ymkissed

Jimin ; he made it all easy.


Setibanya di kantor sang ayah, Yoongi pun segera memasuki ruangan besar itu yang berada di lantai sepuluh dengan pemandangan yang langsung menghadap ke pusat kota.

Dua cangkir kopi panas dengan uap yang mengepul di udara melengkapi perbincangan siang itu

Tuan Min sibuk mempersiapkn beberapa berkas yang akan ia berikan kepada Yoongi.

Entah harus bagaimana lagi Yoongi bersyukur bahwa semua urusannya menjadi lebih mudah ketika ia bersama Jimin.

Dan seperti sekarang ia menjadi lebih sering meluangkan waktu untuk bertemu dengan ayah dan ibunya karena Jimin.

Hingga ia sebentar lagi akan berhasil memiliki sebuah hotel mewah di paris, tanpa banyak bicara seperti biasanya Tuan Min segera mengiyakan keinginan Yoongi.

Memberikan sebuah hotel mewau untuk Jimin sebagai hadiah ulang tahun pertama pernikahan mereka.

“Pa, Yoongi dateng kesini bukan buat minta uang.” Ucapnya

Lelaki tua itu meraih cangkirnya, meminum kopi tersebut dengan perlahan.

“Papa kasih ini bukan semata-mata manjain kamu Yoongi, but you deserve it nak.”

“Terima kasih udah mau belajar dari nol dan cari pengalaman itu ga mudah tapi kamu mau, bahkan kamu mau ambil posisi sebagai chef dulu sebelum nantinya kamu benar-benar jadi owner dari Jw Marriot.” Ucap sang ayah menatap sayang pada Yoongi

“Pa terima kasih banget sebelumnya, tapi kan ini buat hadiah juga ke Jimin. Masa pake uang papa?” Yoongi bergumam dengan perasaan tidak enaknya.

Yoongi itu anak satu-satunya dari keluarga Min dan sudah pasti ia sangat di sayangi.

“Jimin juga sekarang anak papa sama mama, lagi pula bukan pake uang papa semuanya ada uang kamu juga.” Ucapnya.

Mereka melakukan percakapan hampir tiga jam, mulai dari membicarakan pekerjaan, pembelian hotel, pembelian apartment di singapura, dan progress JW Marriott semakin stabil pendapatannya.

Yoongi memutuskan untuk pamit pulang dan menyusul Jimin.


Langkah kakinya memasuki restaurant tersebut, tempat ini terbilang cukup mewah dan romantis itulah kesan pertama yang di rasakan oleh Yoongi.

“Babe!” Jimin melambaikan tangannya pada Yoongi

“Oh hi.” Lelaki itu pun segera menghampiri ke meja yang Jimin tempati

“Hei, udah selesai makannya?” Sapa Yoongi kemudian mengecup pipi kiri Jiminnya itu.

Taehyung yang sedikit terkejut, tapi Jimin dan Hoseok nampaknya sudah terbiasa melihat sikap Yoongi yang begitu romantis dan tiba-tiba tanpa tahu tempat.

“Udah, kamu mau pesen sesuatu?” Tanya Jimin

“No thanks, i’m full.” Ucapnya

“Executive Min Yoongi of Jw Marriot Hotel Seoul, nice to meet you.” Ucap Taehyung

“Halo, nice to meet you.”

“Jangan terlalu menempeli suami saya.” Ucap Yoongi

Taehyung meliriknya malas kemudian menarik Jimin kedalam pelukannya.

“Ops! hahaha” Goda Taehyung

“Iya peluk aja sampe puas, Jimin mau saya bawa ke tokyo lima tahun takutnya kalian gabisa ketemu lagi.” Ucap Yoongi dengan santai meneguk air mineral milik Jimin

Ketiga orang itu melebarkan matanya terkejut dengan perkataan Yoongi termasuk Jimin sendiri.

“Designer park beneran mau pindah ke tokyo?” Tanya Hoseok

“Haha enggak, mau nemenin Yoongi nonton NBA sekalian mau liburan sebentar.” Jawabnya

Hoseok dan Taehyung kemudian mengehela nafasnya panjang. Sementara Yoongi hanya tertawa puas.

“You’re so annoying Yoongi jelek!” Bisik Jimin

“I’m sorry babe, ayo pulang saya beliin kamu sesuatu tapi boleh di buka kalo kita udah di tokyo.” Bisiknya

“Kamu beli apa?”

“Rahasia.”

Jimin hanya meliriknya malas, dan bahkan belum lagi ia harus memilih baju-baju apa yang akan ia bawa pergi nanti.

“Ayo pulang, kita belum packing.” Ucap Jimin

Dengan lengan yang bertautan, kepala yang bersandar pada bahu Yoongi sudah cukup memberi Jimin tempat paling nyaman di dunia ini.

I hope you will enjoying in our new chapter, they’re will being clingy each other like a bubble gum haha.

I will take care of you, Yoongi.


Setibanya di apartemen itu Yoongi di kejutkan dengan Jimin yang sedang tertidur pulas diatas sofa ruang keluarga.

Tubuh itu terlihat begitu kecil dan sangat nyaman jika di peluk dengan dekapan erat.

Yoongi berlutut untuk menatao wajah itu sebentar, dan ya rasa lelahnya sedikit memudar.

Berinisiatif untuk memindahkan Jimin ke kamar mereka tetapi saat lengannya berada diatas kepalanya Jimin pun terbangun.

“Sayang.” Gumamnya dengan pandangan yang masih sedikit kabur ia di hadapkan dengan wajah Yoongi yang begitu dekat dengannya.

“Iya sayangku.” Jawab Yoongi kemudian mengecup bibir Jimin

“Ih cium-cium aja” Protesnya lalu kemudian menepuk pelan pipi Yoongi sementara lelaki itu hanya tertawa

“Kenapa tidur disini?” Tanya Yoongi kemudian melepaskan kedua kancing diantara pergelangan tangannya dan dua kancing pada dadanya.

Entah, perasaan itu masih sama setiap kali Yoongi bersikap seperti ini di hadapannya Jimin akan mudah tersipu.

Oh ayolah bukankah mereka sudah sering melihat satu sama lain tanpa busana? tapi kenapa Jimin masih terus tersipu hanya karena dua kancing yang di lepaskan?

“Nunggu kamu Yoongi jelek! saya siapin makan ya.” Ucap Jimin kemudian pergi begitu saja demi mengalihkan pikiran kotornya.


Yoongi terus mengganggunya bahkan pria itu terus memeluk tubuh Jimin dari belakang

Tak jarang juga ia menciumi tengkuk leher putih Jimin.

“Minggir dulu saya mau cuci piring.” Gumam Jimin

Yoongi hanya semakin mengeratkan pelukannya dan yang lebih menyebalkannya adalah tangan kedua lelaki itu kini brada tepat di dadanya.

Ia benar-benr menyebalkan.

Setelah percakapan melantur dan tidak jelas kini mereka sudah kembali ke kamar dan bersiap untuk tidur.

Jimin yang sudah siap untuk beristirahat dengan kimono silk berwarna coklat ini ia masih sibuk bermain ponsel diatas kasurnya.

Hingga Yoongi kembali dari kamar mandi, memakai bathrobe putih dan rambut yang masih basah.

Ia mendekat dan duduk diantara ujung kasur, menempatkan tangannya diatas paha Jimin dan mengelusnya pelan.

“Yoongi awas!” Protesnya tidak suka jika sedang fokus ia di ganggu.

“Babe.” Panggil Yoongi

“Hm.”

“Babe?”

“Apa”

“Babe, liat sini.” Ucap Yoongi

“Apalagi Chef Min?” Jawabnya dengan sedikit lembut.

