Zirasya

Happy reading.

C/TW // DOMESTIC VIOLENCE.

Kala beranjak dari kamar mandi dengan handuk yang dilingkarkan dilehernya. Tentunya, ia telah mengenakan pakaian sedari tadi. Kegiatannya terhenti sebelum merasa adanya seonggok wanita tinggi dihadapannya.

“Eh, kakak? Pulangnya kapan?”

PLAK!

Kala meringis pelan, memegang pipi miliknya sendiri menggunakan tangannya yang menegang. Merasa terkejut, ia menundukkan dirinya tak berani menatap sang kakak. Kakinya bergetar, sungguh, ia sangat ketakutan sekarang.

“Males-malesan mulu, gak guna banget jadi anak!”

“Kenapa sih, kak? Baru dateng udah marah-marah, kenapa coba?”

“Udah berani lo?!”

PLAK! PLAK! PLAK!

“KAKAK! Sakit!”

“Gak perlu lo manggil gue begitu.”

Kala mengetuk pintu coklat muda yang berada dihadapannya.

“Sebentar!”

Kala terkekeh kecil, tak seberapa lama pintu itu pun terbuka lebar.

“Ello?”

“Bang Lala! Dateng lagi?”

“Iya. Bang Ayesnya mana?”

Chello memperhatikan sekelilingnya, “Di kamar mandi, kayaknya?”

“Masuk dulu, yuk.”

Tak seberapa lama, Aries keluar dari kamar mandinya.

“Eh, Kal. Udah lama nunggunya?”

“Enggak kok. Baru aja gue duduk.”

“Yaudah makan dulu, gue masak sup ayam, sini.”

“Ello, siapin piring buat bang Kala.”

“Siap bang Ayes!”

Aries hanya tertawa pelan sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Maaf ya, ngerepotin.”

“Enggak kok, bang Kal. Ini coba dimakan dulu supnya, enak tau! Ello sama bang Ayes yang bikin.”

“Suapin dong, hahaha!”

“Ihh bang Lala kayak anak kecil masih disuapin!”

“Iya deh iya, ini dimakan.”

“Mau disuapin?”

“Gak.”

“Sini, gue suapin.”

Kala mendongak menatap wajah Aries penuh kagum, lalu terkekeh pelan.

“Beneran?”

“Yaudah kalau gak mau.”

“EH, ARIES, MAU!”

Aries tersenyum hangat, mengambil sendok dari besi tersebut mencoba menyuapi Kala selembut mungkin.

“Enak! Enak banget! Good job, Ello.”

“Kenapa Ello doang? Gue nggak?”

“You too.”

“DIH! Gitu doang?!”

“Yaudah mau apa? Cium mau?”

“KALA MES-“

“Tolong kalau pacaran jangan didepan Ello, Ello ke kamar aja ya.” Potong Chello.

“EH! JANGAN!”

“Oke, aku enggak. Jangan pacaran dulu tapi, mamam dulu.”

“Suka-suka abang dong.” Jawab Aries tak mau kalah.

“Suka-suka Ello juga dong!”

“Jangan berantem, lagi ada rezeki dihadapan loh. Kata Ello tadi mamam dulu? Kok jadi berantem sih?”

“Tau nih bang Ayes.”

“Kamu kali!”

“Enggak.”

“Udahan dong!”

“Hm.”

Mereka melanjutkan acara makan malam mereka dengan tenang, sungguh. Hening setelahnya, terlihat ketiga lelaki didalam satu atap tersebut menyuapkan makanannya dengan lancar & hikmat.

“Kal, taroh piring kotornya disana aja.”

“Iya, oke.”

“Ello mau cuci piring?”

“Kan malem ini giliran abang!”

“Haha! Iya-iya tau kok. Nggak usah ngegas dong!”

“Habisnya bang Ayes ngeselin banget!”

“Berisik, sana ke kamar, bobo.”

“Iya deh.”

“Kal jangan cabut dulu, ya? Gue takut sendiri.”

