Pacaran.

“Ah paha gue langsung pegel naik ini motor.” Keluh Aries setelah berhasil menaikki motor besar milik Kala.

Kala tersenyum miring, tak merespon apa yang dikatakan oleh Aries.

“Pegangan yang kuat.”

“Iya, udah, gas aja kenapa sih?

... E-EH ANJING!”

Aries nyaris terjatuh dari motor tersebut jika ia tak memeluk erat pinggang sang Kala. Kalau gak disuruh pegangan udah mati kali si Aries.

Kala tertawa melirik wajah terkejut milik Aries, memeable katanya.

Aries mengeratkan pelukannya disaat standar kecepatan motor tersebut sudah diatas rata-rata, “Kal, pelan-pelan.”

“Ini udah pelan.”

“Pelan-pelan kata gue!”

Final Aries & Kala.

Kala memelankan kecepatan motornya, Aries pun masih mengatur nafasnya karena rasa terkejut itu tak kunjung pudar.

Hening. Sungguh, Kala terdiam setelah Aries membentaknya tadi.

Merasa canggung, tak ada yang berani mengeluarkan suara setelahnya.

“Kala, belok kanan ya.”

“Udah tau.”

“Hm.”

Aries kembali memperbaiki posisi kepalanya setelah ia memulai kembali percakapan dengan Kala.

“Nah, udah sampai.”

Kala tengah memarkirkan motornya dihalaman rumah milik Aries dengan perlahan.

“Kok cepet banget?”

“Author lost inspo, nanti yang baca pada bosen juga.”

#####BrknHrt💔💔💔💔💔💔💔

“Turun.”

“Gak mau.”

“Turun atau gue culik lo kerumah?”

Aries mendengus kasar, mulai turun dari motor milik Kala lalu melepas helm miliknya.

“Lagian kenapa sih gak mau turun, aneh.”

“Takut jatoh.

Uhh, Kal, makasih ya.”

“Gue gak disuruh masuk dulu gitu?”

“Gak usah.” Jawab Aries malas.

“Bang Lalaaa!” Teriaknya sembari menghampiri Kala yang menatapnya gemas.

Kala ikut turun dari motornya, memeluk erat Chello yang sedari tadi berlari menghampirinya.

“Ello pelan-pelan dong, nanti jatoh, terus sakit, kalo sakit kasian bang Ayes.”

“Hehehe iya bang Kal. Kangen!”

“Kangen banget, hmm?”

“Banget, banget, banget, banget! Kok bang Lala nggak pernah kerumah lagi sih?!”

Aries kembali mendengus, namun lebih lembut sembari terkekeh pelan. “Yaudah La, masuk dulu aja.”

Kala meletakkan helmnya di kaca spion guna mengentengkan badannya menjadi tak banyak bawaan.

Kala merangkul erat pundak Chello, membawa Chello masuk kedalam tempat tinggalnya.

Ketiga insan tersebut duduk di kursi ruang keluarga rumah sang Aries; Setelah Aries meletakkan tas dan helmnya.

“Ello, tolong ambilin air dulu buat bang Kala.”

“Eh enggak, nggak usah repot-repot gak apa-apa kok,”

“Gak papa!” Ucap Chello mantap lalu beranjak dari duduknya.

Setelah kepergian Chello, kembali hening. Namun kali ini lebih mendebarkan, ujar batin Kala.

Aries menatap tajam mata tak keruh milik Kala, “Kal.”

“Hm.”

“Kenapa lo balapan? Dan kenapa sama kak Raka?”

“Mm,”

“Jawab, Kala.”

“Darimana lo tau kalau gue bakal balapan?”

“Raka.

... Lo belum jawab pertanyaan gue, lo nanya gue balik.”

“Hufft. Buat lo, semuanya buat lo, Aries.”

“Kenapa bisa?”

“Tweet lo tadi pagi sama Raka. Tiba-tiba Raka DM gue dan ngajak taruhan,

.. Hhh, balapan. Yang menang-“

“Oke, gue ngerti.”

Kala tersenyum miring, matanya tertuju untuk menatap wajah mulus milik Aries kembali.

“Terus? Lo pikir kalau ada yang menang sekalipun, gue bakal mau?”

“Hmm, ya enggak sih. Tapi gue bisa merjuangin lo tanpa diganggu sama Raka, itu poinnya.”

“Bukan itu poinnya. Kalau gue jadi taruhan ya berarti enggak ada lagi namanya merjuangin-merjuangin segala.”

“Jadi?”

“Okay, gue hargain lo udah capek-capek balapan. Tap-“

“Bang Ayes, bang Lala! Ello bikinin teh anget!”

Teriakan bagai lumba-lumba milik Chello membuat kedua insan yang sedang beradu argumen mengalihkan perhatiannya kepada anak berumur 10 tahun tersebut.

“Pelan-pelan dong, Ello.”

“Iya-iya. Bang Ayes bawel banget sih?!”

“Hhh.”

“Kan tadi cuma minta air, kok jadi dibikinin teh anget.”

“Aries, terima kasih dong. Gak ada bersyukur-bersyukurnya lo.”

“Iya deh iya. Makasih ya Ello.”

“Hehehe, sama-sama bang Ayes.”

Ello kembali duduk disamping kursi milik Kala, lalu menyenderkan tubuhnya.

Kala kembali menatap netra indah milik Aries, “Tapi kenapa?”

“Hufft. Karena gue udah jadi taruhan, oke. Gue mau jadi pacar lo.”

“BANG AYES SAMA BANG LALA PACARAN?!”

Kala terkekeh pelan, mengacak-acak rambut milik adik sang Aries lembut. “Ello, kamu ke kamar dulu aja boleh nggak? Bisnis nih.”

“Ihh! Ello kira bang Ayes sama bang Lala pacaran.”

Ello gue balikin ke kamar bentar ya jadi nyamuk org pacaran aja lu jones @ello

“Lo nerima gue ini ceritanya?”

“Hm.”

“YES!-“

“Tapi,”

“TAPI MULU LO ARIES ANJING!”

“Sabar goblok. Gue nerima lo karena gue jadi taruhan disini. Bukan karena gue suka juga sama lo.”

Senyum kecil terpampang diwajah Kala, ia bangkit menghampiri Aries diseberangnya.

Kala menangkup pipi milik Aries, mengecup kening Aries dengan lembut. Aries mendongak menatap tajam wajah Kala.

“Bangsat, udah main cium-cium aja lo.”

“Suka-suka.

You’re all mine right now, Aries. Terima gue buat selalu ada di samping lo.”

“Hmm.”

“Okay?”

Kala mengecup rambut halus milik Aries, lalu ia kembali menatap wajah indah insan dihadapannya tersebut.

“Kalau gitu, gue cabut ya. Makasih, Aries. Titip salam buat Ello.”

Aries bangkit dari duduknya, menatap hangat wajah Kala. Kala merangkul erat pundak milik Aries, membawanya keluar dengan perlahan.

Kala menaiki motor besarnya, menggunakan helmnya kembali lalu menoleh kearah Aries.

Kala menggerakkan jemari-jemarinya tanda perpisahan mereka telah sampai. Begitu juga dengan Aries yang mengikutinya.

“Dahh, hati-hati Kala!” Teriak Aries.

“Pasti. Thanks ya, Aries!”