“Mau charge babe.” Ucapnya dengan wajah yang sedikit menggoda Jimin

Jimin memberikan sebuah charger ponsel pada Yoongi dan ya tentu saja bukan itu maksudnya.

“Ini, pake aja saya udah selesai ngechargenya.” Ucap Jimin tanpa menatap Yoongi sedikitpun

Kesal karena Jimin tidak memperhatikannya bahkan ia tidak menangkap maksud dari Yoongi, dengan cepat lelaki itu menciumnya.

Mempertemukan kedua bilah bibir itu dengan tergesa-gesa, dan Jimin hanya membiarkan Yoongi melakukan itu.

Mengikuti dan mengimbangi setiap ciuman lelaki itu, hingga satu tangannya menarik ikatan tali kimono itu pun terbuka.

Silk, bahan kain itu memang mudah jatuh dan licin hingga menampilkan bahu putihnya. Pada saat ciuman itu terlepas lalu tatapan keduanya terkunci dalam beberapa detik

Bibir yang merona terlihat begitu cantik, ibu jarinya meraba pipi Jimin dengan lembut.

“Katanya mau nge-charge kenapa malah ciuman.” Gumam Jimin

“Chargenya main sampe pagi haha.” Belum sempat menjawab ataupun protes Yoongi sudah kembali mencium Jimin dengan terburu-buru.

Tidak lupa membuka semua kimono yang Jimin kenakan.

Mereka kembali berciuman dengan lengan Jimin yang mengalung pada leher Yoongi

Dan begitu juga pada leher putih tersebut sudah ada beberapa tanda merah yang ia buat.

Jimin yang sudah mulai terpancing di sela-sela ciuman mereka jari-jari kecil itu perlahan membuka ikatan tali bathrobe yang masih menutupi tubuh suaminya itu.

Tubuhnya benar-benar terasa meremang ketika sentuhan jari itu mengitari dadanya dengan perlahan

Okay malam ini ia akan mengabaikan Jiyeon yang sedang menginap di kamar sebelahnya

Persetan dengan suara desahannya Jimin hanya tidak ingin menahan dirinya.

Sudah lama sejak mereka tidak melakukan ini karena Jimin yang baru saja berhasil bangkit dari keterpurukan beberapa bulan lalu karena mereka harus kehilangan bayinya.

Yoongi yang masih sibuk menciumi lehernya, Jimin dengan cepat menurunkan bathrobe itu.

Sementara di tengah lenguhannya Jimin mendapati luka memar di dada Yoongi yang sudah merah keunguan, Oh tidak itu pasti terasa sangat sakit bukan?

“Wait!” Jimin mendorong perlahan tubuh Yoongi yang berada diatasnya.

“Ini kenapa?” Tanya Jimin dengan sedikit marah

Yoongi lupa bahwa memar di tubuhnya itu karena terbentur malam itu

“Jangan bilang kamu barentem Yoongi?” Jimin yang begitu panik segera memakai bajunya kembali dan pergi mengambil sebuah kompres air dingin untuk Yoongi.

“Babe.” Yoongi menatap wajah Jimin yang sudah memerah kesal

“Tiduran.”

“Babe…”

“Dengerin saya chef Min.”

Yoongi hanya menuruti perkataan Jimin untuk kembali membaringkan tubuhnya.

Oke gagal sudah kegiatannya malam ini karena ia lupa dengan luka memarnya.

Jimin memeras kain tersebut, dengan begitu banyak es batu di dalam wadah hingga tangannya memerah karena terlalu dingin.

Ia menempelkan kain itu langsung diatas dada Yoongi, sungguh rasa dingin itu benar-benar menusuknya dan belum lagi Jimin sedikit menekan pada bagian memarnya.

“Aw babe udah! babe!” Teriak Yoongi

“Ini bukan berantem, ini kebentur steer kemarin a—aw!” Teriaknya saat Jimin semakin menekan kain tersebut

“Kamu seharusnya bilang Yoongi, kita bisa langsung ke dokter terus sekarang lukanya udah jadi kaya gini pasti sakit banget.” Gumam Jimin

Matanya berkaca-kaca Yoongi seperti ini juga pasti karena melindunginya, dan Yoongi menyadari Jimin yang hampir menangis.

Ia menarik tubuh kecil itu kedalam pelukannya dengan cepat

“Sini kamu udah kebayakan nangis dari kemarin, kasian Jiyeon lagi tidur nanti keganggu.” Yoongi mendekapnya dengan erat.

“Maaf…” Lirihnya

“It’s okay, it’s okay it’s not your fault sayangku.” Ucap Yoongi kemudian mengecup kening Jimin

Oke, tubuh dan pikiran lelahnya lebih baik untuk beristirahat saja malam ini.

Mendekap Jimin dalam pelukannya sudah cukup untuk mengobati semua rasa sakitnya.

Tomorrow will be better right? ofcourse because both of them deserve more happiness than anything.

The last meet and goodbye.


Yoongi terbangun dengan perasaan sedikit tidak tenang, ia gelisah bahkan baru bisa tertidur pada pukul empat pagi.

Cahaya mentari sudah menembus tipisnya tirai berwarna putih di kamar Jimin.

Kamar ini begitu hangat dengan nuansa putih dan coklat yang terlihat begitu cocok.

Dada bagian bawahnya terasa nyeri, ia lupa untuk melindungi dirinya sendiri pada saat ia lebih mengutamakan keselamatan Jimin tadi malam.

Bahkan untuk bergerak pun ia meringis kesakitan.

Yoongi berusaha untuk bangkit dari tempat tidur dimana Jimin sudah tidak ada di kamar, entahlah mungkin lelaki itu sedang berada di bawah.

Menuju ke kamar mandi, membuka kemeja yang ia pakai semalam betapa terkejutnya Yoongi melihat memar yang sudah berwarna merah kebiruan di bawah dadanya.

Rasa nyeri itu benar-benar sangat menyakitkan.

Suara ketukan dari luar kamar mandi membuat Yoongi terkejut dan segera mengunci pintu.

“Yoongi jelek kamu udah bangun?” Tanya Jimin dari luar pintu

“Udah, sebentar mau mandi.” Jawabnya sedikit keras

Tidak untuk hari ini, Jimin tidak boleh tahu lebih dulu sebelum semua masalah selesai.

“Yaudah saya siapin bajunya.” Teriaknya

Yoongi sedikit panik benar juga jika Jimin menyiapkan baju untuknya pasti lelaki itu akan tahu Yoongi memiliki memar yang cukup parah.

Tapi tidak mungkin juga ia memakai kemeja itu kembali.

“Babe, bajunya boleh langsung kesiniin aja?” Teriak Yoongi

Tidak ada jawaban.

Sial, disini tidak ada bathrobe dan bagaimana cara ia agar bisa keluar tanpa Jimin mengetahui lukanya.

“Babe????” Teriaknya sekali lagi

“Designer Park?”

“Oh my god…” Jimin menghela bafasnya “Iya sebentar lagi di cari dulu bajunya.”


“Mami papi dimana?” Tanya Yoongi dengan satu potong roti panggang dan selai coklat di tangannya.

“Papi ke kantor, siapin berkas pemecatan papanya Ellie. Mami ke rumah sakit terus Jiyeon belum bangun.” Jawab Jimin dan Yoongi hanya mengangguk.

Buah apel yang sedang ia kupas dengan sangat hati-hati, dan Yoongi hanya memperhatikannya.

Terlihat begitu menggemaskan saat Jimin sangat fokus menatap buah itu.

