write.as

Tangisan Seorang Donatur

Sudah 3 hari sejak Meghantara pingsan, akhirnya sore ini laki-laki kelahiran 1996 ini membuka matanya kembali diikuti jari jemarinya dengan perlahan.

Sahabatnya,Hari, ketika melihat pergerakan tangan dari Tara, ia langsung bergegas keluar kamar dan mencari dokter yang sedang berjaga.

“Dokter!!! Tolong dok! Teman saya sudah sadarkan diri!!” Hari keluar dari ruangan ICU memanggil dokter di Lorong ICU yang baru saja keluar dari ruangan pasien lain.

Dokter yang melihat hari berteriak ditengah Lorong, langsung memasuki Ruang ICU guna mengecheck keadaan Tara. Proses berlangsung selama 30 menit untuk memastikan bahwa Tara benar benar sadar.

Setelah memastikan bahwa Pria ini baik baik saja, dokter meninggalkan ruangan ICU yang dipenuhi oleh 3 pemuda, Genk Kesatria Malam dan Mamah Tara.

“Tar…” Hari masuk kedalam ruangan berkaca itu lengkap dengan APD khusus pengunjung.

“Har, t-tiara mana?” Tara dengan perlahan memegang tangan Hari

“Ehm… Dia baik baik aja. Gue coba gantiin lo ngajar dia, tapi di block. Udah sih, dia ada kita kita. Yang penting lo sadarin diri dulu, sembuh. Udah. Itu aja yang kita harus fokusin ya.” Hari menggenggam tangan sahabatnya yang terbaring lemas di kasur ICU.

Setelah mengetahui gadis kesayangannya baik baik saja, Meghantara Prakasa kembali memejamkan matanya dan melepas genggaman eratnya dari tangan Hari.

“TAR! JANGAN TIDUR LAGI!” Hari memegang Pundak sahabatnya lantaran panik jika Tara akan tidur lama kembali.

“t-tenang. Gue Cuma mau tidur aja. N-nanti gue minta hp gue ya. Mau ngabarin Tiara.”

“Iya, asal lo jangan tidur 3 hari ya.” Ucapan Hari membuat senyuman kecil diwajah Tara.

Tara kembali tertidur karena ia harus beristirahat banyak. Hari keluar ruangan tersebut dan mendekati teman temannya yang mellihat Sahabatnya yang sedang tertidur dari luar Kaca Pembatas.

“Ren, hp nya Tara. Diam mau ngechat bocilnya.” Hari mengulurkan tangannya untuk mengambil Hp milik tara yang tersimpan di kantong celana Daren.

“Mau sampe kapan ini anak gadikasih tau? gue greget. Pacarnya lagi berjuang hidup tapi dia sendiri Taunya Tara keluar kota. Mana 3 hari lagi Tara ulang tahun.” Daren memberikan hp kepada Hari

“Ren, lo tau, tuh bocah lagi fokus mau UN. Kita serahin ke Tara aja. Kalau menurut Tara ini yang terbaik, yaudah. Lo tau Tara kan keras kepala. Kita bisa apa?” Revin menatap Daren dengan tatapan yang sangat serius kali ini.

“Kita bisa apa? Gue bakal ngasih tau!” Daren Nampak kesal lantaran sahabatnya sedang berjuang mati matian melawan penyakit ganasnya, namun kekasih dari pria ini tidak tau apa apa.

“Gimana kalau kita telat ngasih tau!? Gimana kalau Tara lewat kali ini!? Lo pada mikir ga sih!? Gue gamau sahabat gue pergi! Gue mau tua bareng sama dia, gue mau bangun bisnis sama dia, gue mau dia ada disamping kita sampai tua!” Daren membentak Revin dengan air mata yang keluar di pipinya. Iya, kali ini pria yang dikenal sebagai donator genk ini baru saja meneteskan air matanya.

Tara adalah orang yang sangat berharga bagi Daren. Jika sosok ini menghilang dan pergi meninggalkan dia,Dia tidak tau harus berbuat apa lagi. Tak lama, Hari mendekati tubuh daren dan memeluknya dengan erat.

“Kita berdoa Ren. Dia pasti sembuh. Dia pasti menua bareng kita kita. Jadi, kita harus dukung apapun keputusan dia. Kalau tuhan memutuskan dia untuk pulang nantinya, kita harus siap. Scenario Tuhan gaada yang tau. Kita Cuma bisa berdoa ya. Gue ngerti perasaan lo. Gue pernah di posisi ini waktu itu. Gue sendiri, tante belum tau, kalian belum tau. Gue panik sejadi jadinya ketika menjadi orang pertama yang tau penyakit Tara. Dia bakal baik baik aja ya.” Hari memeluk daren karena ia tau perasaan yang pria ini rasakan sekarang. Dia berusaha menegarkan sahabatnya namun di lubuk hatinya paling dalam, ia sangat ingin menangis. Tapi kali ini, ia harus berusaha tegar demi sahabatnya ini.