cw// fight, blood
Kekompakan mereka berenam sudah tidak perlu diragukan lagi; terutama berkaitan dengan baku-hantam seperti ini. Secara otomatis, mereka akan berkelompok menjadi 3, Jeno – Winter, Shuhua – Mark dan Ryujin – Jaemin.
Baru kali ini Karina melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Winter mulai melompat, memukul dan menendang lawannya. Sebelumnya dia hanya melihat Winter memukuli lawan yang tidak membalas.
“Winter...” Karina berbisik lemah melihat kekasihnya yang barusan menerima pukulan di wajahnya, namun langsung bangkit berdiri dan menarik lengan lawannya lalu memberikan bantingan depan yang keras.
“Pacar lo jago beneran ya. Gue selama ini cuma tahu rumor kalo lo punya pacar jago berantem,” kata Kevin sambil memperhatikan Winter dan Jeno yang cukup merepotkan lawannya karena mereka kuat dan cepat.
“Gue pun, baru tahu dia berantem beneran sekarang,” jawab Karina
“Rin, gue minta maaf ya,” kata Yuqi tiba-tiba, “Gue tahu lo pasti kesel banget sama gue karena udah bantuin Rei dan bikin lo sampai kaya gini.”
Karina hanya diam dan melihat ke arah Yuqi
“Gue gamau bahas itu sekarang,” kata Karina pelan, mengubah perhatiannya ke Winter yang barusan menendang kepala lawannya dibantu Jeno. Kekompakan dua orang itu memang sudah tidak perlu diragukan.
***
Jaemin menghantam cowok yang tingginya hampir dua kali dirinya dengan sikunya. Walaupun demikian, cowok itu terlihat tidak sadar sepenuhnya.
“Mabok apa ya dia,” bisik Ryujin, mundur sejenak karena yang mereka hadapi sudah terkapar dan masih berusaha untuk berdiri.
“Eh lo uda chat Ning belom?”
“Anjir belom,” Ryujin mengambil hpnya dan membuat dirinya tidak awas dengan sekitar
“Awas!” teriak Mark ketika ada yang mencoba memukul Ryujin dengan kayu. Karena sedikit terlambat menyadari, kayu itu mengenai kepala bagian atas dengan keras.
“Ryujin!” Jaemin menahan tubuh temannya agar tidak membentur lantai.
“Anjing sakit,” Ryujin memegang kepalanya yang berdarah, “Gue uda kirim.”
“Lo bisa berdiri ga?” belum sempat Jaemin membantu Ryujin berdiri, datang lagi preman geng Dominic yang akan memukul Jaemin. Beruntung Winter dengan cepat menendangnya dengan lutut sehingga membuat preman itu terjatuh.
“Thanks,” Jaemin membantu Ryujin berdiri, “Kena kepala nih.”
“Ati-ati,” kata Winter sebelum memasang kuda-kuda kembali, “Mereka sebenarnya uda kena pukulan banyak tapi kok masih bisa bangkit lagi ya?”
“Obat,” Jeno mendekat dan memasang kuda-kuda juga, bersiap jika ada yang menyerang, “Gue liat tadi ada yang nyuntikin sesuatu ke lengannya.”
“Anjir serem,” Jaemin mendesis. Tiba-tiba, salah satu dari mereka mendorong tumpukan rongsokan yang membuatnya terjatuh dan hampir menimpa Mark dan Shuhua yang berada di sisi kiri gudang.
Debu dari reruntuhan rongsokan membuat pandangan mereka tertutup debu. Jeno terhenyak setelah mendengar teriakan dari Yuqi, sepertinya mereka mengincar tiga anak yang lemah itu.
“Bangsat!” Winter melompati reruntuhan, tidak peduli lengannya tergores pinggiran atap besi yang berada di rongsokan itu.
“Jin lo jalan pelan-pelan aja,” kata Jaemin sambil menyusul Jeno yang juga menuju ke pusat suara.
“Brengsek!” Winter melompat ke arah satu preman bertubuh bongsor yang barusan memukul Yuqi. Preman bongsor itu mendekat ke arah Karina dan terlihat akan menariknya. Namun Winter masih lebih cepat untuk memukul dagunya.