“Iya, Aries.”

“Kekamar gue, yuk?”

“Boleh?”

“Boleh dong!”

“Hahahaha! Gemes banget sih!” Ujar Kala seraya mengacak-acak rambut halus milik Aries lembut.

Kini, Aries tengah merebahkan badannya sesekali meregangkan otot-ototnya perlahan. Sedangkan Kala, ia masih menyusuri isi kamar milik Aries.

“Aries, ini gitar siapa?”

“Kenapa?

Oh, itu gitar Ayah.”

“Gue mainin, boleh?”

“Boleh kalau bisa.”

“Jangan remehin gitaris Zirasya Kaladaf ya.”

“Apasih! Haha!”

“Ayok, mau nyanyi apa?”

“Hmm,”

“Sekalian temenin gue tidur, ya? Maaf nih, tapi gue capek banget hari ini, Kal.”

“Iya-iya. Tapi satu lagu.”

“Tolong matiin lampu dulu, Kal.”

“Gak kegelapan?”

“Enggak kok, kan gue mau tidur.”

“Oke, sebentar.”

Kala beranjak dari duduknya dikasur milik sang Aries menuruti perintahnya. Ia tekan saklar lampu tersebut.

Gelap, semuanya gelap.

Kala mendekati Aries kembali, menyelimuti badannya, lalu mendudukkan pinggangnya disamping Aries.

“Gue mulai ya.”

“Iya.”

Fly across the sky tonight, discovering the brightest light, wish I was here with someone to hold tight.

“Hello there, I wish it was you, playing in the rain and wait the rainbow to come and we'll dance, I wonder if you'd always be right here.”

Hello there, are you doing fine?”

“Every night thinking about you.”

“Would like to spend my life with you.”

“Those eyes that always make me feel like home, and you will just always be something that I'll never have.”

“Hahaha! Gemes banget!”

Everytime I had the chance to have a conversation with you, I'm always feeling nervous and I don't know what to do.”

Hello there, I lost my words, thinking about you make me feel the clock stop ticking, And I'd always do that before I go to sleep.”

Hello you,”

Kala mendekatkan wajahnya kepada Aries, ia kecup kening sang manis dibawahnya sembari berbisik lirih, “Have a nice dream tonight.”

“Apasih! Haha!” Aries tak ada henti-hentinya untuk menertawakan Kala.

Everynight thinking about you, Would like to spend my life with you.

“Those eyes that always make me feel like home and you, will just always be something that I'll never have.”

Kala kembali mendekatkan wajahnya kepada Aries, mengecup sekali lagi keningnya.

“Good night.”

“Too.”

“Kalo gitu, gue cabut, ya?”

“Iya, hati-hati di jalan.”

“Makasih makan malamnya.”

“Gak seberapa.”

“Gitarnya gue taroh disini?”

“Iya.”

“Buset, cuek amat.”

“Tau deh, gue capek. Mau tidur.”

“Yaudah.”

Kala membuka pintu kamar milik Aries, mengeluarkan dirinya sendiri dari sana.

Ia mengintip sang Aries yang mungkin telah tertidur (?)

“Love you, Aries. Sleep tight.”

Pintu yang ia tahan kini dirapatkan kembali, kamar kembali menggelap.

“Love you too, Kaladaf. Nighty night.”

“Ah paha gue langsung pegel naik ini motor.” Keluh Aries setelah berhasil menaikki motor besar milik Kala.

Kala tersenyum miring, tak merespon apa yang dikatakan oleh Aries.

“Pegangan yang kuat.”

“Iya, udah, gas aja kenapa sih?

... E-EH ANJING!”

Aries nyaris terjatuh dari motor tersebut jika ia tak memeluk erat pinggang sang Kala. Kalau gak disuruh pegangan udah mati kali si Aries.

Kala tertawa melirik wajah terkejut milik Aries, memeable katanya.