“Kamu udah sarapan?” Tanya Yoongi

“Hehe…”

“Gaada diet-diet, kamu butuh nutrisi yang cukup biar kita bisa program lagi.” Ucap Yoongi kemudian mengambil alih apel itu untuk ia kupas dengan cepat

Jimin tersipu, Yoongi benar-benar begitu to the point dengan maksudnya.

“O-okay…”

Dalam waktu kurang dari sepuluh menit Yoongi sudah berhasil membuatkan sarapan lengkap untuk Jimin.

Dimana satu gelas susu, bermacam-macam buah, protein, dan karbohidrat yang seimbang.

Karena menjadi seorang juru masak bukan hanya sekedar memasak dan menyajikan makanan, tetapi juga mempelajari takaran dan hitungan gizi yang akan masuk kedalam tubuh.

Karena keduanya sangat ingin memiliki keluarga kecil walaupun mereka berdua tidak mengatakannya secara langsung tapi keduanya pun paham.

“Dua minggu lagi kita ke jepang, nonton basket and take a holiday for a while.” Ucap Yoongi yang kini bergantian mentap Jimin yang sedang menyantap sarapannya.

“Mau, tapi kita harus selesain masalah ini dulu.” Ucapnya dan di angguki oleh Yoongi.

Saat sarapannya sudah hampir selesai, ponsel Yoongi terus berdering itu adalah Mingyu yang terus menerus memanggilnya.

“Ha—l”

“Halo chef Min, keadaan Ellie makin buruk tadi saturasi oksigennya sempet menurun dan kondisinya parah karena kepalanya kebentur keras.” Ucap Mingyu sedikit panik

“Saya mampir kesana sebentar sebelum ke kantor polisi ya.”

“Oke chef, i’m just afraid something bad will happen.”

Jimin menatap Yoongi dengan bingung

“Mau kerumah sakit dulu? Mingyu bilang keadaan Ellie makin parah.” Ucap Yoongi begitu hati-hati

“Oke.” Jawabnya

Jimin teringat bagaimana darah melumuri bagian kepala dan dahi perempuan itu.

Ia marah, ia benci, bahkan ia tidak sudi memaafkan perempuan itu tapi ia masih memiliki hati dan perasaan bagaimana rasanya dalam keadaan seperti itu tidak ada satu orang pun yang mengkhawatirkannya?


Perjalanan siang hari ini begitu terasa sangat lambat.

Keduanya sepakat untuk mematikan ponsel menghindari panggilan tidak penting.

Tiba dirumah sakit, Jimin dengan kacamata dan masker yang menutupi wajahnya mereka berdua segera menuju ruangan dimana Ellie di rawat.

Ketika mereka tiba tidak ada orang satupun di ruangan itu, dan ketika ponsel itu di hidupkan ada banyak sekali panggilan tidak terjawab dari Mingyu.

Mengabarkan bahwa Ellie mengalami serangan jantung dan di bawa ke ruangan khusus untuk menangangi pasien dengan keadaan darurat.

“Babe ayo!” Yoongi menarik tangan Jimin untuk segera menuju ruangan tersebut

Langkah kaki menyusuri lorong rumah sakit tersebut, begitu banyak orang yang berlalu lalang sedikit menghambat perjalanan mereka.

Sampai tiba di ruangan tersebut terlihat Mingyu dan Jungkook yang baru saja tiba sedang berdiri.

Ada kedua orang tua Ellie yang sedang menangis, memegangi sebuah amplop besar berwarna coklat.

Saat melihat Yoongi dan Jimin yang tiba, kedua orang itu segera berlutut di hadapan mereka.

“Tuan Jimin, pak Yoongi tolong… tolong jangan pecat saya.” Jimin dengan cepat membantu orang tua Ellie untuk segera berdiri

“Pak Yoongi saya minta maaf, saya pasti akan kasih tau Ellie biar berhenti kurang ajar…” Ucapnya

Keduanya muak, sudah cukup dan Ellie begitu gila untuk dimaafkan.

“Gabisa, nyawa kita berdua hampir jadi korban tadi malam karena Ellie.” Ucap Yoongi dengan tegas

Jimin yang berusaha untuk tetap acuh walau ia merasa sakit melihat bagaimana orang tua memohon untuk dimaafkan karena kesalahan anaknya.

Saat suasana begitu tegang, sang dokter pun keluar dari ruangan tersebut untuk memanggil wali dari pasien yang bernama Ellie itu.

“Maaf, pasien mengalami serangan jantung dan mati otak karena benturan yang sangat kencang begitu juga dengan oksigen yang sulit untuk masuk walau sudah menggunakan bantuan alat.” Ucap sang dokter

Semua orang terdiam, oh tidak mungkin bukan perempuan itu benar-benar pergi?

Ellie benar-benar pergi karena ulahnya sendiri?

“Dok…” Lirih sang ibu dan kemudian terjatuh pingsan.

“We try our best, tapi kami juga tidak bisa melakukan apa-apa jika sudah seperti ini.” Ucapnya

Lutut Jimin benar-benar terasa sangat amat lemas, kakinya terasa tidak bisa berdiri lagi mendengar pernyataan itu.

Ia memang ingin Ellie pergi tapi tidak dengan cara seperti ini.

Jimin menginginkan Ellie untuk merasakan hukumannya, hukuman yang setimpal dengan perbuatannya tapi mengapa ia pergi dengan sangt cepat?

“Babe it’s okay.” Yoongi menarik Jimin kedalam pelukannya

Sementara tangisan di lorong itu semakin keras.

“Mingyu, Jungkook tolong bantu urus administrasi terus lanjut sampai pemakaman. Biaya nanti saya yang tanggung.” Ucap Yoongi dan kemudian di iyakan oleh kedua orang tersebut.

Entahlah dengan kejadian ini, keduanya harus merasa bersyukur atau sedih.

Bahwa pengganggu dalam hubungan mereka telah benar-benar pergi dan tidak akan pernah kembali lagi.

Tapi ini juga cukup menyakitkan bagi orang lain yang harus merasakan kehilangan atas kepergiannya.

Oh come on, every action has to be a risk. Maybe this way you’ll really have real happiness right?

Please, i just wanna be happy with him.


Tautan kedua tangan itu tidak terlepas sampai mereka tiba di mobil, Jungkook dan Mingyu menunggunya di luar untuk pulang bersama.

“Loh belum pulang?” Ucap Jimin pada Jungkook yang menatapnya

“Nunggu lo.” Jawabnya

Jimin hanya tertawa kemudian masuk kedalam mobilnya.

Yoongi memang tidak meminum alkohol sedikitpun, jadi cukup aman untuk menyetir malam ini.

Sudah hampir menunjukan jam satu malam, lalu lintas saat ini masih terbilang ramai.

“Mau pulang ke apart atau ke JW? tanya Yoongi yang telapak tangannya masih berada diatas paha Jimin.

“Ke apart aja kali ya, lagi pula searah juga Jungkook sama Mingyu.” Jawab Jimin kemudian memasang seatbeltnya dan memundurkan sedikit kursi yang ia duduki.

Yoongi menyetir dengan keceoatan sedang, sementaranya tangannya terus mengelus-elus paha Jimin yang berbalut celana jeans yang terbilang begitu ketat.

Lelaki itu hanya membiarkan Yoongi melakukan apapun, yang terpenting itu tidak membahayakan mereka.

Setengah perjalanan yang begitu tenang hanya terdengar alunan musik, dan juga mobil Jungkook yang mengikutinya di belakang.

Sampai tiba ada sebuah mobil putih yang terlihat mencurigakan, mengikuti dan menyalip mobil Jungkook yang tepat berada di depannya.