“Cuih,” preman bongsor itu meludah dan tetap berjalan sempoyongan ke arah Karina. Winter tahu ini tidak beres, sehingga dia menarik Karina ke pelukannya. Namun gerakan itu justru membuat Winter terhuyung dan si preman bongsor melihat kesempatan itu untuk menendang punggung Winter. Gadis itu terjungkal ke depan sambil memeluk kekasihnya.
“Winter!” Karina berteriak karena tendangan barusan terdengar sangat keras. Belum sempat Winter membalas, datang satu preman lagi yang menendang punggung Winter sampai dia terbatuk. Tidak hanya itu, preman bongsor juga memberikan tendangan kerasnya, membuat Winter terbatuk dengan darah keluar dari mulutnya.
“Winter...” Karina mulai menangis ketika Winter justru mengeratkan pelukannya di tengah hantaman di punggungnya.
“Minggir bangsat!” pukulan keras dilayangkan oleh Jeno dari samping, ditambah dengan sabetan folding rod dari Kevin; Winter tadi melemparkan miliknya untuk Kevin gunakan.
“Win, lo gapapa?” Jeno berusaha membantu Winter berdiri, “Anjing orang-orang ini kaya ga punya rasa sakit.”
“HAHAHAHAHAHA,” tawa Dominic terdengar, “Gimana? Sudah lelah semuanya?”
Keempat sahabat dan Yuqi beringsut berkumpul, mereka kelelahan. Terlihat dari nafas mereka yang mulai tersengal. Yang mengherankan, keenam geng Winter dan Kevin tadi sudah cukup memberikan serangan yang mematikan. Beberapa kali dari preman-preman itu sudah terpelanting dan mengaduh kesakitan. Namun tidak lama kemudian, mereka bergerak lagi seperti zombie yang memiliki kekuatan.
“Jangan bergerak!” tiba-tiba terdengar teriakan yang lantang, disusul dengan suara derap langkah kaki. Sekelompok polisi bersenjata lengkap dengan tameng huru-hara mengepung mereka.
“Jatuhkan senjata dan serahkan diri kalian semua!”
Geng Winter dan Kevin meletakkan folding rod yang mereka pegang dan mengangkat tangan mereka. Namun berbeda dengan preman-preman itu yang justru menatap nyalang pada polisi itu.
“Tolol,” Dominic mendesis dan mengeluarkan pisau lipat dari sakunya. Tidak ada yang memperhatikan karena semua fokus pada gerombolan preman yang masih memasang kuda-kuda untuk menyerang. Dengan cepat, Dominic berlari ke arah Winter sambil menghunus pisaunya. Karina yang sudah menyadarinya menarik lengan Winter agar terhindar. Tapi justru pisau itu menusuk perutnya.
“Karina!” Winter terkejut mendapati kekasihnya tertusuk pisau dan mulai jatuh lemas. Jeno dan Mark langsung menindih Dominic agar dia tidak bergerak lagi. Mendapati kejadian itu, pemimpin regu penyergapan langsung meminta agar para preman dikepung. Winter masih bisa mendengar suara komandan itu meminta bantuan ambulan untuk segera datang di tengah kekacauan pengepungan para preman.
“Karina... Karina...” Winter tidak bisa lagi menahan getaran di suaranya.
“Winter,” Karina menyentuh pipi Winter dengan tangannya yang berlumuran darah.
“Tahan Karina, lo jangan sampe pingsan,” Shuhua menahan bagian kaki Karina agar darah tidak terus mengucur sambil membiarkan pisau menancap agar tidak membuat lukanya menyembur.
“Ambulan akan segera datang,” pemimpin regu penyergapan mendekati mereka, “Kalian juga akan diobati.”
“Terimakasih, Om,” jawab Ryujin sambil memegangi kepalanya yang masih berdenyut, “Beliau bokapnya Yeji.”
“Nanti kita ngobrol lagi ya,” kata Komandan Hwang. Mendengar sirene ambulan, dia langsung meminta pasukannya membuka jalan karena ada yang terluka parah.
“Kamu bakalan selamat. Kamu gapapa, Sayang,” bisik Winter terus menerus sambil memeluk tubuh Karina erat.