Aries mengeratkan pelukannya disaat standar kecepatan motor tersebut sudah diatas rata-rata, “Kal, pelan-pelan.”

“Ini udah pelan.”

“Pelan-pelan kata gue!”

Final Aries & Kala.

Kala memelankan kecepatan motornya, Aries pun masih mengatur nafasnya karena rasa terkejut itu tak kunjung pudar.

Hening. Sungguh, Kala terdiam setelah Aries membentaknya tadi.

Merasa canggung, tak ada yang berani mengeluarkan suara setelahnya.

“Kala, belok kanan ya.”

“Udah tau.”

“Hm.”

Aries kembali memperbaiki posisi kepalanya setelah ia memulai kembali percakapan dengan Kala.

“Nah, udah sampai.”

Kala tengah memarkirkan motornya dihalaman rumah milik Aries dengan perlahan.

“Kok cepet banget?”

“Author lost inspo, nanti yang baca pada bosen juga.”

#####BrknHrt💔💔💔💔💔💔💔

“Turun.”

“Gak mau.”

“Turun atau gue culik lo kerumah?”

Aries mendengus kasar, mulai turun dari motor milik Kala lalu melepas helm miliknya.

“Lagian kenapa sih gak mau turun, aneh.”

“Takut jatoh.

Uhh, Kal, makasih ya.”

“Gue gak disuruh masuk dulu gitu?”

“Gak usah.” Jawab Aries malas.

“Bang Lalaaa!” Teriaknya sembari menghampiri Kala yang menatapnya gemas.

Kala ikut turun dari motornya, memeluk erat Chello yang sedari tadi berlari menghampirinya.

“Ello pelan-pelan dong, nanti jatoh, terus sakit, kalo sakit kasian bang Ayes.”

“Hehehe iya bang Kal. Kangen!”

“Kangen banget, hmm?”

“Banget, banget, banget, banget! Kok bang Lala nggak pernah kerumah lagi sih?!”

Aries kembali mendengus, namun lebih lembut sembari terkekeh pelan. “Yaudah La, masuk dulu aja.”

Kala meletakkan helmnya di kaca spion guna mengentengkan badannya menjadi tak banyak bawaan.

Kala merangkul erat pundak Chello, membawa Chello masuk kedalam tempat tinggalnya.

Ketiga insan tersebut duduk di kursi ruang keluarga rumah sang Aries; Setelah Aries meletakkan tas dan helmnya.

“Ello, tolong ambilin air dulu buat bang Kala.”

“Eh enggak, nggak usah repot-repot gak apa-apa kok,”

“Gak papa!” Ucap Chello mantap lalu beranjak dari duduknya.

Setelah kepergian Chello, kembali hening. Namun kali ini lebih mendebarkan, ujar batin Kala.

Aries menatap tajam mata tak keruh milik Kala, “Kal.”

“Hm.”

“Kenapa lo balapan? Dan kenapa sama kak Raka?”

“Mm,”

“Jawab, Kala.”

“Darimana lo tau kalau gue bakal balapan?”

“Raka.

... Lo belum jawab pertanyaan gue, lo nanya gue balik.”

“Hufft. Buat lo, semuanya buat lo, Aries.”

“Kenapa bisa?”

“Tweet lo tadi pagi sama Raka. Tiba-tiba Raka DM gue dan ngajak taruhan,

.. Hhh, balapan. Yang menang-“

“Oke, gue ngerti.”

Kala tersenyum miring, matanya tertuju untuk menatap wajah mulus milik Aries kembali.

“Terus? Lo pikir kalau ada yang menang sekalipun, gue bakal mau?”

“Hmm, ya enggak sih. Tapi gue bisa merjuangin lo tanpa diganggu sama Raka, itu poinnya.”

“Bukan itu poinnya. Kalau gue jadi taruhan ya berarti enggak ada lagi namanya merjuangin-merjuangin segala.”

“Jadi?”

“Okay, gue hargain lo udah capek-capek balapan. Tap-“

“Bang Ayes, bang Lala! Ello bikinin teh anget!”