Yoongi masih belum menyadarinya tapi Jimin memperhatikan itu dari kaca dashboardnya. Oh mobil itu semakin mendekat dengan reflek Jimin menepuk tangan Yoongi yang berada diatas pahanya.

“What’s wrong?!” Ucap Yoongi kemudian melirik Jimin

Mobil berwarna putih itu benar-benar familiar pada ingatan Jimin.

“Yoongi minggir sebentar! itu mobil yang dibelakang nyetirnya gak bener.” Ucap Jimin

Yoongi menatap kaca spionnya untuk melihat apa yang Jimin katakan.

Oh sial itu adalah mobil Ellie, wanita gila itu ternyata menunggu mereka untuk kembali kerumah.

Yoongi dengan cepat mengendalikan mobilnya agar dapat menghindar tapi Ellie terus menaikan kecepatannya.

Menyadari dua mobil itu seperti sedang melakukan kejar-kejaran, Mingyu segera menyusul kecepatan mobil di depannya.

“Bajingan, itu mobilnya Ellie terus di depan mobil chef Min!” Ucap Jungkook.


“Babe seatbelt!” Ucap Yoongi

Jimin memeriksa seatbeltnya tentu saja sudah terpasang dengan benar, sementara mobil Ellie di belakangnya semakin mendekat.

Dari cara perempuan itu mengemudikan mobilnya benar-benar sudah bisa di tebak bahwa ia berkendara dalam keadaan mabuk.

Sampai tiba tepat di depan lampu lalu lintas yang berubah menjadi merah Yoongi dengan cepat membanting stirnya ke kiri saat mobil Ellie di belakangnya menubruk belakang mobil milik Yoongi.

“YOONGI LAMPU AW SHIT!” Teriak Jimin saat benturan dari mobil Ellie begitu terasa dan membuat tubuh keduanya terbentur kedepan.

Sementara tangan Yoongi satunya menahan tepat di depan dada Jimin agar tidak terkena benturan yang terlalu keras.

Nafas keduanya terengah-engah, ini benar-benar gila.

Sementara itu mobil Ellie menabrak sebuah trotar besar di depan dan sempat menyenggol mobil lain yang membuatnya terpental ke sisi jalan.

Lalu mobil Jungkook dan Mingyu menghampiri Ellie yang tidak sadarkan diri dengan bagian kepala yang sudah berdarah, dan lebih parahnya lagi perempuan itu tidak mengenakan sabuk pengaman.

“Babe… are you okay?” Tanya Yoongi kepada Jimin

Lelaki itu hanya diam dan gemetar menyaksikan kejadian ini jika Yoongi menurutinya untuk minum sedikit alkohol tadi mungkin nyawa mereka berdua tidak akan terselamatkan.

“Babe, Jimin hei?” Yoongi dengan cepat memeluk tubuh lelaki itu

Jimin hanya diam dengan nafasnya yang masih tidak beraturan.

“It’s okay, gapapa ya? kita gapapa.” Yoongi melepaskan pelukannya dan menatap Jimin

Sementara tatapan lelaki itu masih terfokus pada mobil Ellie di depan, mobil iti kembali hancur.

Jimin kembali teringat akan kejadian saat itu, dan dengan cepat ia memeluk Yoongi kembali dengan sangat erat.

“Yoongi… Yoongi… Ellie, Yoongi jangan tinggalin saya…” Lirih Jimin dengan suara yang gemetar.

“Engga, gaakan ditinggalin saya disini.” Yoongi dengan perlahan mengelus punggung lelaki itu.


Kerumunan malam itu benar-benar membuat laju lalu lintas sedikit terhambat. Ambulance dan mobil polisi sudah berada disana.

Jimin yang sedari tadi bersembunyi di belakang Yoongi dan genggaman tangannya tidak terlepas, begitu juga Yoongi yang tidak pernah membiarkan Jimin jauh darinya.

“Fuck, kalo lo gak buang ke kiri pasti udah jadi kecelakaan beruntun.” Ucap Jungkook

Sementara tubuh Ellie dibawa oleh mobil ambulance, Yoongi dan yang lainnya di hampiri oleh beberapa polisi dan di minta ikut untuk memberikan keterangan.

Dengan pikiran yang kalut, kejadian ini benar-benar diluar dugaan Jimin.

Bagaimana jika mereka tidak beruntung?

Lalu bagaimana jika Ellie juga tidak bisa selamat?

Ia memang benci dengan Ellie tapi tetap saja ia masih memiliki perasaan.

“Gapapa, kamu gapapa Jimin.”

“Saya disini, saya gaakan tinggalin kamu.”

Yoongi terus bergumam demi menenangkan Jimin yang sedari tadi terlihat begitu panik.

“Yoongi…” lirihnya

“Iya sayang?”

“Ellie ga akan kenapa-kenapa kan?”

Yoongi menghela nafasnya, disatu sisi ia kesal karena Jimin masih sempat mengkhawatirkan Ellie dan di sisi lainnya ia juga tidak bisa menyangkalnya bahwa Jimin memiliki hati yang benar-benar sebaik itu.

Is this the end of a painful journey for them? i hope they’ll be able to live happily with their little family later.

Loser.


Jimin tengah duduk di sofa yang sudah ia pesan sebelumnya.

Leather jacket berwarna hitam, celana jeans serta sepatu bootsnya terlihat begitu cocok.

Sudah ada minuman diatas meja itu, ia melihat Ellie tengah berdiri mencarinya.

Jimin mengangkat tanganya kearah perempuan tersebut, dan Ellie menghampirinya meninggalkan dua bodyguard itu berjaga dari kejauhan.

“Oh hi” Sapa Jimin dengan tenang

Ellie hanya meliriknya malas dan angkuh

“To the point designer Park.” Ucap Ellie

“Batalin tuntutan kamu ke Yoongi dan JW.” Ucap Jimin kemudian meneguk minumannya

Ellie hanya tertawa remeh mendengar permintaan Jimin itu.

“Mau di tuker apa Jimin haha.”

Sedikitnya Jimin kesal dengan sikap kurang ajar Ellie yang terus meremehkannya.

Ia segera membuka laptop yang ia bawa, menampilkan semua bukti yang telah ia kumpulkan selama beberapa minggu lalu.

Mulai dari latar belakang Ellie hingga semua aktivitasnya selama setahun terakhir.

Jimin diam bukan berarti ia hanya menerima perlakuan Ellie, oh tentu saja ia memiliki sesuatu untuk menghancurkannya.

“Background kamu selama setahun kebelakang, ini foto-foto kamu check in di setiap hotel, bukti penggunaan dana perusahaan berlebih. Point terakhir yang udah pasti bisa di kasusin juga kalo Yoongi mau.” Ucap Jimin santai tetapi seakan menusuk

Ellie yang melebarkan kedua matanya melihat begitu banyak bukti yang Jimin miliki

Tapi ia harus tetap bersikap angkug untuk demi mempertahankan harga dirinya.

“Yaudah, kita bawa aja kasus ini ke jalur hukum.” Jawabnya menantangi Jimin

Jimin yang masih tenang menghadapi wanita itu tapi tentu saja wajah Ellie terlihat sedikit panik.

“Stop obsessed with my husband, can you?” Ucapnya

“Lo yang harusnya pergi Park Jimin, gue hampir dapetin chef Min tapi lo tiba-tiba dateng terus nikah?” Ellie yang emosinya semakin mendominasi membuatnya amarahnya semakin terpancing

“Sejauh apapun saya pergi, Yoongi pasti bakalan kejar saya Ellie.”

“Batalin tuntutannya atau keadaannya saya balikin ke kamu.”

Jimin menumpu kakinya, meneguk minumannya oh selagi Yoongi belum datang ia ingin membakar satu batang rokok yang ia beli dalam perjalanan ke bar ini.

