Pulang.

Suasana bandara saat ini terlihat ramai, seperti biasanya.

Diantara banyaknya manusia yang berlalulalang, ada 2 insan manusia yang sedang menautkan tangannya di kursi tunggu, menunggu pesawat yang akan mereka tumpangi lepas landas.

“Sayang, nanti kalo udah sampai sana, kita langsung istirahat, ya?”

“Iya, Jendra. Tapi besoknya kita langsung ke pantai, yaa yaa? Aku udah ga sabar banget mau main air.”

Jendra terkekeh, merasa gemas terhadap Jenan, kekasih manisnya.

“As you wish, cantik.”

Mereka berdua akhirnya sibuk mengobrol hal-hal apapun, obrolan tanpa arah yang mampu membuat mereka berdua tertawa bersama. Itu dilakukan semata-mata untuk mengurangi rasa bosan menunggu Boarding Announcement pesawat yang akan mereka tumpangi.

“Your attention please, passengers of Garuda Indonesia on flight number JA148 to Jeju Island, South Korea. Please boarding from door A02, Thank you.” Suara dari pengeras suara menginterupsi indra pendengaran mereka.

Lantas mereka berdua segera menuju pintu A02 untuk naik ke dalam pesawat.

Setelah duduk di kursi penumpang, mereka berdua memilih untuk diam, tidak berbicara. Masing-masing dari mereka merapalkan doa di dalam hati nya.

Pesawat pun berhasil lepas landas meninggalkan bandara.

“Jendra.”

“Iya?”

“How much do you love me?”

Jendra terdiam. Pertanyaan tiba-tiba dari Jenan membuatnya bingung, karena cinta nya ke kekasihnya itu melebihi apapun.

“Kamu tau? bahkan semesta dan isinya ga cukup buat gambarin rasa cinta aku ke kamu.”

Jenan terkekeh.

“Lebayyyy deh.”

“Loh, aku serius tau.”

“Kamu ga nanya balik pertanyaan aku tadi?”

“Ngga.”

“Kenapa?”

“Karena aku tau, Jenan ku ini juga punya rasa cinta buat aku yang sama besarnya kaya cinta aku ke kamu. Iya, kan?”

Jenan lagi-lagi tertawa.

“Dih, sejak kapan kamu jadi pede banget gini?”

“Emang nya ngga gitu?”

“Ngga.” Ujar jenan sambil tertawa lebih keras.

“Ishhhh sayangg.”

“Hahahahaha, bercanda sayang. Iya, kamu bener. Rasa cinta aku sama kamu sama besarnya.”

Jendra tersenyum, sambil sekali-sekali mencuri kecupan di bibir si manis.

“Jenan, janji sama aku. Kita bakal bareng-bareng terus sampai kita sama-sama ninggalin bumi.”

“Iya, Jendra. I Promise.”

Kedua insan dimabuk cinta ini pun saling mengaitkan jari-jemari mereka. Merasakan kehangatan satu sama lain, sekaligus mencari rasa aman dari ketakutan yang sedari tadi menggangu pikiran juga hati mereka berdua.

Saat mereka berdua hanyut dalam pikirannya masing-masing, tiba-tiba saja pesawat mengalami turbulance yang sangat parah.

Seluruh penumpang yang ada di dalam pesawat panik, tidak terkecuali Jendra dan Jenan.

Pramugari mencoba menenangkan para penumpang dan juga memberikan intruksi keselamatan.

Masker oksigen di turunkan, Jenan dan Jendra langsung memakai nya dengan terburu-buru.

Suasana di dalam kabin pesawat saat ini sangat amat menegangkan, suara ricuh dan teriakan para awak kabin memenuhi indra pendengaran Jenan dan Jendra.

Mereka berdua terus menerus merapalkan doa.

Jenan melirik sekilas kearah jendala, ia melihat salah satu sayap pesawat terbakar. Dan saat itu juga, Jenan dan Jendra merasakan pergerakan menurun dari pesawat yang mereka tumpangi.

Jendra menatap Jenan, mencoba menenangkannya walaupun hasilnya nihil.

“Sayang, liat aku. Kamu tenang, ya. Kita penuhi janji terakhir kita. Janji kita bakal tutup mata sama-sama. Jangan takut, kamu ga pergi sendiri.”

Jenan makin menggenggam tangan Jendra erat. Ia sadar bahwa sebentar lagi ia dan kekasihnya akan pulang.

Ditengah-tengah kepanikan, mereka berdua saling menatap satu sama lain, lalu tersenyum.

“I love you, Jenan. Let’s make a new story after this.”

“I love you too, Jendra. And let’s do it.”

Sampai akhirnya mereka berdua menutup matanya dan benar-benar pulang ke pangkuan sang pencipta.

– End.