Teriakan bagai lumba-lumba milik Chello membuat kedua insan yang sedang beradu argumen mengalihkan perhatiannya kepada anak berumur 10 tahun tersebut.

“Pelan-pelan dong, Ello.”

“Iya-iya. Bang Ayes bawel banget sih?!”

“Hhh.”

“Kan tadi cuma minta air, kok jadi dibikinin teh anget.”

“Aries, terima kasih dong. Gak ada bersyukur-bersyukurnya lo.”

“Iya deh iya. Makasih ya Ello.”

“Hehehe, sama-sama bang Ayes.”

Ello kembali duduk disamping kursi milik Kala, lalu menyenderkan tubuhnya.

Kala kembali menatap netra indah milik Aries, “Tapi kenapa?”

“Hufft. Karena gue udah jadi taruhan, oke. Gue mau jadi pacar lo.”

“BANG AYES SAMA BANG LALA PACARAN?!”

Kala terkekeh pelan, mengacak-acak rambut milik adik sang Aries lembut. “Ello, kamu ke kamar dulu aja boleh nggak? Bisnis nih.”

“Ihh! Ello kira bang Ayes sama bang Lala pacaran.”

Ello gue balikin ke kamar bentar ya jadi nyamuk org pacaran aja lu jones @ello

“Lo nerima gue ini ceritanya?”

“Hm.”

“YES!-“

“Tapi,”

“TAPI MULU LO ARIES ANJING!”

“Sabar goblok. Gue nerima lo karena gue jadi taruhan disini. Bukan karena gue suka juga sama lo.”

Senyum kecil terpampang diwajah Kala, ia bangkit menghampiri Aries diseberangnya.

Kala menangkup pipi milik Aries, mengecup kening Aries dengan lembut. Aries mendongak menatap tajam wajah Kala.

“Bangsat, udah main cium-cium aja lo.”

“Suka-suka.

You’re all mine right now, Aries. Terima gue buat selalu ada di samping lo.”

“Hmm.”

“Okay?”

Kala mengecup rambut halus milik Aries, lalu ia kembali menatap wajah indah insan dihadapannya tersebut.

“Kalau gitu, gue cabut ya. Makasih, Aries. Titip salam buat Ello.”

Aries bangkit dari duduknya, menatap hangat wajah Kala. Kala merangkul erat pundak milik Aries, membawanya keluar dengan perlahan.

Kala menaiki motor besarnya, menggunakan helmnya kembali lalu menoleh kearah Aries.

Kala menggerakkan jemari-jemarinya tanda perpisahan mereka telah sampai. Begitu juga dengan Aries yang mengikutinya.

“Dahh, hati-hati Kala!” Teriak Aries.

“Pasti. Thanks ya, Aries!”

Taruhan

Kala menaiki motor balapnya, menoleh dan menatap remeh kearah lawan yang mungkin akan dikalahkannya sampai babak terakhir. Who knows? Gak selalu yang paling tua kan yang menang?

“Bro, inget kata gue tadi.

... Kalo gue menang, Aries sepenuhnya bakal jadi milik gue. Lo gak boleh gangguin dia lagi. Atau gue bikin gak bisa aja sekalian?”

Raka berdecih, meremeh ancaman yang diberikan oleh lawannya.

“Udah yakin banget lo bakal menang? Hahahahaha!” Ledeknya.

“Dan juga, kalo gue yang menang, lo gak boleh gangguin gue sama Aries lagi. Atau,

Kerjasama kita tahun lalu, bakal gue bocorin.” Sambung Raka.

Kala hanya tersenyum kecil masih menatap remeh Raka.

“Kita liat aja nanti.”

Kala kembali mengalihkan matanya yang tertutup helm kepada jalan yang sepi tersebut.

Terlihat seorang perempuan dipertengahan kedua tim mulai mengangkat bendera berbagai warna digenggamannya.

“READY, SET..

GO!”