Ellie yang terlihat semakin panik itu tapi selalu berusaha menutupi kepanikannya dengan sikap angkuh menyebalkan itu.

“Gamau.” Jawabnya

“Yoongi punya delapan lawyer buat backup Jw’s Team.”

“Suami sora kerja di dunia hukum, dan saya udah pasti bakalan protect Yoongi.” Ucapnya kemudian asap rokok tersebut mengepul diudara.


“Diem!” Tahan Mingyu pada Jungkook yang ingin menghampiri Jimin dan Ellie di meja sebrangnya.

“Jangan tahan gue! Bajingan kalo Ellie cowo udah pasti gue ajak ribut.” Gumamnya

“Gabisa gitu Jungkook, kalo lo sembarangan yang susah kita semua apalagi chef Min.”

Benar juga perkataan Mingyu bahwa jika ia salah bertindak maka semua akan kena imbasnya.

Melihat Yoongi dengan setelan abu-abu tua, sepatu pantofel mengkilat dan jam tangan yang mencolok. Lelaki itu tengah berjalan dan mencari dimana meja Jimin berada.

“O— oh shit.” Gumamnya ketika seseorang menarik tangannya

“Jeon Jungkook, Kim Mingyu.” Ucap Yoongi

“Saya ma-u” Belum selesai berbicara tapi Jungkook sudah memotongnya.

“Jimin belum izinin kita kesana, tunggu dulu.” Ucapnya dan Yoongi hanya menurut pada perkataan Jungkook kemudian ia duduk dengan tenang dan memperhatikan Jimin dari jauh.

“Okay.”


“I have another proof about your father.” Ucap Jimin membuat netra Ellie kembali melebar

“Ini ternyata udah keturunan atau gimana? ga anak ga orang tua sama-sama suka pake uang perusahaan.” Ucapnya dan sibuk dengan rokoknya

Ellie hanya bisa terdiam saat melihat begitu banyak bukti yang Jimin miliki.

Bahkan bukti ini bisa membuat Ellie dan ayahnya membusuk di penjara.

“Don’t you dare Park Jimin.” Gumam Ellie sedikit ketakutan

Jimin hanya tertawa acuh ia senang sekali melihat Ellie ketakutan seperti itu, ia mendekatkan wajahnya pada telinga Ellie.

“Mundur.”

“Pergi, bawa semua tuntutan kamu sebelum orang tua kamu dapat pemutusan kontrak dari perusahaan papi saya.” Bisik Jimin

Seketika tubuh Ellie menegang, darahnya seperti mendidih.

Jimin benar-benar tau caranya diam tapi bergerak dengan sesungguhnya.

Ellie yang terlihat mulai goyah dan tubuhnya sedikit gemetar.

Sungguh Jimin benar-benar ingin tertawa melihat Ellie tertekan seperti itu.

Perempuan itu hanya terdiam sedari tadi saat Jimin mengatakan akan memutuskan kontrak kerja ayahnya.

Dan ayahnya akan berakhir seperti dia? oh tentu saja tidak boleh.

Jimin melambaikan tangannya dan itu adalah sebuah kode untuk Jungkook yang berada di belakang sofa miliknya untuk segera menghampiri dirinya.

Dengan cepat ketiga lelaki tersebur menghampirinya.

Lalu apa yang membuat Jimin begitu terkejut, bahwa ada Yoongi disini dengan setelan sialan itu.

“Babe.” Sapa Yoongi dan sedikit membuat Jimin terkejut.

“Kamu kok udah dateng aja Yoongi jelek.” Rengeknya kemudian mempersilahkan Yoongi duduk disebelahnya.

Bukan hanya duduk tapi Yoongi dengan cepat mencium bibir Jimin dimana di depannya adalah Mingyu, Jungkook dan juga Ellie.

“Woi.” Jungkook melepari Yoongi dengan sebuah peremen yang berasal dari sakunya.

Mereka berdua berhenti berciuman dan tertawa.

Bayangkan berciuman di depan Ellie, itu adalah salah satu dari bagian mimpi jimin.

Ellie hanya membeku tapi tatapannya terasa membakar.

Yoongi dengan posesif menarik pinggul Jimin agar mendekat padanya.

“Saya bawa sesuatu buat kamu Ellie.” Ucap Yoongi kemudian memberikan satu buah amplop besar berwarna coklat pada Ellie.

Ellie membukanya dimana itu berisi sebuah aktivitas keuangannya selama setahun terakhir yang full menggunakan uang hotel.

Ellie semakin membeku dan terdiam ketika malam ini benar-benar ia yang kalah.

Kalah akan bukti yang ia kumpulkan, kalah akan strategi yang telah ia buat.

Jimin dan Yoongi bukanlah lawan yang bisa ia kalahkan dengan mudah.

Apalagi sekarang Yoongi benar-benar terlihat mencintai Jimin.

Ellie dapat melihat itu dari cara Yoongi menatap sayang pada Jimin.

“Pikirin lagi apa yang saya bilang ke kamu tadi, atau putus kontrak untuk yang kedua kalinya.” Ucap Jimin lebih seperti menekan.

Tanpa sepatah katapun Ellie pergi begitu saja saat keempat orang tersebut sibuk berbicara dan meminum alkoholnya.

Ellie benar-benar dianggap seperti tidak ada disana.

Dan untuk melawan pun sangat berbahaya, sekarang ia mengerti apa maksud dari ucapan Jef.

Seberapa keras pun ia mencoba untuk menghancurkan Jimin, lelaki itu akan selalu punya tameng untuk melindunginya.

Kekuatan orang tua dan Yoongi yang siap memasang badan untuk Jimin.

Dan jika ia salah mengambil keputusan maka orang tuanya akan ikut menderita.

Ia menyadari, bahwa Jimin dan Yoongi bukanlah lawan yang sebanding dengan dirinya.

Jimin hanya tersenyum puas, tanpa membuang energi untuk mengeluarkan emosinya bahkan Ellie terlihat merenung saat itu juga karena bukti kuat yang dimiliki oleh Jimin.

“Bye loser.”

“Malem ini kita party, bill pay by Chef Min!” Ucap Jimin kemudian tertawa.

Yoongi hanya tersenyum melihatnya.

Jiminnya yang begitu manja dan terlihat seperti anak kecil, ternyata memiliki sifat dewasa yang bahkan bisa menyelesaikan masalah tanpa menggunakan emosi.

Because no one can touch them, they’re will be the stronger, they’re deserved to be happy.

A proof will send you to jail


Yoongi bergerak merubah posisinya kearah Jimin, dimana ia tidur lebih dulu karena menghabiskan setengah botol alkohol yang mereka minum tadi.

Jimin dengan cepat mengelus punggung lelaki itu agar Yoongi tidak terbangun.

Oh tidak jangan sampai ia terbangun karena Yoongi sudah pasti akan mengomel jika Jimin belum tertidur di jam segini.

Lima belas menit berlalu Jimin masih sibuk mencari latar belakang tentang Ellie, jangan salah dia terlihat diam tapi memegang semua informasi tentang wanita itu.

Sampai Jimin menemukan hampir semua orang yang pernah mengajak Ellie tidur hanya untuk deal dengan penawarannya.

Menginap, mengadakan acara, di JW Marriot hanya untuk mengambil perhatian Yoongi.

“HAHAH I GOT YOU!” Ucap Jimin tanpa sadar suaranya membangunkan Yoongi.

“Babe, belum tidur?” Gumam Yoongi

Jimin menoleh dan terkejut karena Yoongi terbangun, ia dengan cepat menutup laptopnya kemudian membaringkan tubuhnya kembali di sebelah Yoongi.

