write.as

Reunited

“Nastar Nastar....” Suara Tara sambils memegang 2 toples bening berisi nastar buatan mamahnya.

Di kostan Bunda Rita ini sudah terdapat Revin & Daren yang menunggu kedua sahabatnya datang. Revin berdiri lalu mengambil nastar yang dibawakan Tara.

“Akhirnyaaa nastar mamah Tara!!!”

“Hadeh....” Daren menggeleng kepala dilanjut memeluk tubuh Tara.

Tanpa disadari, Tara datang bersama Hari. Ini memunculkan pertanyaan dikepala Daren.

“Loh? Kok Lo sama juragan cupang? Ketemu apa gimana? Dan Lo! Sini Lo! Untung aja pantat gue yang suci ga ketusuk kunci motor kmrn!”

“Hahahaha iya gue ketemu dia tadi. Lo galiat itu ditangan dia? Bener bener ngurusin cupang kayaknya.” Tara menunjukkan jarinya ke tangan milik hari yang memegang cupang merahnya. Iya cupang yang ia beli ketima mendaptakan sosok Tara sudah tergeletak di Halte malam itu.

“Tolong ya. Panggil dia Jessica. Cupang betina yang siap mempunyai anak naak cantik...”

“Cupang aja dinamain njing.”

“IRI? BILANG BOSSQUE”

“ewh ewh....” Jawab Revin

Setelah beberapa hari tidak bertemu, keempat sahabat ini berbincang sangat puas. Sesuatu yang hilang telah kembali. Sosok Matahari sang pecinta cupang dan Tara yang dianggap Abang oleh semua sahabat sahabatnya ini.

Setelah Berjam jam lamanya mereka berbincang, tertawa, dan memakan nastar yang Tara bawakan, Pria ini berdiri dan duduk dipinggir kolam renang kost an para bujang bujang ini.

Daren yang melihat pergerakan Tara ini, mengikuti setelahnya. Ia duduk disamping Tara dan memasukkan kakinya ke kolam renang. Ia pun bertanya beberapa pertanyaan kepada Tara.

“Lo gimana? Sehat sehat kan sama nyokap? Dagangan laris Tar?”

“Alhamdulillah sehat sehat Ren. Makasih ya. Iya dangangan nya laku terus dari kemarin. Banyak banget order an nya. Tiap hari masuk gitu ke wa nyokap.” Ucap kebohongan dari mulut Tara yang sedang menutupi keadannya.

“Bagus deh Tar. Lo kalau udh gasibuk, boleh kerja lagi Tar. Kasian Jimmy kewalahan overtime terus katanya hahahaha. Banyak yang nanyain Barista Tara mana...”

“Ren, sorry banget ya...”

“Kenapa Tar? Kok sorrry?”

“Iya karena gue operasional cafe rada berantakan kan? Sorry banget. Gue gatau diri ya, udah dibantu kerja, malah keluar masuk seenaknya” ujar Tara dengan nada rendahnya. Ia tidak enak hati kepada Daren yang sudah membantu dirinya mendapatkan pekerjaan tambahan.

“Santai Tar. Malah gue seneng kalau Lo bantu nyokap Lo. Lo bener bener se sayang itu sama nyokap Lo. Kalau gue jadi Lo juga, apapun akan gue lakuin demi nyokap.”

“Thanks ya Ren. Besok gue udah siap kerja lagi kok. Tenang aja ya”

“Dengan senang hati gue membantu Lo.”

Tara membalikkan badan dan meneriaki Hari dari pinggir kolam. Ia lupa memberitahu bahwa Hari sudah bisa menemui narasumber untuk tugas kuliahnya weekend ini.

“Hari, gue lupa. Tadi mamahnya Tiara bilang, weekend ini kita bisa ke kampung Arab. Lo bisa ketemu narasumber temennya beliau.”

“LAH IYA GUE LUPA ADA TUGAS ITU!!!!” teriak Hari yang sepertinya melupakan tugasnya tersebut karena dipikirannya saat ini hanya kesembuhan sahabat nya, Tara.

“Dasar. Yaudah, weekend ini kita kesana ya. Naik mobil Lo bisa Ren?”

“Bisa kok. Nanti gue pake mobil satunya yang agak gedean. Biar Lo Lo pada enak pas perjalanan bisa bocan.”

“ASIK HEALING HEALING CLUB GOES TO KAMPUNG ARAB. BISMILLAH UANG 100M” suara milik Revin

“Lah kan emang niatnya sekalian promosiin Lo disana...” Jawab Tara dengan nada bercanda nya

“Oiya, gue ajak Tiara boleh kan?”

Buurrr

Hari baru saja memuntahkan nastar dimulutnya. Ia kaget dengan ucapan Tara yang ingin mengajak Tiara dalam penelitian ini.

“LO GA KIDDING KAN TAR!?”

“engga kok Har. Ayo lah, kan mamahnya udah bantu Lo, gaenak kalau Tiara nya gadiajak. Biar dia tau juga pandangan anak kuliahan.”

“Ehm yaudah deh kalau gitu. GPP. SAYA KUAT SAYA KUAT”

“Kuat kenapa Lo Har?” Tanya Revin

“KUAT MELIHAT KEUWUAN DOI SAMA BOCIL IMNIDA NYA” suara hari meledek Tara

“Sial Lo... Gue gaada hubungan special banget sama Tiara kok.”

“Masa?” Tanya Daren disebelahnya

“Udah udah apaan sih jadi bahas Tiara. Yaudah berarti hari Sabtu disini naik mobil Daren. Motor gue ditaro sini aman kan?” Ujar Tara

“Aman. Lo galiat yang Bu Rita taro didepan? Plang nya gede banget itu?”

“Plang?” Tanya Tara kebingungan

“Diri Lo semua, pada ga peka amat. Kita kedepan ngeliat” Revin mengajak teman temannya melihat plang didepan kostannya.

Iya. Di kostan Bunda Rita ini dipasang Plang yang sangat besar di pintu masuk dengan tulisan “JANGAN MALING DISINI. MALING SAJA DIHATI JANDA PEMILIK KOST AN INI”

Semua tertawa terbahak bahak karena bisa-bisanya mereka tidak tau ada plang sebesar itu disana.


Matahari mulai terbenam. Tara serta Daren bersiap untuk pulang kerumahnya masing masing meninggalkan kostan para bujang bujang lainnya.

“Dah bujang bujang, Inget kuliah, Inget umur. Jangan cupang terus diurusin”

“Iyee bawel anjir”

“Hati hati Tara sayang, Hati Hati papah gula Daren...” Jawab Revin

Tara dan Daren pergi dengan kendaraannya masing-masing. Tidak berhenti disitu, Tara ingat, bahwa dirinya baru saja mencampakkan gadis yang ia sayangi diam diam. Tiara.

Tujuannya diubah, bukan menuju rumah, tetapi menuju tempat Peri Cantiknya tinggal.