Forty Three
“Kocak banget sumpah,” Reinhart tertawa pelan setelah melihat linimasanya. Kerja kelompok mereka hari ini sudah selesai dan mereka memutuskan untuk ngobrol sebentar selagi waktu masih sore.
“Apaan?” Yuqi, sahabat dekat Rei sejak awal kuliah mendekatkan diri
“Ini, pacar lo kan?” Reinhart menunjukkan handphonenya pada Karina yang duduk di seberangnya, “Rame tuh di base kampus.”
“Oh,” Karina berusaha menahan kekagetannya, pasalnya Winter tidak bilang apa-apa dan hanya mengatakan sedang dalam perjalanan menjemputnya, “Gue baru tau juga.”
“Emang suka gitu ya Winter, cool banget,” Seola, teman kelompok Karina yang lain tiba-tiba ikut dalam pembicaraan. Sebenarnya masih ada satu orang lagi, namun dia izin duluan karena harus membantu menjaga toko ibunya.
“Seola kenal ya sama pacarnya Karina?” tanya Yuqi
“Kenal sih, tapi paling dia lupa,” Seola terkekeh, sering ketemu di acara-acara keluarga, ga nyangka dia ambil kuliah di kota ini.”
Karina hanya terdiam, entah kenapa fakta bahwa Seola pernah bertemu dengan Winter di luar sepengetahuannya, cukup menganggu pikirannya.
“Gue juga beberapa kali ketemu di mabes tuh,” sahut Reinhart, “Denger-denger dia nge-drift juga ya? Gue denger dia deket sama Chenle.”
“Iya, Chenle temen SMA gue juga,” jawab Karina pelan, dia sungguh tidak nyaman dengan obrolan ini.
“Next level banget sirkel dia,” Yuqi kembali memanaskan obrolan, “Susah disenggol, mana keluarga dia kan termasuk 10 konglomerat terkaya di negara ini.”
Pembicaraan mengenai status dan posisi keluarga Winter selalu menjadi beban bagi Karina. Rasanya selalu sesak; seakan diingatkan bahwa dia tidak selevel dengan kekasihnya itu.
“Beruntung ya kamu, Rin. Bisa dapet Winter,” kata Seola sambil tersenyum.
Untung saja suasana yang menekan Karina tersebut bisa berakhir dengan pesan dari Winter yang mengatakan dia sudah di pertigaan dekat perpustakaan FK, membuat Karina meminta izin segera untuk pulang.