“Ini mau tidur.” Jawabnya dengan cepat memeluk Yoongi

“Kamu ngapain belum tidur?” Tanya Yoongi

“Abis chat papi, terus ellie juga ngajak ketemu hehe.” Jawabnya

Yoongi langsung tersadar dari rasa kantuknya mendengar nama Ellie yang Jimin sebutkan saat itu.

“Ellie?” Tanyanya

“Iya Ellie, mau ajak ketemu saya.”

Jimin terus mencari posisi nyaman dalam dekapan Yoongi.

“Bentar, mau apa ketemu kamu?” Yoongi memundurkan tubuhnya mentap Jimin dengan heran.

“Mau ngobrol aja, kamu gausah ikut saya mau pergi sendirian.” Ucap Jimin

Yoongi hanya mengernyitkan alisnya, entah apa yang sedang di rencanakan oleh Jimin sekarang.

“No.” Ucapnya

“Ih kenapa!” Protes Jimin kemudian melepaskan pelukannya

“Nanti kalo Ellie macem-macemin kamu gimana?”

“Gaakan, kamu percaya aja sama saya Yoongi i have a plan.” Bisik Jimin kemudian tertawa

“Okay but let me know what she said to you.” Yoongi mengambil ponsel Jimin kemudian membuka ruang obrolan kedua orang tersebut.

Lelaki itu begitu fokus membaca semua percakapan di layar ponsel tersebut sampai kedua netranya menatap kesal.

“What the fuck she said, ngga saya bisa biarin kamu ketemu sendirian nih cewek emang perlu di penjarain.” Ucap Yoongi dengan emosinya yang mendominasi.

“Calm down.” Gumam Jimin

“Kalo kamu ikut rencana saya malah berantakan.”

“Oke, kamu bisa temuin Ellie sendiri dan saya tunggu di mobil.” Ucapnya kemudian mendekap Jimin meninggalkan satu kecupan di kening lelaki tersebut dan berusaha kembali tertidur.

Meski sedikit khawatir tapi Yoongi percaya bahwa Jimin bisa mengatasi semua ini, menunggu di mobil? tentu saja itu hanya sebuah rayuan dan Yoongi sudah pasti akan mengikutinya sampai ke dalam bar tersebut.

Yoongi juga akan memastikan bahwa Ellie akan masuk penjara karena ulahnya.

Dengan bukti-bukti yang ia kumpulkan atas beberapa uang yang tidak masuk sepenuhnya ke JW Marriott Hotel.

“She deserved going to jail.” Gumam Yoongi

Designer park


Yoongi tiba dengan beberapa kopi yang ia beli tadi, studio milik Jimin yang berada di butiknya sudah ramai di datangi oleh para staf pemotretan hari ini.

Oh hampir semua staf disini adalah laki-laki, dan pandangannya tertuju pada busana yang sedang hoseok rapihkan di sisi Jimin.

Lelaki kecil itu sudah hampir selesai dengan polesan tipis make upnya, Jimin terlihat lebih cantik hari ini.

Dan ia segera menghampirinya

“Babe, here’s your coffee.” Yoongi memberikan satu gelas ice coffee pada Jimin kemudian mengecup kening lelaki itu.

Jimin yang sudah tidak terkejut lagi dengan sikap Yoongi yang seperti itu hanya membiarkannya.

“Thank you.” Ucap Jimin kemudian meminum kopinya

“Halo, Designer Jung.” Sapa Yoongi dan kemudian di sambut baik dengan Hoseok

Mereka berdua kemudian berbincang dan terlihat sudah seperti teman lama.

“Designer Jung! di minum dulu kopinya chef Min beliin buat kita.” Ucap Jimin

“Oh thank you so much…”

Hoseok yang masih merasa sedikit tidak enak dengan kedua orang tersebut karena alkohol yang ia berikan pada Jimin waktu itu, tapi syukurlah mereka berdua sudah terlihat lebih baik.


“Designer Park udah selesai ya make upnya, you look so pretty today hehe.” Ucap sang make up artist pada Jimin.

Lelaki itu sedikit tersipu dengan pujian yang ia dapatkan.

“Terima kasih banyak!” Ucap Jimin dengan antusias.

Jimin kemudian berganti pakaian dengan salah satu outfit yang di berikan oleh Designer Jung Hoseok.

Semua pakaian-pakaian yang ia kenakan terlihat yamasih biasa saja dalam pandangan Yoongi.

Sampai Jimin berganti dengan busana kedua, sebuah setelan berwarna coklat dan di pasangkan dengan celana pendek diatas lutut.

Oh Jiminnya begitu terlihat mahal, walaupun ia ingin menarik lelaki karena terlalu banyak pasang mata yang memperhatikannya sekarang.

“Good job! born to be pretty like this!” Ucap Hoseok dengan meriah bertepuk tangan.

Jimin hanya tersenyum malu dan menghampiri Yoongi yang sedang berdiri disamping Hoseok.

“Thank you designer Jung!” Ucap Jimin

“Haha okay break dulu lima belas menit ya!” Ucap Hoseok kemudian kembali menyiapkan baju ganti untuk Jimin

“Okay!” Jawabnya

Jimin melingkarkan kedua tanganya pada tubuh Yoongi dan berjinjit untuk berbisik pada lelaki itu.

“How do i look today chef Min?” Bisik Jimin

“So pretty.” Ucap Yoongi kemudian meniggalkan satu kecupan pada pipi Jimin.

Jika bersama Yoongi, Jimin sangat mudah sekali tersipu.

“Last outfit, kayaknya hari ini gajadi main sama Scout juga deh Yoongi jelek.” Ucap Jimin kemudian melirik jam pada ponselnya yang sudah menunjukan pukul lima sore.

“Lusa kita ke tempat Scout ya.” Gumam Yoongi

“Deal! Saya ganti baju dulu abis ini kita dinner ya i will pay the bill.” Ucapnya kemudian pergi begitu saja dengan ekspresi menyebalkannya

“Designer Jung sorry kira-kira bisa selesai jam berapa ya?” Tanya Yoongi pada Hoseok yang sibuk memantau pc yang berisikan preview photoshoot milik Jimin.

“Sekitar satu jam chef Min, pasti bosen ya disini?” Ucap Hoseok

“No haha, cuma mau mastiin Jimin biar ga kecapean aja karena dia baru aja selesai bedrest dua minggu.” Ucap Yoongi

Hoseok sedikit terkejut karena penuturan Yoongi, bahwa Jimin tidak mengatakan apapun dan ia terlihat baik-baik saja.

“Oh my god… okay chef Min kita selesain photshoot hari ini lebih cepet ya.” Jawab Hoseok dan diangguki oleh Yoongi kemudian ia menghampiri Jimin yang sudah selesai berganti pakaian

Oh tidak, mengapa Jimin menggunakan pakaian tanpa lengan?

Yoongi terpaku dalam beberapa detik menatap betapa cantik suami kecilnya itu.

Tapi ia juga egois karena tidak ingin Jimin di lihat banyak orang untuk berpakaian seperti itu.

Jimin yang tanpak menyadari betapa berubahnya ekspresi Yoongi dari sebelumnya.

Photoshoot yang dilakukan dengan cepat hari ini, semua outfit yang ia kenakan hari ini tampak cantik.

Ponsel Yoongi yang tidak pernah lepas untuk merekam dirinya saat ia bergaya di depan kamera.

Di outfit terakhir Jimin terlihat sangat lucu, tapi mengapa dia terlihat sexy juga?

