dengan sekitar fokus pada dunia mereka berdua.