Selesai mengucapkan terima kasih pada semua staf, Yoongi dengan cepat menarik Jimin dan melepaskan jeans jacket yang ia kenakan untuk menutupi tubuh atau lebih tepatnya bagian lengan dan punggung Jimin yang sedikit terbuka.

Dan udara suhu studio tersebut begitu dingin.

Jiminnya, Jiminnya tidak boleh sakit lagi.

Tidak boleh terlalu lelah.

Yoongi yang sudah bersumpah untuk menjaga Jimin setelah kejadian saat itu, bahkan ia rela meninggalkan rapat penting di hotel hanya untuk menemani Jimin dalam pemotretan konyol ini.

“Di tutup atau kamu saya tarik keruang ganti.” Ucap Yoongi saat Jimin berusaha melepaskan Jacket itu.

“Pake atau saya tarik kamu ke ruang ganti.” Bisik Yoong

Okay, Jimin lebih memilik untuk menuruti Yoongi daripada ia berakhir harus beradu argumen dengan lelaki itu.

He is so posessive, no bitch he just loves his Jimin so much.

There’s hope.


Kedua orang itu berjalan menyusuri lorong untuk menuju ruang meeting kali ini dengan genggaman tangan yang tidak terlepas

Semua pergawai yang melihat mereka membungkukan kepalanya untuk memberikan hormat pada sang pemilik hotel tersebut

Jimin mengeratkan genggamannya pada lengan Yoongi, hingga membuatnya berjalan menempel dengan Yoongi.

Ketika mereka tiba di ruangan tersebut semua pengacara yang dipanggil sudah menunggunya.

Dan hampir dari semua teamnya sudah menunggu juga.

“Halo, siang semuanya.” Sapa Yoongi dengan ramah

“Siang pak Yoongi… Tuan Jimin…” Sapa semua orang, dan tentu saja Jimin langsung menyapa Sora dan melihat benjolan perut perempuan itu semakin membesar.

Yoongi mulai menjelaskan tentang apa yang membuat mereka semua berkumpul disini, tentang Ellie yang mencoba untuk menuntutnya.

Dan berkonsultasi dengan delapan pengacara tersebut, lihat bahkan Ellie belum mengirimkan surat tuntutan tapi Yoongi dan semua teamnya sudah siap untuk menghadapi perempuan gila itu.

“Oke, tetap sasaran utama dia adalah pak Yoongi?” Tanya salah satu pengacara tersebut

“Iya, kedua Sora pernah nampar Ellie dirumah sakit.”

“Ketiga, sebenernya kita bukan bukan bully Ellie tapi ya emang bicara santai aja dan bisa di liat sendiri bukti chatingannya.” Ucap Yoongi dan semua orang terdiam.

Bukan mereka takut dengan Ellie, tapi mereka takut akan mengacaukan Yoongi dan Jw Marriott hotel.

“Karena semua bukti sudah kita kumpulkan dan menunggu pihak saudari Ellie mengirimkan berkas tuntutannya untuk bisa memproses semua ini, tolong Pak Yoongi atau Tuan Jimin jika sudah menerima berkasnya segera mengabari kami.” Ucapnya

Mereka dapat bernafas lega, setidaknya Yoongi bisa melindungi team dan hotelnya.

Begitu juga Jimin yang bisa membantu Yoongi.

Jimin masih akan diam untuk sementara ini jika Ellie tidak bertingkah aneh, tapi jika perempuan itu mulai berani mengusik hidupnya kembali ia tidak akan segan-segan membongkar seluruh kebusukan Ellie.

Tentang apa yang ia lakukan untuk dapat menjadi besar seperti sekarang ini.


“Sore Tuan Jimin, Pak Yoongi.” Sapa dokter bernama Yoo jeong itu.

“Sore dok….” Jawab Jimin sedikit gugup

Yoongi yang mengetahui Jimin sedikit merasa tertekan karena harus kembali lagi kerumah sakit ini dengan cepat ia mengelus punggung lelaki tersebut, guna menenangkannya.

“Gimana keadaannya sekarang?” Tanyanya dan tidak lupa dengan senyuman termanisnya.

“Gausah tegang gitu, di periksa dulu yuk kesana.” Bujuknya

Jimin masih diam, sedikitnya ia takut dan masih terbayang akan sakitnya kehilangan bayi kembarnya yang bahkan belum bisa ia temui.

“It’s okay, gaakan disuntik.” Goda Yoongi kemudian tertawa dan di ikuti oleh dokter Yoo Jeong

Menghabiskan waktu sepuluh menit untuk memeriksa keadaan Jimin, ia penasaran tapi sepertinya tidak ada yang perlu ia khawatirkan bahwa sang dokter tidak memiliki ekspresi bururk setelah memeriksa dirinya.

“Gimana dok?” Tanya Jimin

“Everything is good, don’t worry.” Ucap sang dokter dan masih sibuk dengan sebuah catatan resep obatnya.

Keduanya dapat bernafas lega karena jawaban itu.

“Semua obat, vitamin dan makan cukup dan tidak stress itu membantu kamu cepat sembuh.”

Yoongi tersenyum puas bahwa apa yang ia lakukan tidak sia-sia karena Jimin bisa pulih kembali dengan secepat itu.

Ya walaupun Jimin masih suka melamun sendirian.

“Dok…” Gumam Jimin

“Yaa?”

“Can we have another baby?” Tanya Jimin dengan ragu dan sedikit berhati-hati

Sang dokter hanya tersenyum, menatap Jimin dengan dalam kemudian ia menatap Yoongi.

“Bisa, tapi… saya tidak bisa menjanjikan dalam waktu dekat.” Ucapnya.

Ekpresi Jimin terlihat kembali terlihat kecewa.

“Kalian konsisten saja, semuanya tidak ada yang tidak mungkin.” Ucap sang dokter

“Konsisten, konsisten apanya dok?” Yoongi bertanya dengan ekspresi jailnya

“Konsisten bikinnya.” Balas sang dokter dan kemudian mereka tertawa mencairkan suasana di ruangan tersebut.

“Bisa cepat atau bahkan bisa lebih lama dari sebelumnya, yang terpenting kalian masih punya kesempatan.” Dokter itu benar-benar baik selalu tahu bagaimana cara membuat Jimin merasa lebih baik.

“Terima kasih banyak dokter.” Ucap Jimin.

Oh tidak apa-apa, ia tidak akan perduli berapa lama waktunya itu.

Ia memutuskan untuk tetap menunggu dengan sabar bersama Yoonginya.

Iya yakin Yoongi akan memutuskan hal yang sama dengannya.

They said we could have another baby, and i promised to protect them with all my soul.

You’re so cute


Yoongi tak henti-hentinya tertawa saat mengendarai mobilnya teringat apa yang Jimin lakukan hari ini.

Jiminnya begitu lucu.

Setelah ia memarkirkan mobilnya dan naik lift menuju lantai dimana unitnya berada

Saat ia membuka pintu, aroma harum menyerbak di dalam ruangan itu dan ia lihat Jimin sedang membiarkan jendela besar terbuka sehingga udara alami bisa masuk.

“Lagi apa…” Ucapnya kemudian mendekat kearah Jimin

Lelaki itu hanya menatapnya tajam dan kesal.

Lihatlah lucu sekali wajah mungil itu seperti buah tomat yang memerah karena kesal

“Sini saya bantuin ya beresin pienya.” Yoongi bergabung dengan Jimin untuk membersihkan tumpahan pie yang berceceran dilantai

“Kesel.” Gumamnya

“Iya tau.”

“Kesel banget.”

“Iyaaaa.”

“Jelek! iya-iya terus.” Marah Jimin dan Yoongi hanya tersenyum


“Sini duduk.” Yoongi menarik lengannya dan mengarahkannya untuk duduk di kursi meja makan

“Kesel, saya bikin itu buat kamu Yoongi tadi saya abis liat resep dari internet.” Lirihnya dengan nada suara yang sudah tidak bersemangat lagi.

“Udah gapapa, besok kita bikin lagi ya.” Ucapnya dengan lembut kemudian menarik Jimin kedalam pelukannya.


“Saya izinin kamu jadi model, tapi bajunya gaboleh yang terlalu minim.” Ucapnya Yoongi dengan serius

“Ya saya kan gatau bajunya gimana, kalo mereka kasih saya celana pendek atau baju tanpa lengan ya emang harus di pake.” Goda Jimin kemudian tertawa

“Gaboleh, atau kamu saya seret pulang.” Ucapnya

“Please chef min, stop being posessive i’m yours.” Bisiknya tepat di telinga Yoongi dan kemudian Jimin meninggalkan satu kecupan di pipi kanan Yoongi

Jimin benar-benar membuatnya salah tingkah.

Tapi Yoongi merasa senang bahwa Jiminnya kembali lebih ekspresif, lebih ceria dan perlahan mulai bisa menerima bahwa hal buruk yang baru saja mereka lalui itu adalah suatu ujian untuk menuju kebahagiaan baru.

New chapter, new life, new happiness, and they still hope that there will be rainbows after the storm and rain that happened yesterday.

What are you doing?


Ini malam keempat dimana Jimin terbangun selalu tidak ada Yoongi di sampingnya.

Awalnya ia penasaran dimana lelaku itu berada, oh apa mungkin Yoongi meninggalkannya lagi seperti pada saat itu?

Lelaki itu memutuskan untuk mengambil air minum menuju dapur di lantai bawah, oh tapi apa yang ia temukan?

Yoongi sedang merokok dan menangis, dengan satu botol wine yang terbuka.

Jimin segera berbalik dan kembali menuju kamarnya.

Awalnya ia bingung apa yang membuat lelaki itu terlihat sangat sedih pada pukul tiga pagi?

Berusaha untuk kembali tertidur tapi pikirannya selalu terasa berisik entah apa yang ada di dalamnya.

Saat mendengar pintu terbuka Jimin dengan cepat kembali bepura-pura tertidur, membiarkan Yoongi kembali memeluknya dan memejamkan matanya.

Jimin memaklumi itu, Yoongi yang tidak pernah ingin menampakkan kesedihannya.

Yoongi yang selalu menghiburnya, Yoongi yang selalu memeluknya disaat ia sedang gelisah.

Dan Yoongi yang selalu ada untuknya di saat apapun itu.


Malam kelima setelah Yoongi membawanya pergi keluar apartment untuk sekedar menenangkan pikirannya.

Lelaki itu tertidur lebih dulu daripada Jimin.

Sementara Jimin masih terus gelisah dan tidak bisa tertidur, ia terus menatap wajah Yoongi.

Entah ia juga tidak bisa menjelaskan betapa besar rasa sayangnya pada lelaki itu.

Yoongi sakit melihat Jimin sedih, begitu pula Jimin menderita melihat Yoongi terpuruk sendirian.

Jimin juga ingin menjadi rumah untuk Yoongi-nya.

Ia tinggalkan satu kecupan di pipi lelaki itu dan beranjak dari tempat tidur dan ia teringat bahwa sepertinya masih memiliki satu botol penuh dengan pil yang bisa membantunya untuk tidur.

Ia mencarinya dengan perlahan agar Yoongi tidak terbangun.

Dan ia berharap bahwa Yoongi akan tidur nyenyak malam ini tanpa terbangun di jam tiga pagi dan menangis sendirian.


Botol itu dalam genggamannya, Jimin mencari satu buah gelas tapi fokusnya tertuju pada satu botol wine yang tinggal hanya setengahnya.

Melihat alkohol membuat Jimin teringat kembali akan malam itu, malam dimana ia menyakiti bayinya sendiri karena kecerobohannya.

Tanpa sadar tangannya sudah menggenggam botol wine tersebut dan menuangnya kedalam gelas.

Lagi-lagi pikirannya di penuhi dengan hal negatif yang selalu menguasai dirinya belakangan ini.

Wine dan dua butir pil itu mungkin bisa membantunya untuk cepat tertidur.

Tidak, bukankah dua butir terlalu sedikit? itu tidak akan bereaksi Jimin hanya ingin tertidur dengan cepat sekarang.

Pikiran-pikiran buruknya semakin menguasai dirinya saat itu

Oke, enam butir dan satu gelas wine akan membantunya tertidur bukan?

Tanpa sadar Yoongi sudah memperhatikannya dari belakang, melihat Jimin mencoba meminum enam butih pil dan wine tersebut dalam satu waktu.

“Alcohol and what a kind of medice are you going to take, Park Jimin?” Ucapnya dengan nada dan ekspresi yang begitu datar.

Jimin tersentak dan tidak sengaja menjatuhkan gelas wine yang ada di tangannya.

Gelas itu pecah dan tumpahan wine mengotori lantai, dengan cepat ia segera menyembunyikan tangannya yang mengepalkan pil tersebut.

“Yoongi…”

“Don’t moved i will fix it.” Ucapnya

Jimin masih berdiri tanpa bergerak satu inci pun sementara jantungnya berdegum dua kali lebih cepat.

Setelah selesai membereskan pecahan kaca tersebut Yoongi segera mengambil botol obat tersebut dan memeriksanya.

Oh tidak ini adalah obat tidur dengan dosis sangat tinggi, dan apa yang ia temukan? benar obat itu memasuki tanggal kedaluwarsa satu bulan lalu.

Ia perlahan mengambil tangan lelaki itu, dimana butiran obat tersebut di genggam oleh Jimin.

Betapa terkejutnya Yoongi melihat enam butir obat tidur yang akan diminum jika ia telat dalam beberapa menit saja.

Tidak marah dan berteriak tapi Yoongi mengambil obat tersebut dari tangan Jimin lalu membuangnya ke tempat sampah.

“Kamu dapet obat ini darimana sayang?” Tanyanya kali ini dengan nada yang lebih tenang

“Saya—.” Ucapnya dengan terbata-bata

“Gapapa, saya gaakan marahin kamu. Tapi tolong jawab yang jujur ya?” Yoongi menatapnya

“Saya beli itu waktu di paris, sebelum mami jemput dan suruh saya tinggal disini.” Ucapnya.

Oh tidak itu sudah hampir delapan bulan lalu.

“Lain kali di periksa dulu ya? obatnya udah mau expired dan enam butir kebanyakan nanti kamu kenapa-kenapa.” Ucap Yoongi

Jimin memeluk Yoongi, lagi dan lagi ia hampir saja mencelakakan dirinya sendiri.

“Gapapa, kalo gabisa tidur bangunin saya jangan kaya gini ya?”

Sikap Yoongi yang selalu membuatnya merasa menjadi orang paling dicintai, Jimin benar-benar merada bersalah pada Yoongi.

Jimin menatapnya dengan mata berkaca-kaca, dan ini sepertinya sudah lama mereka tidak sedekat ini.

Jarak diantara keduanya semakin terkikis, sampai kedua bilah bibir tersebut bertemu.

Bertemu dengan sangat hati-hati, ciuman yang tidak terburu-buru dengan tetesan air mata yang melewati pipi Jimin.

Ciuman dengan penuh rasa kasih sayang.

Jika ditanya alasan untuk tetap hidup, Yoongi adalah alasan utamanya mulai sekarang.

I’ll let you go. Even if it kills me a little, I’ve decided to take care of the people I love right now.

It kills me a little, that’s okay. Cause i’d die for you You know i’d still die for you.